-->

Bencana Datang Tiba-Tiba, Apa Solusinya


Oleh : Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Musim hujan telah tiba. Tanah yang awalnya kekeringan menjadi subur secara merata. Namun, musim yang dinantikan kedatangannya, seolah menjadi peristiwa tak terduga. Hujan yang terus mengguyur seluruh penjuru desa dan kota, menjadi awal datangnya bencana. Berita banjir tidak berhenti terdengar dan terus menyebar ke seluruh daerah. Mulai dari daerah pelosok pedesaan hingga pusat kota. 

Diantaranya, kabar berita dari daerah Pagelaran, Pandeglang, Banten. Sejak Senin (02/12/2024), dikabarkan bahwa di daerah tersebut telah terjadi Banjir hingga setinggi kurang lebih 2 meter. Akibatnya, pemukiman warga terendam setinggi 1-2,5 meter, akses jalan warga juga menjadi terbatas, dan sebanyak 202 warga terpaksa mengungsi ke posko darurat menggunakan perahu. (Kumparan.com 05/12/2024) 

Tak hanya banjir, bencana lain juga telah meresahkan masyarakat di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Pada hari Rabu (04/12/2024), dikabarkan bahwa telah terjadi tanah longsor di Jalan Raya Pesapen, Desa Bantar Gadung, Kecamatan Bantar Gadung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dari kejadian tersebut, Pemerintah setempat telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama satu pekan kedepan pascabencana hidrometeorologi dan status tersebut bisa diperpanjang jika kondisi belum membaik. Sejak hari Selasa (03/12/2024) hingga Rabu (04/12/2024), berbagai macam bencana hidrometeorologi telah berhasil mangacau-balaukan sejumlah daerah di kabupaten Sukabumi, diantaranya tanah longsor, banjir, anging kencang, hingga pergerakan tanah (Tirto.id 05/12/2024).

Bencana terjadi dimana-mana dan tidak berhenti hanya disatu daerah, melainkan terus menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Orang-orang yang tidak bersalah pun turut terkena imbasnya. Lalu, apa penyebabnya? Apakah salah jika Tuhan yang menghendaki hujan turun, sehingga menjadi banjir? Lalu, apakah juga sudah takdir Tuhan, tanah bergerak, longsor, atau angin bertiup kencang? Sehingga manusia tidak bisa berbuat apa-apa? Jawabannya adalah bukan. Melainkan, karena ulah tangan manusia itu sendiri yang suka lupa akan peringatan dari Tuhannya. Banyak dari mereka yang lupa telah merusak alam dengan melakukan penggundulan hutan, pengeboran tanah yang berlebihan, membangun berbagai bagunan tanpa memperhatikan AMDAL pada daerah resapan air, membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya. 

Segala tindak kerusakan tersebut, tidak akan bisa dihentikan tanpa adanya kebijakan tegas dari seorang. Seorang pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya mestinya turut andil dalam membangun perbaikan untuk kesejahteraan masyarakat. Tetapi faktanya, penguasa didalam sistem kapitalis sekuler tampak memberi kebijakan berbeda dengan para pemilik modal. Buktinya, para pemilik modal masih dengan bebasnya melakukan segala cara demi meraih harapannya. Hal ini merupakan bukti betapa mirisnya hidup didalam sistem kapitalis sekuler, dimana pemimpin yang diharapkan bisa mengurusi urusan rakyat dengan baik, justru bersikap populis otoriter. Sosok pemimpin yang populis otoriter ini lahir dari sebuah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan yakni sistem sekuler. Sehingga, pokok dari segala permasalahan ini terjadi karena diterapkannya sistem kapitalis sekuler ini. 

Sementara, pemimpin seperti itu tidak akan dijumpai dalam sistem yang shohih yakni sistem Islam. Islam dengan sepaket aturannya memberikan pengaturan sempurna dari bangun tidur hingga tidur kembali, mulai dari urusan dapur hingga pada ranah urusan negara, termasuk pengaturan pemilihan sosok pemimpin yang ideal. Pemimpin dalam Islam, bertugas sebagai ra'in (pengurus) sekaligus junnah (pelindung) bagi rakyatnya. Ia akan bertanggungjawab mengurusi segala urusan rakyatnya dengan baik. Sehingga, tidak akan ditemukan pemimpin yang bersikap semaunya sendiri terhadap rakyatnya demi menguntungkan dirinya ataupun para oligarki. 

Sebab itu, tidak ada solusi lain yang mampu memberikan penyelesaian untuk menghentikan bencana, selain dengan kembali kepada tata aturan dari Sang Pemilik Aturan yaitu tata aturan Islam. Ketika bencana sudah terjadi, maka tidak ada harapan lain selain kembali kepada Allah dan berharap kepada rahmat serta ampunan dari-Nya. Banjir tidak akan mengalir, angin tidak akan bertiup kencang, tanah tidak akan bergerak dan bumi tidak akan dihantui bencana, jika Allah tidak menghendakinya.

Perlu diketahui, bahwa Allah mustahil menimpakan bencana, jika tidak ada hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya serta menyalahi aturan-Nya. Karena ridho-Nya akan datang tatkala manusia menjalankan kehidupan sesuai dengan aturan-Nya yaitu aturan Islam. Dan ketika Allah telah ridho, maka bumi akan menjadi baldatun tayyibatun warobbun ghafur. Maka, sudah semestinya seorang hamba tunduk pada aturan-Nya. Dan bersegera dalam memenuhi syariat-Nya dengan menerapkan aturan Islam di seluruh aspek kehidupan.