Wow! Gen Z Berharga saat Menjelang Pilkada?
Oleh : Sartinah (Mahasiswa)
Masa pilkada suara Gen Z menjadi perhatian besar untuk menunjang pilkada akhir tahun ini. Sebagaimana komposisi pemilih terbanyak pada Pemilu 2024 Februari diduduki oleh Gen Z dan Milenial. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih. antaranews.com.
Begitu pun dengan calon gubernur jakarta tidak melewatkan kesempatan untuk mencari dukungan dari Gen Z melalui akun media sosial tiktok yang dimilikinya, dimana tiktok sendiri menjadi tempat nongkrongnya Gen Z. Sebagaimana dilansir an.okezone.com Menurutnya, aktif di sosial media menjadi salah satu cara lebih dekat dengan anak-anak muda di Jakarta.
"Kami sangat sering berkomunikasi dengan Gen Z. Kami paling aktif di Tiktok, karena Gen Z nongkrongnya di Tiktok. Kita nongkrong di tempat orang nongkrong, kalau kita nongkrong di warung ya kita ke warung, kita ke mall nongkrong di mall, nah gen Z nongkrongnya di Tiktok maka kita perbanyak komunikasi ke Tiktok".
Berusaha untuk menyasar seluruh tempat nongkrongnya Gen Z ini tanda bahwa suara Gen Z sangat berharga menuju pilkada tahun ini. Namun sayangnya suara Gen Z hanya berharga pada masa-masa pemilu saja. Gen Z adalah generasi yang terlahir sejalan dengan kecanggihan teknologi dimana Gen Z bisa menjadi generasi pembawa perubahan namun bisa juga menjadi generasi terbawa arus.
Semua tergantung bagaimana pemerintah mengarahkan dan memberi jalan untuk Gen Z memanfaatkan potensi besar meraka dalam kemajuan bangsa dan agama. Namun sayangnya potensi besar itu pemerintah belum memaksimalkannya, buktinya kesekian kalinya pergantian pemimpin di Indonesia belum kunjung juga membentuk generasi yang cerdas dalam berbangsa dan beagama paling hanya ada pada segelintir orang saja yang bisa meraih potensi besar itu.
Gen Z hanya dikenyangkan dan dipertontonkan dengan informasi-informasi yang tidak menunjang potensi mereka, sehingga lewat informasi tersebut generasi yang diharapkan membawa perubahan namun menjadi pelaku kejahatan dinegri sendiri. Gen Z butuh sistem yang mampu memberi jalan untuk mengembangkan potensi meraka tidak hanya sekedar dimanfaatkan untuk dukungan kepentingan semata. Sebagaimana pada pemerintahan Islam generasi muda melejit dengan potensinya.
Di antaranya ada sosok Ali bin Abi Thalib kuncinya ilmu. Usamah bin Zaid yang pada usia 18 tahun menjadi panglima perang. Muhammad al-Fatih membebaskan Konstantinopel ketika berusia 22 tahun, dan saat masih muda sibuk menuntut ilmu. Juga ada Muhammad bin Idris yang lebih dikenal sebagai Imam Syafi’i, telah hafal Al Qur’an dalam usia 7 tahum dan sudah menjadi mufti pada usia 15 tahun.
Itulah gambaran generasi muda yang ada dalam sistem Islam melejit dengan potensinya. Sistem Islam memberikan pembinaan akidah sehingga generasi muda dalam memanfaatkan potensinya tidak bertentangan dengan syariat Islam justru memajukan Islam. Berbeda halnya dengan sistem sekarang generasi muda diberi jalan sebebas-bebasnya untuk mengembangkan potensinya sehingga hasilnya generasi muda tidak melakukan perubahan. Islam lah yang memandang konstribusi Gen z dalam berkehidupan sangat berharga bukan hanya pada masa pilkada. Saatnya gen z menjadikan Islam sebagai satu-satunya jalan untuk melijitkan potensinya dan menjadikan syariat Islam sebagai tolak ukur perbuatannya.
Wallahu a'lam bisshawab.
Posting Komentar