-->

BANYAK BENCANA, PERLU INTROSPEKSI


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Indonesia saat ini Tengah darurat bencana alam. Berbagai bencana alam telah terjadi sejumlah wilayah di negeri ini. Tentu hal ini menggugah keprihatinan bagi kita semua.

Bencana terjadi di Kabupaten Sukabumi. berdasarkan data dari BPBD kabupaten Sukabumi hingga Sabtu 7 Desember 2024 pukul 17.30 Waktu Indonesia Barat Setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 Kecamatan, terlihat bahwa Sukabumi dikepung bencana (www.detik.com, Minggu 8 Desember 2024) (1). Deden Sumpena kepala pelaksana BPBD kabupaten Sukabumi menjelaskan, bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi. Mulai tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah. Penyebab banjir Sukabumi akibat pendangkalan air Sungai (www.jawapos.com, Sabtu 7 Desember 2024) (2). Karena inilah, Sukabumi dinyatakan sebagai tanggap darurat selama sepekan (www.tirto.id, Kamis 5 Desember 2024) (3).

Bencana juga melanda Cianjur. Di sana terjadi banjir, pergeseran tanah, longsor, dan jalan ambles melanda wilayah Selatan Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Rabu 4 Desember 2024 (www.cnnindonesia.com, Sabtu 7 Desember 2024) (4). Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Cianjur, bencana ada di 27 titik yang tersebar di 18 wilayah kecamatan. Di antaranya Kadupandak, Cijati, Tanggeng, Agrabinta, Sindang Barang dan Leles. Tak hanya di Cianjur, bencana banjir juga terjadi di pagelaran Pandeglang Banten Kamis 5 Desember 2024 (www.kumparan.com, Sabtu 7 Desember 2024) (5). Banjir tersebut disebabkan luapan sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin 2 Desember. Banjir merendam permukiman warga setinggi 1 hingga 2,5 m hingga menyebabkan jalan putus. 

Seringkali orang menganggap bencana alam karena fenomena alam dan merupakan takdir yang tidak bisa dihindari, sehingga manusia hanya bisa pasrah menerima apapun yang terjadi. Padahal bencana juga bisa karena ulah manusia, yaitu karena banyak terjadi pelanggaran syariat. Ini disebabkan kehidupan tidak diatur dengan Syariat atau Islam. 

Yang menjadi standar hidup saat ini adalah sistem kapitalisme. Sistem ini menuhankan materi dan mengabaikan syariat Allah SWT. Syariat mengatur seorang pemimpin seharusnya menjadi raa’in atau pengurus, dan junnah atau pelindung bagi rakyatnya. Namun sistem kapitalisme telah membuat pemimpin menjadi sosok yang populis otoritarian. Kebijakan di buat seolah-olah pro rakyat. Padahal sejatinya mereka hanyalah regulator kebijakan untuk para kapital. 

Terbukti hutan dieksploitasi secara berlebihan atas nama pembangunan. Dana maintenance (perawatan) sungai seharusnya bisa dilakukan untuk mencegah banjir, namun anggarannya justru dikorupsi; dialihkan untuk tunjangan pejabat dan sebagainya. Semua itu adalah bentuk kezaliman akibat seorang pemimpin tidak menggunakan syariat Islam dalam mengatur negara. Berbagai pelanggaran hukum syariat inilah yang mengantarkan terjadinya bencana alam. Allah SWT berfirman :
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka ke jalan yang benar.” (Surah Arum : 41). 

Terjadinya beragam bencana ini, membuat kita menyadari, sudah saatnya kita melakukan introspeksi diri dan bertobat. Agar syariah kafah tegak dalam institusi negara Khilafah. Sebab hanya negara Khilafah satu-satunya institusi negara yang menerapkan hukum Islam secara Kafah. 

Islam dibutuhkan di Tengah kehidupan sebagai aturan yang pasti baik untuk manusia, karena berasal dari Allah SWT yang menciptakan manusia, sehingga Dia yang paling memahami apa yang terbaik untuk manusia. Dan satu-satunya negara yang bisa menerapkan Islam kafah adalah Khilafah yang akan menyelamatkan umat manusia dari bencana di dunia dan di akhirat. 

