Serangan Zionis Merajalela Umat Butuh Junnah
Oleh : Tri, S.Si
Penjajahan Zionis Israel atas Palestina bukanlah fenomena baru dalam sejarah modern, namun serangan zionis terhadap warga Palestina makin hari makin menggila. Tidak hanya dengan serangan militer langsung, tetapi juga melalui blokade ekonomi, pengusiran warga dari rumah mereka, serta penindasan politik dan sosial yang terjadi setiap harinya.
Yang lebih memilukan adalah reaksi dunia terhadap krisis ini. PBB, sebagai organisasi internasional yang bertujuan menjaga perdamaian dunia, hanya mampu mengeluarkan kecaman-kecaman tanpa tindakan konkret yang berarti.
Hal ini menggarisbawahi kelemahan lembaga global tersebut dalam menangani isu Palestina-Israel, terlebih ketika berhadapan dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat yang terus mendukung Israel.
Namun yang lebih mengecewakan adalah respons para pemimpin negeri muslim. Beberapa dari mereka memang mengeluarkan pernyataan kecaman, tetapi itu hanya sebatas retorika politik yang tidak diiringi dengan tindakan nyata. Bahkan ada pula pemimpin muslim yang memilih untuk diam dan bersikap seolah-olah konflik Palestina-Israel bukanlah urusan mereka. Ini sungguh merupakan pengkhianatan besar terhadap saudara seiman di Palestina yang sedang menderita di bawah penjajahan zionis.
Salah satu alasan utama mengapa para pemimpin negeri muslim enggan bertindak tegas dalam membela Palestina adalah karena mereka terjebak dalam konsep nasionalisme.
Nasionalisme, yang menekankan identitas dan kepentingan negara bangsa di atas segalanya, telah menghalangi mereka untuk bersikap sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan solidaritas antarumat. Bagi para pemimpin yang nasionalis, kepentingan negara mereka dianggap lebih penting daripada membela sesama muslim di Palestina.
Nasionalisme menciptakan batas-batas semu yang memisahkan umat Islam di berbagai belahan dunia. Akibatnya, banyak pemimpin negeri muslim yang merasa tidak memiliki kewajiban untuk membantu Palestina, karena bagi mereka Palestina adalah masalah bangsa lain. Sikap ini bertolak belakang dengan semangat persaudaraan dalam Islam yang menekankan bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Jika satu bagian tubuh terluka, maka bagian lainnya harus merasakan sakit yang sama.
Selain nasionalisme, kecintaan terhadap kekuasaan dan jabatan juga menjadi faktor utama mengapa para pemimpin negeri muslim tidak bergerak nyata membela Palestina. Mereka lebih sibuk mempertahankan kekuasaan dan memikirkan kepentingan politik domestik daripada memperjuangkan keadilan bagi Palestina.
Kekuasaan sering kali membuat seseorang mati rasa terhadap penderitaan orang lain, bahkan terhadap saudara seiman sendiri. Mereka lebih khawatir kehilangan dukungan politik dari sekutu-sekutu barat mereka, yang jelas mendukung Israel, daripada bertindak atas dasar prinsip keislaman yang sebenarnya. Pemimpin-pemimpin ini bukanlah harapan umat untuk membebaskan Palestina. Sebaliknya, mereka justru menjadi penghalang bagi terwujudnya keadilan bagi Palestina.
Dalam sejarah Islam, kepemimpinan yang kuat dan bertanggung jawab selalu menjadi kunci dalam memperjuangkan hak-hak umat Islam. Namun, dalam kasus Palestina, kita melihat bagaimana kekuasaan justru menjadi penghalang bagi banyak pemimpin negeri muslim.
Dalam konteks Islam, jihad bukanlah semata-mata tentang pertempuran fisik, melainkan juga tentang perjuangan untuk menegakkan keadilan dan melawan penindasan. Palestina adalah simbol dari penindasan yang harus dilawan oleh seluruh umat Islam. Membela Palestina, baik melalui dukungan politik, ekonomi, maupun fisik, merupakan bentuk jihad yang sangat mulia. Dalam pandangan Islam, mereka yang berjuang untuk membebaskan Palestina akan mendapatkan pahala yang luar biasa besar.
