Bencana di Mana-mana, Saatnya Muhasabah Bersama
Oleh : Lihna Novia
Indonesia berduka. Hampir di semua wilayah negeri ini dilanda bencana. Tanah longsor, banjir, pergerakan tanah, dan angin puting beliung memporak-porandakan sejumlah permukiman warga.
Di Pandeglang, Banten, banjir menerjang dan merendam rumah penduduk dengan ketinggian air mencapai 1–2,5 meter. Banjir tersebut disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12/2024). Akibatnya, akses jalan warga terputus, dan sebanyak 202 warga harus mengungsi ke posko darurat.
Di Kabupaten Sukabumi, bencana hampir terjadi di seluruh wilayah. Pada Selasa (3/12/2024) dan Rabu (4/12/2024), sebagian wilayah Sukabumi dilanda banjir dan longsor. Berdasarkan catatan terakhir yang diperoleh DetikJabar, tercatat 10 orang meninggal dunia, dan dua lainnya masih dalam pencarian (Detik.com).
Di Cianjur, total ada 15 kecamatan terdampak bencana dengan ratusan rumah mengalami kerusakan. Bencana banjir, longsor, dan pergerakan tanah menyebabkan 185 rumah rusak, 381 rumah terendam, dan 75 rumah terancam. Sebanyak 1.375 jiwa menjadi korban bencana.
Setiap memasuki musim penghujan, jenis bencana hidrometeorologi menjadi langganan yang terus berulang. Mirisnya, pemerintah seolah-olah tidak serius dalam melakukan penanganan dan penanggulangan untuk menyelesaikan masalah bencana ini.
Penyebab Terjadinya Bencana
Penyebab bencana bukan semata-mata karena faktor alam. Sesungguhnya, bencana yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Ketidakpatuhan manusia terhadap aturan Ilahi dan pelanggaran syariat menjadi faktor utama yang harus kita sadari.
Kehidupan yang jauh dari syariat Islam serta penerapan sistem kapitalisme materialistik melahirkan manusia-manusia serakah tanpa empati. Atas nama pembangunan, mereka mengeksploitasi alam tanpa batas, yang akhirnya menimbulkan kerusakan di muka bumi.
Mirisnya, alih-alih melestarikan alam, negara ini justru melindungi kaum kapitalis dengan memberikan berbagai keistimewaan dan privilese. Persekongkolan antara penguasa dan pengusaha dipertontonkan secara nyata untuk memuluskan ambisi mereka mengeruk dan menguasai sumber daya alam tanpa rasa peduli. Tidak sedikit proyek pembangunan milik swasta dijadikan proyek strategis nasional, meskipun merampas ruang hidup manusia dan habitat satwa.
Benarlah firman Allah SWT dalam QS Ar-Rum ayat 41:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Muhasabah: Terapkan Syariat, Kehidupan Jadi Berkah
Sebagai seorang Muslim, sudah seharusnya kita bertaubat dan melakukan muhasabah diri. Berbagai bencana alam yang melanda negeri ini adalah peringatan dari Allah SWT, Sang Khaliq, pemilik alam semesta, agar kita kembali kepada aturan-Nya.
Umat Islam harus menyadari bahwa berharap pada sistem buatan manusia sebagai solusi hanyalah sebuah ilusi. Sudah saatnya kita meninggalkan sistem demokrasi—sistem yang rusak, dikendalikan oleh segelintir oligarki, dan merusak kehidupan serta alam semesta secara hakiki.
Umat Islam harus tetap fokus berdakwah menyuarakan Islam kaffah. Umat Islam juga harus terus berupaya agar kepemimpinan Islam segera tegak di muka bumi. Dalam kepemimpinan Islam, negara berperan sebagai raa’in (pengatur) dan junnah (perisai). Hanya kepemimpinan Islam yang mampu membangun tanpa merusak, menjaga alam tanpa menyakiti semua pihak. Dengan demikian, bencana bisa diminimalkan, dan rakyat hidup sejahtera penuh berkah.
Firman Allah SWT dalam QS Al-A'raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.”
Wallahu a'lam bish-shawab.
Posting Komentar