-->

Muslim Rohingya Hadapi Ancaman Baru, Di Manakah Umat Islam?


Oleh : Azmi Dela

Tindakan penindasan terhadap kaum muslim terus meningkat dan begitu mengkhawatirkan akhir akhir ini. Tak sedikit kaum muslim, terutama muslim yang minoritas di suatu negara mendapat perlakuan buruk dari rakyat dan para pemimpin negara tersebut. Hak hak mereka sebagai manusia atau rakyat diambil begitu saja. Hak pemenuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi. Mereka digunjing, disiksa, dipojokkan, bahkan diusir dari negara mereka sendiri, seperti muslim Rohingya yang menjadi korban ketidakadilan pemimpin Myanmar saat ini.

Iya, penderitaan muslim Rohingya dikabarkan memasuki ancaman baru dari tentara Arakan. Beberapa bulan terakhir, tentara Arakan telah membunuh lebih dari 2.500 muslim Rohingya dan memaksa sekitar 300.000 muslim lainnya mengungsi ke dua kota. (antaranews.com, 4-12-2024)

Muslim Rohingya juga masih terancam saat mereka mencari perlindunganke negara lain. Terdapat lebih dari 100 imigran Rohingya berada di luar ruangan usai berlabuh di pesisir desa Pantai Labu Pekan, kecamatan Pantai Labu, kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Kamis 24 Oktober 2024. Petugas kemudian melakukan pendataan bagi mereka di kantor camat Pantai Labu. United Nations High Commissioner For Refugees (UNHCR) mencatat sebanyak 152 imigran Rohingya yang terdiri dari 20 anak anak, 62 perempuan, dan 70 laki laki yang terdampar di perairan desa Pantai Labu Pekan, Deli Serdang. 

Kompas.com juga mencatat, sebanyak 146 pengungsi Rohingya terdampar di kecamatan Pantai Labu. Sebelum tiba di Deli Serdang, mereka berlayar selama 17 hari dari kamp pengungsian di Bangladesh. Salah satu pengungsi, M.Sufaid (24), menjelaskan mereka awalnya mengungsi di Bangladesh karena adanya konflik di Myanmar, tempat asal mereka. Mereka berharap mendapat perlindungan di Indonesia, mereka nekat berlayar menggunakan kapal kayu. Namun, ternyata ada penolakan terhadap mereka oleh masyarakat. Selama perjalanan, Sufaid berlayar bersama dua keponakannya, dengan pasok makanan dan minuman yang sangat sedikit, mereka bertahan di laut selama 17 hari. Meski menghadapi penolakan, Sufaid berharap Masyarakat Indonesia dapat menerima mereka. 

Penerapan sistem kapitalis-sekuler di dunia ini terbukti telah gagal dalam menjamin keberlangsungan hidup bagi setiap manusia. Rakyat menderita dimana-mana, sedangkan yang dapat berkuasa hanya petinggi-petinggi, para pemilik modal, dan orang-orang yang terlahir sebagai anak anak dari mereka. Keberadaan rakyat seakan akan hanya sebagai boneka yang dimainkan semaunya oleh pemiliknya. Sistem sekuler juga mau tidak mau menyebabkan perpecahan antar manusia. Mereka akan disibukkan dengan kepentingan masing-masing. Tak peduli bahwa disisi lain ada saudara mereka yang sedang kesusahan. Tak ada rasa rasa saling mencintai dan memiliki yang sejati dalam diri manusia, seperti warga Deli Serdang yang menolak kedatangan imigran Rohingya tersebut.

Sangat bertolak belakang dengan sistem Islam yang sungguh indah dan damai. Dalam sistem pemerintahan Islam, setiap warga akan diayomi sama rata. Jaminan kesejahteraan hidup dipenuhi, keamanan dan ketenteraman hidup terjamin. Hubungan persaudaraan sangat kuat. Umat muslim akan saling peduli dan mencintai satu sama lain, sebagaimana hadis Rasulullah

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Umat muslim juga harus bersatu sebagaimana Allah berfirman,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

Dari petunjuk dan pelajaran ini, maka perlu hadir sebuah kesadaran ideologis pada bangsa ini untuk bersatu dan mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan hukum Allah, sehingga setiap individu manusia akan menyadari betapa pentingnya saling membantu sesama muslim.  

Wallahu a’lam bisshowab. []