BENCANA BANJIR MELANDA, SUDAH SAATNYA KITA MUHASABAH
Oleh : Khoiroh Anisya, S.Pd
Pada Rabu 27 November 2024 musibah banjir bandang telah melanda Kota Medan, yang diakibatkan oleh meluapnya tiga sungai utama, yaitu Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Sei Belawan. Hal tersebut dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi hingga mampu meredam ribuan rumah dan memengaruhi hampir 25.000 jiwa. Menurut Wali Kota Medan, Bobby Nasution mengatakan bahwa banjir disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi baik di Medan maupun wilayah hulu sungai seperti Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Hal ini senada dengan penjelasan dari Kepala Balai BMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho. Menurutnya, situasi atmosfer saat ini sangat mendukung terjadinya hujan lebat dengan durasi panjang. Menurut data Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, sebanyak 24.874 jiwa terdampak bencana banjir, ada 7.699 rumah terendam banjir. Meliputi 10 kecamatan, termasuk Medan Johor, Medan Maimun, Medan Sunggal dan Medan Amplas. Musibah banjir yang bertepatan dengan dengan pelaksanaan pemungutan suara Pilkada 2024 menyebabkan gangguan pada 110 TPS dengan lima TPS harus melakukan pemungutan suara ulang. (Kompas.com). Menurut Kepala BPBD Medan, Yunita Sari selain karena meluapnya air sungau yang menjadi dampak banjir, banjir rob juga menjadi faktor tambahan yang memperburuk situasi banjir di wilayah rentan banjir. BPBD Kota Medan juga memberika sosialisasi terkait mitigasi dampat cuaca ektrem, tidak hanya banjir tetapi juga panas ekstrem. (detiksumut)
Banyaknya berita bencana alam adalah duka bagi kita. Bancana alam terjadi bukan tanpa sebab. Harusnya, dengan banyaknya berita duka bencana alam menjadi bahan intropeksi bagi semuanya tanpa terkecuali. Sebenarnya, penyebab bencana banjir bukan sekedar faktor alam dengan curah hujan yang tinggi, tapi juga karena ulah tangan manusia yang tidak terlepas dari kebijakan penguasa. Seperti, bergantinya fungsi hutan sebagai paru-puru dunia dialihfungsikan menjadi permukiman serta bangunan lainnya untuk mendapat keuntungan, adanya eksploitasi sumber daya alam (SDA), dan juga kebebasan kepememilikan.
Hal tersebut dapat berjalan mulus karena didukung oleh sistem kapitalisme-demokrasi yang membuka peluang pemerintah untuk abai dalam menjaga ekosistem alam hingga mengakibatkan musibah. Sistem hari ini melahirkan penguasa hanya berputar pada orientasi untung dan rugi saja bukan sebagai periayyah atau pengurus urusan ummat, kebijakan yang ditetapkan sudah pasti berpihak kepada pemilik modal atas nama investasi. Pemerintah belum memberikan solusi terbaik, alhasil apabila terjadi bencana pemerintah hanya memberikan solusi pada imbauan dan sosialisasi saja tidak pada melakukan penyelesaian pada akar masalahnya.
Merusak lingkungan dengan alasan apapun tidak dibenarkan oleh Islam. Apalagi jika diekploitasi untuk kepentingan pemilik modal. Karena menjaga dan mengelola alam adalah tugas manusia sebagai khalifah fil ‘ard dan akan dimintai pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Sebab perbutatan tersebut akan mendatangkan murka Allah. Berdasarkan surah Ar-Ruum : 41, Allah Swt. berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar”.
Bencana yang terjadi hari ini seharusnya menjadi bahan muhasabah manusia untuk menyadari kekuasaan Allah Swt. Sudah saatnya kita membuka hati dan fikiran kita bahwa Islam mempunyai solusi yang mampu menyelesaikan persoalan ini. Tidak lain solusi atas semua permasalahan itu adalah penerapan Islam secara menyeluruh/kaffah di bawah kepemimpinan Islam.
Dalam Islam, negara harus bertindak sebagai periayyah dan pengurus rakyat serta menempatkan keselamatan rakyat di atas kepentingan lain. Ia tidak hanya bertanggung jawab pada rakyat, tapi juga bertanggung jawan kepada Allah Swt.
Pemimpin dalam Islam akan menetapkan kebijakannya atas dasar sesuai dengan hukum Islam, jadi dalam sistem Islam pengelolaan pembangunan dan sumber daya alam dilakukan tanpa merusak alam.Dalam Islam, negara tidak akan membiarkan orang-orang merusak lahan milik umum demi kepentingan, karena Islam mempunyai aturan sistem ekonomi yang jelas.
Alhasil hanya dengan adanya penerapan Islam secara kaffah bencana alam dapat diminimalisir dan rakyat hidup dengan sejahtera juga berkah. Allah Swt. berfirman: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” Q.S Al-A’raf : 96
Posting Komentar