TAWURAN JADI BUDAYA REMAJA, HARUSKAH BANGGA?
Oleh : Afifah syamila Lubis (Santriwati Ma'had Al-Izzah Deli Serdang)
Entah apa yang ada di benak para remaja saat ini, sehingga dengan mudahnya tersulut emosi. Tidak sedikit berita terkait kriminalitas khususnya tawuran seolah menjadi budaya trendi dikalangan remaja saat ini.
Seperti kasus tawuran maut yang terjadi di Indramayu Jawa Barat misalnya, Parang panjang hingga cocor bebek terpampang di halaman markas Polres Indramayu Jawa Barat. Puluhan senjata tajam itu dipamerkan dan menjadi bukti kejahatan tawuran maut anak usia remaja. Akibat dari peristiwa itu beberapa pelaku remaja mengalami luka jari nyaris putus karena sabetan senjata tajam serta menelan satu nyawa. Aksi tawuran antar kelompok remaja tersebut sangat meresahkan warga disejumlah Kecamatan diKabupaten Indramayu diantaranya : Kecamatan Tukdana, Cikedung, Sukagumiwang. Sindang, Jatibarang, Balongan, Sliyeg, serta Kecamatan Gabuswetan.
Meski aksi berhasil di gagalkan polisi. Ironisnya aksi para remaja itu dengan membawa 24 buah senjata tajam yang diduga mereka kuasai diluar pengawasan orangtua mereka. (detikjabar.com 09/09/2024).
Tidak hanya itu, di Surabaya, 3 remaja diamankan Polisi saat berpatroli. ketiganya kedapatan hendak tawuran antara kelompok remaja di Surabaya. Kasat samapta polrestabes Surabaya AKBP teguh Santoso mengatakan hal itu bermula ketika petugas melakukan patroli di media social, lalu mendapat siaran langsung dari akun @setengahdewa2k23 yang menunjukkan tawuran antar kelompok remaja di lokasi tersebut. Petugas yang melihat ada tawuran antar remaja yang tengah berlangsung di jalan kapasari Surabaya di media social, lalu mencari keberadaan lokasi. Kata teguh di dalam keterangannya.(detikJatim.com Sabtu 19 Oktober 2024)
Belakangan ini dapat kita ketahui bersama mengenai kenakalan remaja yang semakin merajalela. Banyak terjadi kerusakan yang dialami oleh kaum remaja pada hari ini mulai dari pemikiran, pergaulan, perlakuan yang dilakukan oleh pemuda hari ini tidak mencerminkan sebagai sosok pemuda yang beriman. Akibat dari lemahnya pemikiran para remaja meski notabenenya sebagai kaum terpelajar. Banyak sekali ide-ide yang muncul dengan dampak yang buruk ketika itu semua itu dilakukan. Seperti perzinahan, pembunuhan, perampokan dan lain sebagainya. Yang mana hal tersebut berdampak sangat buruk di dalam kehidupan generasi Bangsa. Dan itu semua muncul karena rusaknya sistem pemikiran yang dapat mempengaruhi mindset atau bahkan tolak ukur kehidupan para remaja saat ini hingga mereka melakukan suatu hal yangi tidak seharusnya dilakukan.
Meskipun upaya pemerintah dalam mengatasi tawuran dengan membentuk tim pengendalian dan pencegahan tawuran pelajar serta program menegakkan aturan hukum dan pemberian sanksi kepada pelaku, namun seolah upaya itu belum membuahkan hasil. Ini terbukti dengan semakin maraknya kasus tawuran yang terjadi. Misalnya berdasarkan data di Polres tegal sebagai Kota perlidungan anak kasus yang paling menonjol pada tahun 2024 adalah kasus tawuran pelajar, ungkap Kasat Reskrim Polres Tegal Kota AKP Eko Setiabudi pardani SH pada 30 september 2024 di Ruang kerjanya.(beritamerdeka.co.id 01/10/2024).
Jika kita telisik lebih dalam yang menjadi pemicu tawuran memang beragam. Bahkan terkadang hanya karena masalah yang sepele. Namun yang menjadi factor utama adalah karena dekadensi moral pelajar akibat Sekulerisasi pendidikan. Pendidikan hanya berorientasi pada nilai, namun poin materi kosong dari ilmu apalagi akhlak. Akibatnya pelajar hanya belajar semata-mata untuk mengejar target agar mendapat nilai yang tinggi di akhir ujian.
Belum lagi ilmu yang dipelajari hanya seputar materialistic, sekedar ilmu ilmiyah tanpa melibatkan peran Pencipta didalamnya. Meski adanya materi keagamaan hanya sebagai pelengkap saja. Tidak membentuk pola pikir dan pola sikap yang akan berpengaruh kepada tingkah laku. Ujung- ujungnya pelajar seolah dibiarkan mengatur dan mengendalikan emosinya sesuai apa yang menjadi pemahamannya saja.
Hal ini wajar jika remaja saat ini gampang terprofokasi oleh keadaan yang terjadi didepan matanya. Sehingga tawuran seolah menjadi solusi dalam melampiaskan pemikirannya.
Maka masyarakat, keluarga dan Negara harus bersama berperan dalam mengembalikan sosok remaja sebagai generasi perubahan Peradaban. Pendidikan berbasis aqidah Islam merupakan satu-satunya solusi yang bisa dijadikan sandaran dalam merubah karakter pelajar. Keras dan lembutnya bersikap tergantung dengan aqidah yang dimiliki seseorang. Sehingga dalam meluapkan pemikirannya akan dituntun dengan pemahaman yang sesuai dengan Islam.
Namun tidak bisa dipungkiri jika persoalan tawuran yang marak terjadi hari ini adalah karena buah dari kebijakan sistem sekulerisasi yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Sehingga sekuat apapun keluarga menerapkan dan mengajarkan aqidah Islam kepada putra-putrinya akan berpeluang goyah karena kondisi lingkungan dan Negara yang tidak mendukung untuk para siswa berbuat kebaikan.
Alhasil, cara yang paling efektif dalam menyelesaikan persoalan tawuran adalah dengan membuang jauh-jauh sistem sekuler dan mengambil sistem Islam sebagai penerapan hukum dalam sebuah Negara yang akan menerapkan aturan Islam secara Kaffah. Sehingga kita tidak akan pernah bangga jika pemuda muslim terlibat tawuran. Justru kita sedih karena seharusnya pemuda sebagai garda terdepan dalam perjuangan mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum muslim saat ini.
Allah SWT berfirman: “inilah jalanku yang lurus( yakni Islam). Karena itu ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain yang bisa mengakibatkan kalian tercerai berai dari jalan_NYA. Yang demikian Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertaqwa”(TQS. Al-An’am : 153).
Wallahu a’lam bishowab.
Posting Komentar