Dalam Khilafah, negara berperan sebagai raa’in (pelayan dan pengurus) dan junnah (pelindung); sehingga rakyat hidup Sejahtera dan penuh berkah. Allah SWT berfirman : 
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (Al-A'raf ayat 96). 

Ketaatan pemimpin pada hukum syariat, akan menuntunnya untuk mengatur urusan masyarakat sesuai dengan kemaslahatan mereka. Semisal untuk mencegah bencana alam, hidrometeorologi Islam mensyariatkan untuk melakukan pembangunan terukur, sustainable dan tidak melakukan eksploitasi berlebihan. Agar bencana bisa diminimalisasi. 

Islam juga memiliki konsep konservasi yang disebut Hima. Nabi Muhammad saw pernah bersabda :
“Tidak ada Hima dibenarkan kecuali untuk Allah dan Rasulnya.” 
Peneliti bidang kajian Islam, Suki Abu Khalil, dalam atlas hadis menyebutkan, bahwa di lokasi Hima diterapkan ada larangan berburu binatang dan merusak tanaman demi menjaga ekosistem. Bahkan manusia dilarang memanfaatkannya untuk selain kepentingan Bersama. ketika Rasulullah menjadi kepala negara Madinah Beliau pernah menjadikan padang rumput sebagai Hima sehingga tidak boleh seorang pun menjadikannya sebagai tempat menggembala ternak. Beliau bahkan menunjuk beberapa tempat yang dijadikan sebagai Hima di dekat Madinah. 

Islam pun sudah mengatur anggaran jika terjadi bencana alam. Baitul Mal terdapat alokasi pengeluaran khusus untuk keperluan bencana alam. Syekh Abdul Qadim Zalum menjelaskan di dalam Kitab Al-Amwal Fi Daulah Al-Khilafah, bahwa pada bagian belanja negara terdapat seksi urusan darurat atau bencana alam atau Wari. Seksi ini memberi bantuan kepada kaum muslim atas setiap kondisi darurat atau bencana yang menimpa mereka. 

Beberapa konsep syariat tersebut akan diterapkan oleh negara Khilafah, diwujudkan dalam bentuk undang-undang negara. Siapapun yang melanggar, akan mendapatkan sanksinya. Ketika syariat Islam diterapkan oleh level negara, maka akan hadir kepemimpinan yang mengantarkan masyarakat hidup dalam keberkahan. Seperti terhindar dari bencana alam. 

Untuk mewujudkan kepemimpinan raa’in dan junnah, Islam memberikan tanggung jawab pada diri seorang pemimpin bahwa dia harus memiliki kekuatan kepribadian Islam, ketakwaan, kelemahlembutan terhadap rakyat dan tidak antipati. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhany dalam kitab Asy-Syakhsiyah Al-islamiyah juz 2 halaman 158. 

Dengan demikian terjadinya berbagai bencana yang terjadi hari ini menjadi bukti kesekian kalinya umat membutuhkan kepemimpinan Islam di bawah naungan Khilafah.
Wallahualam Bisawab

Catatan Kaki : 
(1) https://www.detik.com/jabar/berita/d-7676363/porak-poranda-sukabumi-dikepung-bencana
(2) https://www.jawapos.com/nasional/015397242/wamen-pu-diana-kusumastuti-penyebab-banjir-sukabumi-pendangkalan-sungai-12-alat-berat-mengeruk-sungai
(3) https://tirto.id/sukabumi-berstatus-tanggap-darurat-bencana-selama-sepekan-g6s3
(4) https://www.cnnindonesia.com/nasional/20241207093902-22-1174715/foto-bencana-pergerakan-tanah-di-cianjur-meluas
(5) https://kumparan.com/kumparannews/foto-jalan-putus-akibat-banjir-setinggi-2-meter-di-pandeglang-242x5zKwrzA