-->

Bersegera Taat Berjamaah


Oleh : Ida Nurchayati, Kontributor

Ketaatan memang tidak mudah, terlebih dalam sistem sekuler, dimana agama hanya dipakai untuk urusan ritual ibadah. Sementara aturan kehidupan diserahkan pada manusia yang lemah dan terbatas. Semua serba bebas, dari cara beragama, berpendapat, bertingkah laku hingga dalam kepemilikan. Halal dan haram bukan jadi pedoman. Namun keimanan dan ketaatan adalah harga mati yang mesti diperjuangkan. Ada kehidupan abadi menanti, disanalah muara apakah manusia menuai kesengsaraan atau kebahagiaan yang tidak bertepi.

Mengokohkan Keimanan

Tidak bisa dipungkiri, mayoritas muslim hari ini memeluk agama Islam karena faktor keturunan. Padahal proses beriman seperti ini rawan dan mudah terombang-ambing dalam kehidupan. Sejatinya, ketika seseorang telah baligh, maka kewajiban pertama dan utamanya adalah memikirkan hakikat keberadaan Sang Pencipta-Nya. Imam Syafi'i mengatakan,

"Kewajiban pertama seorang mukallaf adalah berpikir dan mencari dalil untuk makrifat kepada Allah SWT. Berpikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu. Dalam berpikir tersebut, dituntut makrifat pada Allah. Dengan cara seperti ini, manusia bisa sampai pada makrifat pada hal yang gaib berdasarkan pengamatan dengan indranya, dan ini merupakan keharusan. Kewajiban dalam bidang ushuluddin".

Proses keimanan akan kokoh, ketika seseorang berpikir, merenungi tentang hakikat dirinya serta mampu menjawab tiga pertanyaan mendasar dengan benar. Dari mana dia berasal, mau kemana setelah kehidupan didunia ini, serta mau melakukan apa dalam kehidupan ini. Islam menjawab bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan berasal dari Allah. Setelah kehidupan ini akan kembali pada Allah untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya ketika di dunia. 

Manusia yang ingin selamat, maka ketika hidup di dunia akan melakukan peran sebagaimana fungsi penciptaannya, yakni sebagai hamba Allah dan khalifah dimuka bumi. Dengan melakukan ibadah sebagai bentuk penghambaan makhluk pada Khaliknya, dan memakmurkan bumi menggunakan syariat Penciptanya.

Taat Bukti keimanan

Ketika manusia menyatakan keimanan pada Allah dan Rasul-Nya, maka butuh pembuktian. Allah SWT berfirman dalam Surat An Nur ayat 51, yang artinya,

"Hanya ucapan orang-orang mukmin, apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung".

Keimanan mengharuskan menerima dan terikat dengan apapun yang datang dari Allah dan Rasul SAW secara keseluruhan, tanpa memilah dan memilih, dan dengan penuh ketundukan. Allah mencela sikap hamba-Nya yang mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 85 yang artinya,

"Apakah kalian beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan".

Penerapan sistem sekuler meniscayakan, Islam hanya diambil untuk urusan individu dan ibadah ritual. Sementara untuk urusan kehidupan, diserahkan pada aturan manusia. Padahal Islam, agama lengkap dan menyeluruh, mengatur seluruh aspek kehidupan. Pengabaian sebagian aturan Allah merupakan bentuk kemaksiatan terbesar manusia. Bahkan Allah menetapkan orang yang tidak mau berhukum dengan syariat-Nya sebagai orang fasik, dzalim maupun kafir ( Q.S Al Maidah ayat 44, 45, 47).

Realitas hari ini, ketika manusia jumawa, mencampakkan aturan Penciptanya, kerusakan dan kemaksiatan kian merajalela. Kesenjangan antara si kaya dengan si papa kian menganga, sumber daya ekonomi dikuasai segelintir oligarki. Dinegeri yang mayoritas muslim, kasus pinjol dan judol kian marak dan sudah banyak korban berjatuhan. Kasus pembunuhan serta bunuh diri makin tinggi. Pergaulan bebas, perselingkuhan, aborsi, Lgbt, hingga retaknya rumah tangga semakin mengkhawatirkan. 

Tak kalah mengerikan. Generasinya bermental stroberi, generasi rapuh yang berkutat dengan segudang masalah dari krisis adab, tawuran, bullying, pergaulan bebas, aborsi, bunuh diri hingga terlibat kriminalitas pembunuhan. Kerusakan terjadi hampir diseluruh lini kehidupan. Allah menggambarkannya dalam Surat Ar Rum ayat 41, yang artinya,

"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan ulah perbuatan tangan manusia. (Dengan hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Dengan segudang masalah tersebut, masihkan manusia jumawa, belum sadar untuk kembali pada aturan Rabbnya?

Taat Berjamaah

Negeri yang penduduknya mayoritas muslim ini saatnya instropeksi diri, bahwa ada paradigma yang salah dalam mengelola negara. Sistem demokrasi kapitalisme yang sudah dijalankan hanya mengantarkan pada penderitaan dan kesengsaraan. Semua terjadi karena kita mencampakkan sistem kehidupan dari Sang Mudabbir, Zat Yang Maha Pengatur. Allah SWT berfirman dalam Surat Taha ayat 124 yang artinya,

"Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta"

Seluruh komponen bangsa sudah saatnya berpikir "out of the box" merubah paradigma berpikir mencari solusi hakiki dalam membangun kehidupan berbangsa bernegara. Sosialisme dan kapitalisme pernah diterapkan di negeri ini. Presiden dengan berbagai macam karakter dan profesi pernah memimpin negeri ini, namun tidak menghasilkan kebaikan dan kesejahteraan. Saatnya, bangsa ini mencoba menerapkan sistem Islam, sistem shahih yang berasal dari Pencipta Manusia, yang Maha Tahu atas segala kelemahan dan kekurangan manusia.

Tinta sejarah emas pernah mencatat, Islam pernah diterapkan mengatur kehidupan, menguasai dua pertiga dunia, memimpin peradaban, menyatukan berbagai bangsa dengan keragamannya selama 13 abad. Belum pernah ada sistem lain yang menyamai kegemilangannya, mampu mewujudkan rahmat bagi semesta alam. Hal itu diakui para sejarawan barat (https://alwaie.net/?p=1627). 

Peradaban yang tidak hanya mengantarkan kebaikan dan kemuliaan di dunia, dan yang paling penting keselematan dan kebahagiaan di akhirat, kehidupan yang abadi. Patut kita renungi firman Allah SWT dalam Surat Al A'raf 96, yang artinya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya".

Keimanan, ketakwaan dan ketaatan berjamaah terwujud, ketika negeri ini menerapkan syariat Islam secara menyeluruh (kaffah) dalam seluruh aspek kehidupan. Ketaatan yang akan mengantarkan negari ini menjadi negeri baldatun tayyibatun warobbun ghofur. Negara adidaya yang mengemban mabda Islam, yang akan mengalahkan dominasi negara adidaya AS dengan kapitalismenya. Tidakkah kita mau?