SAATNYA GEN Z BERGERAK DAN BERTINDAK
Oleh : Linda Anisa, S.Pd
MIRIS, kata yang layak untuk mewakili apa yang terjadi di tengah kaula muda produktif khususnya generasi Z yang biasa dikenal Gen Z. bagaimana tidak, banyaknya fenomena memprihatinkan yang terjadi ditengah tengah mereka menambah daftar panjang persoalan generasi yang harus diurai dan diselesaikan. Dikutip dari radar jogja (23-10-2024), angka pengangguran di kalangan generasi Z (gen z) di Indonesia telah mencapai titik kritikal yaitu sebanyak 9,9 juta orang.
Belum lagi krisis Kesehatan mental yang semakin mengkhawatirkan dan merusak para penerus bangsa. Melalui laman Times Indonesia, 17-10-2024, berdasarkan hasil survey yang dilakukan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMSH) menunjukkan satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah Kesehatan mental, setara dengan 15,5 juta remaja, satu dari dua puluh remaja (2,45 juta) terdiagnosis gangguan mental. Menurut I-NAMHS gangguan mental yang banyak di derita remaja adalah gangguan cemas sebesar 3,7% , gangguan depresi mayor 1,0%, gangguan perilaku 0,9%, dan gangguan stress pasca trauma dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas masing masing sebesar 0,5%.
Deretan angka ini bukanlah sekedar pajangan semata dalam data statistic suatu lembaga melainkan menuntut dilakukannya penyelidikan lanjut atas penyebab dan akar masalahnya sehingga dapat dicabut hingga ke akarnya – akarnya dan tak lagi menjadi perusak generasi penerus bangsa.
Penanganan akan permasalahan Kesehatan mental remaja Indonesia ini membutuhkan pendekatan yang menyeluruh yang harus melibatkan banyak pihak. Pola asuh yang diberikan di dalam keluarga, adanya komunikasi yang terbuka, pengadaan akses layanan mental yang berkualitas, hingga keterlibatan para pemanggu kepentingan merupakan sesuatu yang harus diperhatikan. Namun hidup dalam system sekularisme demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, dan keberadaan penguasa yang hanya sebatas regulator semata, akankah mampu menyelesaikan berbagai problematika generasi yang ada?
Kapitalisme Biang Kerusakan
Pemuda adalah ujung tombak peradaban suatu negara. Baik buruknya pemuda menjadi cerminan baik buruknya peradaban negara tersebut kedepannya. Namun kehadiran kapitalisme menjadikan pemuda sebagai korban yang akhirnya mematikan peran mereka menjadi generasi penggerak dan pendobrak. Kapitalisme menjadikan mereka kehilangan sosok orang tua sebagai penjaga dan juga pemberi contoh bagaimana agar menjadi generasi berkualitas. Tak ada lagi makan bersama apalagi sekedar duduk bersama, bercanda, dan bercengkrama sambil memberi wejangan dari seorang ayah agar mereka senantiasa berada di jalan yang benar sebab ayah sudah kelelahan dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tak pernah ada habisnya.
Begitu pula seorang ibu yang fitrahnya menjadi pendidik dan pengatur keluarga, menjadi guru pertama dan utama bagi anak – anaknya nyatanya juga terpaksa terjun ke lapangan membantu para ayah memenuhi kebutuhan keluarga. Belum lagi slogan emansipasi Wanita dan kesetaraan gender yang digaungkan kapitalisme semakin membuat para ibu bekerja dan tega meninggalkan anak – anaknya tanpa rasa bersalah.
Keberadaan ayah dan ibu dalam keluarga hanyalah keberadaan fisik saja namun nihil figurnya. Sehingga untuk bisa berbagi cerita saja para anak tak memiliki kesempatan. Mereka tak pernah bisa mengungkapkan isi hati mereka, akhirnya mencari orang lain yang siap mendengar curhatan curhatan mereka bahkan sekedar pembicaraan ringan semata. Alhasil mereka berada pada lingkungan pertemanan yang salah karena tak ada peran orang tua yang membimbing dan mengingatkan mereka.
Tak adanya motivasi dalam hidup membuat mereka menjadi generasi rebahan yang tak memiliki kreatifitas apalagi jiwa kepemipinan dalam diri mereka akhirnya pengangguranlah yang semakin merajalela.
Tak adanya ajaran agama yang singgah dihati mereka membuat mereka menjadi pribadi – pribadi rapuh dalam melewati berbagai rintangan hidup, stess berlebihan pun menguasai jiwa. Tak adanya fasilitas Kesehatan mental yang berkualitas juga menjadi semakin maraknya remaja yang terganggu mentalnya. Masih banyak lagi deretan keadaan yang memprihatinkan yang menjebak para generasi akibat kapitalsasi di negeri ini.
