Infrastruktur Transportasi Belum Merata, Rakyat Hidup Merana
Oleh : Misita (Pelajar)
Infrastruktur transportasi merupakan salah satu bagian penting yang menjadi penghubung antar wilayah. Namun, kenyataannya hingga kini pembangunan infrastruktur transportasi masih belum merata di berbagai pelosok daerah, terutama di luar pulau Jawa.
Seperti kondisi jalan di Kampung Bergang, Kec. Ketol, Aceh Tengah, yang kondisinya berlumpur dan licin ketika musim hujan. Ini disebabkan karena kondisi jalan yang masih berbentuk jalan tanah. Kondisi jalan serupa juga terjadi di daerah Kampar, Riau. Setelah 2 bidan yang viral menumpang naik alat berat Vibro Roller ketika akan menuju Posyandu Desa Bukit Melintang untuk pemeriksaan ibu hamil. Aksi menumpang alat berat terjadi karena jalan yang mereka lewati berlumpur setelah diguyur hujan deras.
Sementara itu, Jalan Raya Ponorogo-Pacitan di kilometer 233 amblas sepanjang 50 meter akibat tergerus arus air Sungai Grindulu. Dilansir dari Antara, kerusakan ini terjadi pada Sabtu (7/12/2024) dan menyebabkan hampir separuh badan jalan hilang, sehingga mengganggu lalu lintas kendaraan yang melintas di jalur tersebut. Selain berpotensi menyebabkan kemacetan dan kecelakaan, kerusakan jalan ini juga berdampak besar pada aktivitas ekonomi, seperti pengiriman barang.
Ada juga video viral seorang pemuda asal Dusun Kejuron Timur, Desa Tempuran, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan yang mengeluhkan kondisi jalan di desanya yang rusak parah dan tidak ada perbaikan sejak tahun 2008.
Infrastruktur Tidak Merata
Itulah beberapa fakta kondisi infrastruktur transportasi di Indonesia. Sungguh miris, pembangunan infrastruktur transportasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat belum merata di berbagai pelosok daerah. Tidak layaknya kondisi transportasi ini menyebabkan terhambatnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Ketimpangan pembangunan transportasi juga dapat kita lihat dan rasakan bahwa pembangunan yang ada hanya terfokus pada daerah perkotaan saja. Padahal transportasi adalah elemen yang sangat penting sebagai sarana penghubung antar wilayah. Selain itu juga sebagai pendukung dalam mengembangkan ekonomi dan juga pembangunan.
Keterbatasan biaya dan karakteristik geografis yang beragam sering disebut sebagai kendala utama. Padahal masalah sebenarnya adalah gagalnya negara dengan kepemimpinan Kapitalisme-Sekuler dalam mengurus dan menjaga rakyatnya.
Sistem Kapitalisme Membuat Rakyat Merana
Seperti inilah kondisi suatu negara apabila dipimpin oleh sistem Kapitalisme-Sekuler. Sistem dimana orientasinya hanya pada materi dan untung rugi. Akhirnya pelayanan negara dan pemerintah kepada masyarakat penuh dengan perhitungan.
Infrastruktur transportasi hanya akan dibangun jika ada keuntungan ekonomi dengan skema investasi. Adapun tidak ditanggapinya usulan perbaikan jalan oleh rakyat yang berulang menjadi bukti abainya penguasa atas kebutuhan rakyat. Pembangunan untuk rakyat dinilai tidak ada profitnya, yang ada hanyalah menghabiskan dana saja. Kepentingan rakyat menjadi urusan yang nomor dua. Jika tidak terpaksa maka tidak akan pernah mendapatkan perhatian.
Satu hal yang unik, pembangunan infrastruktur juga dimanfaatkan oleh para calon penguasa sebagai sarana untuk memikat suara rakyat supaya memilih mereka. Janji akan membangun jalan ini, jalan itu. Jembatan ini, jembatan itu dengan harapan mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan baik itu pemilihan orang nomor satu ataupun pemilihan kepala daerah.
Pemimpin Islam Mengurusi Urusan Rakyat
Berbeda dengan Islam, dalam Islam negara berfungsi sebagai ri'ayah (pengurus) yang mengurusi kebutuhan umat, atau rakyatnya. Jadi, negara wajib menyediakan infrastruktur transportasi yang layak, aman dan memadai untuk rakyatnya agar mempermudah kehidupan mereka. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab negara yang sungguh-sungguh dalam mengurusi kebutuhan rakyatnya.
Sebagaimana pernah diceritakan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau khawatir jika ada satu jalan saja yang berlubang dan membuat seekor keledai terjatuh. Dan nantinya akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Hal ini mencerminkan pedulinya seorang pemimpin terhadap kondisi rakyatnya, walau hanya seekor binatang. Bisa dibayangkan, hewan saja mendapatkan perhatian apalagi manusia, tentu akan diurus negara baik oleh negara.
Sebagaimana dalam hadits, bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab atas apa yang ia pimpin.
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Adapun sumber pembiayaan pembangunan dapat diambil dari pos kepemilikan umum Baitul Mal. Sehingga tidak bergantung kepada swasta. Seperti inilah konsep Islam dalam mengatur kehidupan. Hanya dengan sistem Islamlah hak rakyat dalam pembangunan infrastruktur transportasi yang layak dan merata akan terwujud. Wallahua'lam bishawab. []
Posting Komentar