-->

Hari Anak Sedunia dan Kondisi Anak Palestina



Oleh Ummu Ghoza

Anak merupakan calon generasi peradaban cemerlang. Islam sangat menyayangi anak. Begitu pula di dunia ini karena sayangnya pada anak, sudah bertahun-tahun ada perayaan hari anak. Lantas bagaimana kabar anak Palestina yang selalu dalam ancaman?

Setiap 20 November menjadi peringatan Hari Anak Sedunia. Tahun ini bertemakan Listen to the future. Stand up for children’s rights.” atau “Dengarkan masa depan. Dukung Hak-hak Anak.” Perayaan ini untuk memperjuangkan hak anak tanpa  diskriminasi.  Diantaranya hak pendidikan, kesehatan, dan perlindungan. (www.rri.co.id, 20/11/2024).

Ironinya di Palestina, anak-anak tidak mendapatkan haknya. Orang tuanya tiada. Makanan dan tempat tinggal, banyak dari mereka tak punya. Apalagi perihal pendidikan, kesehatan, keamanan, dan hak lainnya jelas terabaikan. Parahnya kondisi ini sudah terjadi setahun lebih karena genosida. Padahal setiap tahunnya selalu dirayakan hari anak demi masa depan generasi penerus peradaban.

Perayaan Hari Anak Sedunia ini dibuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1954. Khususnya oleh UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) (detikNews.com, 13-11-2024). 

Namun perayaan ini tiada arti karena masa depan anak-anak masih dalam ancaman. Diantaranya sejumlah 17.492 anak-anak Palestina tewas. Selain itu lebih dari 200 anak tewas di Lebanon dalam dua bulan terakhir. Parahnya lagi pada 2023 PBB menyebutkan bahwa lebih dari 30 juta anak di 15 negara menderita malanutrisi akut dan 8 juta anak kekurangan gizi. 

Ketidakadilan ini terjadi karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme sekuler. Yang mana sumber daya hanya dikuasai oleh oligarki. Juga distribusi pangan yang tidak merata karena mekanisme pasar bebas. Alhasil terjadi kelaparan dimana-mana. 

Begitu juga konflik perang tidak akan pernah selesai sehingga  tidak akan ada jaminan hak anak di dunia. Negara abai terhadap terhadap tanggung jawabnya karena hanya mendewakan nafsu dunia dan terjerat nasionalisme. Termasuk para pemimpin negeri muslim yang hanya memikirkan kekuasaannya. Semua tercerai-berai tidak ada yang menolong anak-anak di negeri-negeri muslim yang terzalimi. 

Anak adalah anugerah berharga untuk peradaban gemilang. Sehingga harus dijaga keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan keamanannya.  Semuanya akan terjamin dalam sistem Islam (Khilafah). Karena diterapkan syariah Islam secara totalitas.

Oleh karena itu Zion*s laknatullah yang memerangi secara fisik akan dilawan dengan kekuatan dari jihad tentara khilafah. Sedangkan terhadap penjajahan politik dan ekonomi, negara mandiri mengelola kekayaan alamnya melalui sistem politik ekonomi Islam.

Kesejahteraan anak sedunia menjadi tanggung jawab negara. Namun karena masih banyak anak dalam ancaman sehingga menjadi tanggung jawab kaum muslim. Dengan dakwah seperti yang dicontohkan nabi Muhammad, niscaya semua akan merindukan diterapkan Islam secara kaffaah. Sehingga Islam akan kembali berjaya seperti yang lalu selama 13 abad lamanya. Wallahu a’lam. []