Peran Penguasa dalam Memperbaiki Generasi
Tak ada kata terlambat jika ingin melakukan perbaikan. Penguasa semestinya harus serius menindak lanjuti fenomena yang terjadi di tengah tengah generasi. Namun penguasa dalam system saat ini hanyalah regulator semata. Mereka lebih pro kepada para penguasa dan pemilik modal dari pada menyelamatkan generasinya. Mereka melupakan peran mereka yang sesungguhnya sebagai pengayom dan penjaga warganya. Seharusnya para penguasa lebih memperhatikan output dari dunia Pendidikan. Penguasa juga sudah seharusnya memperhatikan para pencari nafkah sehingga mereka tak lalai dalam peran mereka lainya sebagai kepala keluarga. Penguasa harusnya bersungguh sungguh dalam mencetak generasi berkelas bukan generasi pemalas, generasi waras bukan generasi was was, serta generasi mandiri bukan generasi yang tak punya prestasi.
Sungguh itu semua hanya bisa diwujudkan pada penguasa – penguasa bermental baja yang dilahirkan dari system Islam. Sebab dalam Islam penguasa bukanlah orang yang bisa semena mena mempergunakan kekuasaannya untuk melakukan apa saja sesuka hatinya. Stasus mereka sebagai penguasa justru menjadi menjadi pengikat dan pengekang sehingga tak asal dalam membuat kebijakan yang ada.
Penguasa dalam Islam akan memberikan perhatian pada setiap warganya khususnya para pemuda yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan mereka. Mereka menyadari bahwa berjaya atau hancurnya negara akan ditentukan oleh para pemuda. Sehingga perhatian khusus akan diberikan dan akhirnya menghasilkan penerus bermutu yang menerapkan aturan sesuai Islam bukan sesuai hawa nafsu apalagi permintan orang orang tertentu.
Penguasa dalam Islam juga akan memperhatikan peran orang tua sebagai pendidik dan penjaga anak anak mereka. Lapangan pekerjaan yang layak akan dipersiapkan bagi para ayah sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarga tanpa harus melibatkan para ibu untuk turut serta terjun ke dunia kerja dan melalaikan kewajibannya sebagai madrasatul ula.
Penanaman Aqidah pada masing masing individu juga tak luput dari perhatian penguasa Islam. Sebab Aqidah yang tertancap kuat dalam jiwa jiwa kaum muslimlah yang akan senantiasa menjadi benteng mereka agar tak melakukan sesuatu yang dilarang agama. Mereka akan menyadari bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan ini merupakan ujian yang Allah berikan untuk menjadikan mereka lebih mulia dimataNYA. Dengan ini tentu tak ada yang namanya gangguan mental, stress berlebihan hingga berujung gila dalam menjalani roda kehidupan.
Dan yang paling utama penguasa di dalam Islam menyadari dengan sesadar sadarnya bahwa kekuasaan yang mereka miliki akan menjadi penentu bagi mereka di kehidupan akhirat nanti. Akankah kaki mereka melangkah ke kanan (surga) atau ke kiri (neraka) sebagai balasan atas kepemimpinan mereka. Mereka menyadari bahwa kepemimpinan mereka akan dimintai pertangung jawaban di dunia dan dia kahirat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya “setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertang jawaban atas apa yang dipimpin” (HR. Bukhari).
Saatnya Generasi Bertindak
Wahai generasi masihkan kalian tak ingin bangkit dari keterpurukan ini?. Masihkah kalian gantungkan harapan dan asa kalian pada system yang rusak ini? Ayo bangun. Ayo bangkit. Ayo bergerak maju. Ambil posisimu. Ambil peranmu untuk memperbaiki negeri ini, untuk memperbaiki generasi ini. Campakkanlah system yang rusak dan merusak masa depanmu. Raihlah kemenamgan dan kemulyaan dengan Islammu. Raihlahlah kegemilangan dengan Islam. Bersatulah dan bersiaplah berdiri dibarisan para pejuang untuk menjadikan Islam berjaya diseluruh penjuru dunia. Agar tak ada lagi kerusakan, tak ada lagi penderitaan, tak ada lagi kehancuran.
Wahai GENERASI ISLAM. Bangunlah dari rasa malasmu. Bangunlah dari tidurmu. Buktikan pada dunia bahwa Islam adalah aturan terbaik yang akan menyelamatkan dunia ini. Wahai GENERASI ISLAM janganlah ragu, bergandengan tanganlah untuk meraih kemenangan yang hakiki.
ALLAHU AKBAR.
Wallahu a’lam bi ash-sawab
Posting Komentar