Meskipun begitu, jihad bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan secara sembarangan. Ia membutuhkan kekuatan kolektif dan koordinasi yang baik dari umat Islam di seluruh dunia. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran yang tinggi di kalangan umat Islam agar mereka terus bersuara dan menuntut para pemimpin mereka untuk mengambil tindakan nyata. Umat Islam harus menyadari bahwa membela Palestina bukanlah pilihan, tetapi kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Dalam pandangan sebagian umat Islam, solusi utama untuk membebaskan Palestina dan melindungi umat Islam di seluruh dunia adalah dengan menegakkan khilafah. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan pada hukum syariah, dan dalam sejarahnya, khilafah berhasil melindungi umat Islam dari penindasan dan ketidakadilan. Dengan adanya khilafah, umat Islam akan memiliki pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan umat di seluruh dunia, termasuk Palestina.
Selama ini, umat Islam hidup tanpa payung perlindungan yang memadai. Negara-negara muslim terpecah-pecah dan lebih mementingkan kepentingan nasional mereka masing-masing. Namun, dengan khilafah, umat Islam akan kembali bersatu di bawah satu kepemimpinan yang berlandaskan pada ajaran Islam. Khilafah akan menjadi pelindung bagi umat Islam dari segala bentuk penjajahan dan penindasan, baik yang terjadi di Palestina maupun di belahan dunia lainnya.
Untuk mewujudkan semua ini, umat Islam perlu dibangun kesadarannya. Kesadaran akan pentingnya bersatu, pentingnya berjihad, dan pentingnya menegakkan khilafah. Hal ini hanya bisa dicapai melalui dakwah yang terus-menerus.Kelompok-kelompok dakwah harus terus menyuarakan pentingnya perjuangan untuk membela Palestina dan menegakkan khilafah sebagai solusi jangka panjang.
Rasulullah SAW telah memberikan teladan yang jelas tentang bagaimana menegakkan negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Sebagai umat terbaik, umat Islam memiliki kewajiban untuk meneladani Rasulullah dalam hal ini. Hanya dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni, umat Islam akan mampu membebaskan Palestina dan melindungi saudara-saudara mereka dari penjajahan zionis.
Oleh karenanya perjuangan untuk membela Palestina bukanlah perjuangan yang mudah, tetapi ia adalah kewajiban bagi setiap muslim. Umat Islam harus terus bersuara dan menuntut pemimpin-pemimpin mereka untuk bertindak. Selain itu, kesadaran umat harus terus dibangun agar mereka memahami pentingnya jihad dan penegakan khilafah sebagai solusi jangka panjang bagi perlindungan umat Islam di seluruh dunia. Dengan begitu, insya Allah, Palestina akan terbebas dari penjajahan zionis dan umat Islam akan kembali bersatu di bawah payung khilafah.
Khilafah Islamiyah dulunya adalah pemimpin dunia, pelindung Islam dan umat Muslim, serta penentang kekafiran dan orang-orang kafir penjajah. Namun, kaum kafir penjajah telah berusaha untuk menghancurkannya dengan kekuatan mereka hingga akhirnya berhasil memusnahkannya.
Khilafah Islamiyah sejatinya adalah institusi pemersatu kaum muslimin sedunia, yang memiliki kekuatan ekonomi, hukum dan politik internasional sehingga dunia Islam tidak lagi tunduk pada tekanan politik dari Barat dan kuat dalam membela hak-hak saudara mereka di seluruh penjuru negeri muslim, termasuk Palestina.
Khilafah Islamiyah akan menjadi sebuah solusi yang permanen bagi Palestina sehingga memiliki hak penuh untuk hidup selayaknya manusia dan mendapatkan perubahan nyata karena hak untuk hidup dalam damai adalah hak setiap manusia yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
Tanpa Khilafah Islamiyah maka komunitas internasional, khususnya negara-negara yang memiliki pengaruh besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, akan terus mendukung kebijakan yang hanya menguntungkan Yahudi Israel dan tidak akan mampu bekerja menuju perdamaian yang benar-benar adil dan berkelanjutan.
Mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina bukan hanya menjadi tanggung jawab umat Islam tetapi juga tanggung jawab semua orang yang peduli pada keadilan dan hak asasi manusia. Adalah kewajiban kita untuk terus menyuarakan ketidakadilan ini dan mendesak tindakan nyata dari dunia Islam untuk menyuarakan persatuan di bawah naungan institusi internasional Khilafah Islamiyah. Ini adalah tindakan nyata agar keadilan bagi seluruh umat manusia bisa ditegakkan tanpa ditunda-tunda.
Wallahu a’lam bis-showwab
Posting Komentar