Blunder Dari 'We Listen We Don't Judge'
Oleh : Lia Asani
Kalimat 'we listen we don't judge' akhir-akhir ini sedang trend dikalangan warganet dihampir semua platform sosial media dan menjadi tagar yang dianggap sebagai pengampunan dosa, sedang orang lain tidak boleh menjudge atau menghakimi pengakuannya.
Tindakan mengumbar aib dan kesalahannya agar diketahui orang lain bagi mereka adalah jalan mengurangi perasaan bersalah pada dirinya sendiri, keluarganya dan orang-orang terdekatnya. Bagi mereka, normal saja seseorang membuat kesalahan sefatal apapun, sehingga orang lain tidak berhak menghakimi.
Padahal, kesalahan yang dianggap manusiawi, disebar kemudian dinormalisasi, tentunya akan berdampak pada pemakluman sampai pembenaran bahwa manusia berhak berbuat kesalahan dan tidak boleh dihakimi oleh siapapun kecuali tuhan adalah kekeliruan dalam syariat.
Lebih parah dari itu, orang-orang akan bangga dengan kesalahannya, menganggap itu hanya masa lalu karena sekarang mereka sudah bertaubat, padahal Allah menutup rapat aibnya, namun mereka sendiri yang mengumbarnya dan bangga dengannya.
"Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) dimalam hari, kemudian dipagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut". (HR. Bukhari no. 6069 & Muslim no. 2990)
Dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara, tentunya syariat memiliki aturan yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar, ketika melanggar aturan, sebesar dan sefatal kesalahannya, tentu ada konsekuensi yang harus ditanggung.
Inilah yang akan terjadi ketika sistem islam tidak diterapkan, penyimpangan dan kemaksiatan dilakukan secara terang-terangan bahkan harus diketahui orang lain untuk mencari dukungan serta pembenaran sedang tidak ada hukum yang mengikat dirinya.
Sedangkan ketika sistem islam ditegakkan, tidak akan ada lagi yang berbangga diri dengan kesalahannya apalagi sampai menyebarkannya pada orang lain, jangankan sampai berbuat maksiat, mendekatinya saja akan merasa takut, takut konsekuensi yang akan ditanggungnya, baik didunia maupun diakhirat.
Posting Komentar