Indonesia Darurat Bencana, Butuh Kepemimpinan Islam
Oleh : Soelijah W. (Aktivis Muslimah)
Tidak bisa dipungkiri bahwa akhir-akhir ini banyak sekali terjadi bencana alam di negri ini. Segala macam bentuk bencana semua ada, mulai dari banjir (merupakan bencana tahunan), gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan lain sebagainya. Apakah bencana alam ini murni datangnya dari Allah SWT? Ataukah ada tangan-tangan manusia yang ikut andil dalam menciptakan bencana alam tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum yang berbunyi:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Fenomena Bencana Alam
Wilayah negeri ini telah terkepung berbagai macam bencana. Mulai dari meletusnya gunung Lewotobi di NTT, disusul banjir, longsor, pergeseran tanah, jalan ambles, serta yang terakhir yang adalah bencana di Kabupaten Sukabumi yang telah menelan korban jiwa (10 orang) dan ribuan warga yang terpaksa harus mengungsi. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi, terdapat 328 titik bencana di 39 kecamatan. (detik.com, 7/12/2024).
Bencana air bah tersebuat disinyalir akibat dari hujan deras yang menyelimuti wilayah Sukabumi selama dua hari berturut-turut. Air hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan Sungai Cimandiri meluap serta merendam sedikitnya puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Banjir yang melanda Sukabumi merupakan dampak dari pendangkalan sungai sehingga membutuhkan alat berat untuk menormalisasi alirannya. Selain itu, bencana serupa juga terjadi di daerah Pandeglang Banten pada hari Kamis (05/12/2024). Banjir di Pandeglang diduga berasal dari luapan sunga Cilemer sejak hari Senin dan mengakibatkan rumah-rumah warga terendam air setinggi 1-2,5 meter. Dilansir dari kumparan.com bahawasanya bencana tersebut mengakibatkan akses jalan warga menjadi terbatas dan menjadikan 202 warga terpaksa mengungsi di posko darurat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menginformasikan bahwa jumlah titik terdampak dalam bencana pergerakan tanah Cianjur yang akan direlokasi menjadi bertambah, yang awalnya hanya satu titik yakni di kecamatan Takokak kemudian bertambah menjadi empat titik yang kesemuanya tersebar di empat kecamatan. Empat titik tersebut diantaranya Kecamatan Takokak, Kecamatan Kadupandak, Kecamatan Tanggeung, dan Kecamatan Agrabinta.
Menghadapi bencana alam, seringkali manusia beranggapan hanyalah fenomena semata. Manusia hanya bisa pasrah menerimanya. Hal tersebut karena merupakan bagian dari takdir yang tak bisa dihindari. Namun, berdasarkan informasi yang telah disampaikan dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 41 diatas, ternyata bencana alam juga merpakan akibat dari tangan manusia yang melakukan berbagai kerusakan di muka bumi. Manusia telah banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap syari'at, dimana kehidupan tak lagi diatur dengan hukum-hukum Allah SWT.
Sistem Kapitalisme Pemicu Bencana
Sistem kapitalisme yang mengatur kehidupan saat ini merupakan sistem hidup yang rusak dan merusak. Sistem dimana materi sangat dituhankan sehingga mengakibatkan pengabaian syari'at Allah SWT. Pemimpin tak lagi menjadi raa'in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi rakyatnya. Pemimpin dalam sistem kapitalisme lebih condong menjadi sosok populis otoritarian, posisinya sebagai regulator dengan setiap kebijakan yang menguntungkan kapitalis.
Berbagai eksploitasi hutan dan SDA atas nama pembangunan, sehingga mengakibatkan kerusakan alam dan hilangnya keseimbangan ekosistem pada lingkungan. Keruakan alam inilah yang menjadi penyebab segala macam bencana alam yang ada. Mereka mengabaikan Anggaran perawatan sungai yang seharusnya dapat mencegah banjir justru dikorupsi dan dialihkan pada proyek yang sejalan dengan keinginan kapitalis. Hal ini merupakan bentuk kezaliman pemimpin yang tak menggunakan syari'at Islam dalam mengatur negara.
Islam Penyelamat Kehidupan
Saatnya umat melakukan muhasabah dan bertobat dengan terjadinya bencana alam yang bertubi-tubi ini. Sekuat tenaga berupaya agar syari'at Islam segera ditegakkan dibawah kepemimpinan Islam yang hanya bisa tegak dalam institusi negara Khilafah. Hanya negara Khilafah sebagai satu-satunya institusi yang bisa menerapkan hukum Islam secara Kaffah. Mengembalikan posisi pemimpin sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (perisai) sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Allah SWT berfirman dalam surah Al-A'raf ayat 96 bahwasannya seandainya manusia itu beriman dan bertakwa, Allah SWT pasti akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi.
Sistem pemerintahan Islam mengatur urusan rakyat untuk kemaslahatan mereka dengan tidak melakukan eksploitasi alam secara berlebihan. Pembangunan dilakukan pun terukur, sustainable (berkelanjutan) dan adanya konservasi yang disebut "hima" agar bencana alam bisa diminimalisir. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Tak ada hima dibenarkan, kecuali untuk Allah dan Rasul-Nya".
Peneliti bidang kajian Islam, Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadits, menyebutkan bahwa bahwa di lokasi hima diterapkan larangan berburu binatang dan merusak tanaman demi menjaga ekosistem. Saat Rasulullah SAW menjadi Kepala Negara Madinah, beliau pernah menunjuk beberapa tempat padang rumput dekat Madinah dijadikan hima, sehingga tak boleh seorangpun menggembalakan ternaknya ditempat tersebut.
Di dalam kitab Al Amwal fi Daulah al-Khilafah, Syaikh Abdul Qadim Zalum, menerangkan bahwa dalam Baitul Maal ada seksi urusan darurat/bencana alam (Ath-thawaari) yang bertugas mengurusi bantuan untuk warganegara saat bencana alam melanda dan dijadikan Undang-Undang negara Khilafah.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Kitab Syakhshiyah Islamiyah Juz 2 halaman 158 menjelaskan: "Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, kepribadian Islam, ketakwaan, kelemah lembutan pada rakyat dan tidak menimbulkan antipati".
Demikianlah Islam mengatur urusan kepemimpinan negara dengan detail dan komprehensif. Maka darurat bencana yang terjadi saat ini menjadi bukti bahwa umat Islam sangat butuh kepemimpinan Islam dibawah naungan negara Khilafah. Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]
Posting Komentar