-->

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sistem Sekuler


Generasi Sadis, Buah Penerapan Sistem Sekuler
Oleh : Isna 

Remaja saat ini menghadirkan banyak kekhawatiran. Semakin marak di media, dengan kasus-kasus yang mencengangkan seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, perundungan, dan minuman keras. Terbaru, terdapat kasus pembunuhan tragis yang melibatkan pelaku masih sangat muda.

Mengutip dari beritasatu.com pada Jumat, 6 Desember 2024, Kasus Seorang anak membunuh ayah dan neneknya, serta berusaha menghabisi nyawa ibunya, terjadi di sebuah perumahan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Kejadian ini mengejutkan banyak orang, terutama tetangga dan komunitas sekolah yang mengenal pelaku. Dengan sifatnya yang pendiam, patuh, dan ramah kepada tetangga, pelaku tidak pernah menunjukkan tanda-tanda yang mencurigakan. Pihak sekolah pun menggambarkan pelaku sebagai siswa yang cerdas, tidak terlibat dalam perilaku negatif, dan tidak menunjukkan gejala aneh selama waktu di sekolah. Hingga saat ini, polisi belum mampu memberikan penjelasan yang jelas mengenai apa yang memicu tindakan brutal remaja tersebut.

Kasus pembunuhan anak terhadap orang tua terus meningkat dengan tingkat kekerasan yang semakin mengkhawatirkan. Fenomena perilaku sadis yang ditunjukkan oleh generasi saat ini tidak muncul secara tiba-tiba; ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap tindakan tidak manusiawi serta hilangnya nurani dan akal sehat di kalangan Remaja. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, pola asuh keluarga. Pada era ini, visi dan misi keluarga yang berlandaskan pada nilai ketauhidan semakin pudar dalam kerangka sistem sekuler. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga sering kali terpengaruh oleh paradigma sekuler kapitalisme, di mana orang tua lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan materi anak tanpa memperhatikan pendidikan dan pemahaman Islam yang seharusnya diberikan oleh keduanya. 

Kedua, lingkungan sekolah dan masyarakat. Meningkatnya tindak kriminal di kalangan anak-anak, baik terhadap anggota keluarga maupun individu lain, sejatinya merupakan akibat dari penerapan sistem pendidikan sekuler. Lingkungan sekolah dan masyarakat memiliki peran yang signifikan dalam membentuk keshalihan komunal pada anak. Namun, sistem sekuler telah mendegradasi nilai-nilai tersebut dengan menormalisasi perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti pergaulan bebas, budaya hedonis dan permisif, pacaran, serta perzinaan.

Ketiga, kurangnya peran dan kontrol dari negara. Sistem pendidikan sekuler menghasilkan kurikulum yang sejalan dengan prinsip sekularisme. Dengan kurikulum semacam ini, karakter generasi tidak hanya tidak membaik, tetapi malah semakin memburuk. Visi dan misi pendidikan dalam membangun generasi yang shalih atau shalihah, berakhlak mulia, serta berkepribadian Islam tidak akan tercapai melalui sistem pendidikan sekuler, karena sistem ini pada dasarnya menjauhkan ajaran agama dari kehidupan sehari-hari. Di samping itu, kontrol dan pengawasan negara terhadap konten-konten negatif yang dapat merusak generasi, seperti pornografi, kekerasan, perundungan, penyimpangan seksual, dan seks bebas, sangatlah minim.

Lebih jauh, penerapan sistem sekuler kapitalisme tidak memiliki visi dan misi untuk membangun generasi yang cerdas dan bertakwa. tujuan pendidikan yang sejati telah tereduksi akibat sistem pendidikan sekuler yang mengajarkan nilai-nilai kebebasan. Akibatnya, kebijakan sekuler yang dihasilkan menjauhkan generasi dari norma-norma agama dan hukum-hukumnya. Standar perilaku tidak lagi berlandaskan pada prinsip halal dan haram, melainkan semata-mata pada nilai-nilai materialistis. Tolok ukur kesuksesan, kebahagiaan, kesenangan, dan kepribadian pun hanya dipandang dari aspek materi. Hal ini mengakibatkan generasi menjadi kering dari pendidikan dan pemahaman Islam yang komprehensif.

Membangun generasi yang cerdas dan bertaqwa merupakan tanggung jawab negara sebagai penyelenggara sistem dan pelayan masyarakat. Negara memiliki kewajiban penuh terhadap pertumbuhan dan perkembangan generasi di bawah pengawasan dan kontrolnya. Hal ini disebabkan oleh faktor pelayanan dan pengelolaan negara yang memiliki dampak signifikan terhadap pembentukan karakter generasi.

Implementasi sistem Islam akan terwujud apabila kepemimpinan Islam berfungsi secara maksimal, yaitu dengan negara menjalankan perannya sebagai ra’in (penjaga dan pelayan masyarakat) secara amanah. Semua faktor yang dapat menyebabkan munculnya generasi dengan perilaku menyimpang harus ditangani secara serius melalui penerapan aturan Islam di berbagai aspek kehidupan. Dalam rangka membentuk generasi yang cerdas dan bertakwa, negara, di bawah kepemimpinan Islam, akan melaksanakan peran-perannya sebagai berikut.

Pertama, menerapkan sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam dengan menjadikannya sebagai kurikulum inti di sekolah-sekolah. Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk membentuk generasi dengan pola pikir dan pola sikap yang selaras dengan ajaran Islam. Negara berkomitmen untuk menyediakan pendidikan secara gratis bagi semua anak di seluruh pelosok negeri. Dengan dukungan kurikulum berbasis Islam, sistem pendidikan gratis, fasilitas yang memadai, serta tenaga pengajar yang profesional, akan terjalin kolaborasi yang baik dalam menciptakan generasi unggul dalam hal iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedua, menerapkan sistem sosial dan interaksi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Di antara ketentuan Islam yang harus dijaga dalam pergaulan di lingkungan keluarga dan masyarakat adalah kewajiban menutup aurat dan mengenakan hijab syar’i bagi perempuan, larangan terhadap pacaran dan perzinaan, larangan berkhalwat, serta larangan ikhtilat. Penerapan aturan ini diharapkan dapat mencegah generasi dari perbuatan maksiat dan perilaku bebas.

Ketiga, melakukan pengawasan terhadap media dan melarang peredaran konten yang tidak mendukung perkembangan generasi, seperti tayangan pornografi, film yang mengandung unsur sekuler liberal, serta media yang menyerukan kemaksiatan dan tindakan yang melanggar syariat Islam.