-->

Curah Hujan Tinggi, Banjir dan Longsor Banyak Terjadi, Siapa Peduli?


Oleh : Eyii Shelly (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi, sungai Cimandiri meluap dan terus meninggi nyaris hingga 2 meter yang di sebabkan guyuran hujan deras sejak Senin (2/12). Sekitar 20 rumah yang terendam. Proses evakuasi pun dilakukan secara mandiri oleh warga bersama dengan relawan yang saat itu sudah ada di lokasi. Sementara di wilayah pelabuhan Ratu Sukabumi, akibat curah hujan yang tinggi akses jalan menuju tempat wisata terbelah akibat pergerakan tanah . Bencana pergerakan tanah ini semakin meluas di 15 Kecamatan di Cianjur, Jawa Barat. Bahkan ada 27 titik pergerakan tanah yang tersebar di 18 wilayah kecamatan menurut data Pusat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) (Detik.com 7/12/24).

Manusia sering kali beranggapan bahwa bencana alam adalah fenomena alam dan sebuah takdir yang tidak bisa di rubah, dan mengganggap mereka hanya bisa pasrah tanpa bisa berbuat apa apa. Padahal bencana itu bisa terjadi akibat ulah tangan manusia itu sendiri. Mereka melakukan mengeksploitasi alam tanpa melakukan pelestariannya. Sehingga yang terjadi banyaknya kerusakan alam seperti pembalakan liar yang menyebabkan hutan gundul dan hilangnya daerah resapan air. Atau bahkan mereka melakukan pembangunan tanpa memperhatikan AMDAL di wilayah yang seharusnya menjadi resapan air. Maka tidak heran jika banjir dan tanah longsor sudah menjadi langganan ketika musim penghujan tiba. Bahkan menimbulkan efek bencana yang lebih buruk dari tahun ke tahun.

Hal ini sebagaimana Firman Allah dalam Quran Surat Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ۝٤١

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) "

Demikianlah yang terjadi jika manusia tidak memperhatikan aturan-aturan yang ada. Akan nampak kerusakan dan bencana yang terjadi karena pelanggaran aturan tersebut. Allah dengan syariatnya hakekatnya telah mengingatkan akan hal ini. Namun manusia dengan ketamakannya melanggar aturan tersebut. Terlebih lagi sistem pemerintahan saat ini memudahkan ijin bagi seseorang atau badan usaha untuk mengeksploitasi hutan dan alam asal mereka bisa memberikan kontribusi bagi pemasukan dan pendapatan negara. Bahkan aturan AMDAL dalam pembangunan juga mereka gerus untuk bisa terlaksana proyek-proyek tersebut.

Fakta yang demikian menjadi hal yang lumrah karena kita hidup dalam sistem yang menerapkan sistem kepemimpinan kapitalisme. Dalam sistem ini materi adalah standar utama dalam setiap perbuatan. Jadi sepanjang ada keuntungan dalam aktifitas tersebut maka aturan Islam tidak masalah jika dilanggar. Hal ini karena sistem kapitalisme dengan akidah sekulernya telah meniadakan peran Allah dalam kehidupan. Karena Allah hanya berperan dalam kehidupan beragama saja, tidak menyertakan dalam kehidupan sehari-harinya. 

Maka dalam sistem ini, pemimpin tidak melayani rakyat. Meraka hanya melayani mereka para pemilik modal yang banyak menghasilkan keuntungan. Padahal dalam Islam seorang pemimpin seharusnya menjadi raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung ) bagi rakyatnya, namun mereka justru menjadi sosok yang populis otoritarian. Dimana kebijakan kebijakan dibuat seolah olah pro rakyat padahal sejatinya mereka hanyalah regulator kebijakan bagi para pemilik modal.

Semua itu adalah bentuk dari kezaliman akibat seorang pemimpin yang tidak menerapkan aturan islam dalam mengatur negara. Padahal Allah telah menjanjikan umatNya hidup sejahtera dan penuh berkah jika mau melaksanakan aturanNya. Sebagaimana Firman Allah dalam Qur'an Surat Al A'raf ayat 96 : 

وَلَوْ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ 

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan". 

Maka ketaatan seorang pemimpin akan memunculkan rasa takut kepada Allah. Sehingga mereka akan menjalankan peran nya dengan baik, serta mengatur urusan umat sesuai dengan aturan Allah. Sehingga dalam mencegah bencana alam, dia akan mengatur pembangunan secara terukur, sustainable, juga tidak melakukan exploitasi berlebihan untuk meminimalisasi bencana yang bisa merugikan rakyatnya.

Islam juga memiliki konsep konservasi yang di sebut "hima" (kawasan lindung). Di lokasi hima diterapkan larangan berburu binatang, menggembala ternak dan juga merusak tanaman demi menjaga ekosistem. Pada masa Rosulullah SAW beliau pernah menjadikan padang rumput sebagai hima (kawasan lindung ), sehingga di padang rumput tersebut tidak boleh ada seorang pun yang menggembala ternak . Beliau juga menjadikan hima di beberapa tempat di dekat madinah .

Dalam islam pun memiliki sistem keuangan Baitul Mall yang terdapat alokasi pengeluaran khusus untuk keperluan bencana alam. Seksi ini memberi bantuan pada kaum muslim atas setiap kondisi darurat atau bencana yang menimpa mereka.

Itulah sebagian kecil ketika aturan islam diterapkan, yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang penuh dengan keberkahan, termasuk diantaranya adalah terhindar dari bencana alam. Dengan penerapan Islam akan memberikan tanggung jawab pada diri seorang pemimpin bahwa dia harus memiliki kepribadian Islam, ketaqwaan, kelemah lembutan, terhadap rakyat, serta tidak menimbulkan antipati (wallahu'alam)