Peran Pemuda Menuju Perubahan Hakiki
Oleh: Hamnah B. Lin
Pemuda dengan seluruh potensinya sesungguhnya mampu merubah tatanan peradaban sebuah bangsa. Namun hari ini potensi itu telah dilumpuhkan oleh serangan tersistem yang membuat pemuda kian rapuh dan tak berdaya. Kenestapaan terus menghantui kaum perempuan dunia. Tidak terkecuali kaum muslimah. Himpitan ekonomi, kemiskinan, dan sebagainya yang melanda dunia, tidak terkecuali negeri kita tercinta ini. Belum lagi tindak kekerasan yang menimpa perempuan saat ini yang makin merajalela.
Komnas Perempuan mencatat jumlah kekerasan terhadap perempuan pada 2023 sebanyak 289.111 kasus. Bahkan kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini makin sadis. Kekerasan suami kepada istri makin banyak. Bahkan ada di antaranya yang sampai dibunuh dan dimutilasi. Ini semua memberikan gambaran yang sangat tegas bahwa masyarakat kita hari ini sedang tidak baik-baik saja.
Seluruh permasalahan hari ini sesungguhnya karena berpangkal pada akar yang sama, yakni rusaknya tatanan kehidupan yang diterapkan saat ini. Tatanan hidup yang dimaksud tidak lain adalah tatanan hidup kapitalisme yang tegak di atas akidah sekuler. Inilah yang senyatanya sedang mengungkung kehidupan kaum muslim di mana pun. Akidah ini menafikan peran Sang Khalik dalam pengaturan kehidupan. Sebaliknya, akidah ini justru memberikan hak prerogratif pengaturan kehidupan tersebut kepada manusia.
Dari akidah yang rusak ini, wajar jika kemudian lahir sistem hidup yang rusak pula, seperti sistem ekonomi kapitalistik, tata sosial individualistik dan rancu, sistem politik oportunistik, sistem pendidikan materialistik, tatanan budaya yang hedonistik, serta aturan-aturan cabang lainnya yang kian memunculkan permasalahan.
Allah Taala telah mengingatkan kita bahwa sepanjang manusia mengingkari aturan-aturan-Nya, maka manusia akan terperosok dalam kehidupan yang serba sempit lagi hina (Lihat: QS Thaha [20]: 124). Segala permasalahan hari muncul adalah karena kita telah meninggalkan aturan-aturan-Nya, telah berani membuat hukum tandingan, telah berani membuat hukum atas dasar kesepakatan bersama.
Maka tiada lain dari jalan keluar atas semua kerusakan, kesempitan hari ini adalah dengan kembali kepada Syariat-Nya, menjalankan aturan-aturan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan. Umat Islam secara keseluruhan harus bersinergi melakukan perubahan mendasar. Perjuangan kaum muslimah tidak boleh lagi terus berkutat pada persoalan cabang (persoalan perempuan). Pasalnya, selain hanya akan melalaikan umat dalam persoalan-persoalan yang parsial, ia justru akan kian mengukuhkan dominasi sistem kufur dalam kehidupan kaum muslim.
Allah Taala telah memberikan posisi dan peran yang istimewa bagi perempuan. Keistimewaan seorang muslimah tidak terlepas dari sifat kasih sayang dan lemah-lembutnya. Oleh karena itulah, ia diamanahi oleh Sang Khalik untuk menjadi ummun wa rabbatun bayt (ibu dan pengelola rumah suaminya). Dari rahimnya lahir generasi berkualitas prima.
Banyak peran yang bisa dimainkan dan dilejitkan oleh kaum muslimah saat ini. Dengan itu mereka bisa berkontribusi dalam mengembalikan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah. Di antaranya,
1. Menjadi ibu ideologis
Ibu ideologis adalah ibu yang memahami Islam secara kafah. Dengan itu ia pun akan mampu mendidik anak-anaknya dengan ideologi Islam. la mampu merumuskan desain pembinaan dan pendidikan yang terencana, terstruktur, dan terbaik bagi anak-anaknya, bahkan sejak merencanakan kehamilan. Secara politis, ini merupakan peran yang sangat strategis bagi perempuan. Sebabnya, dari merekalah akan lahir generasi berkualitas prima yang menjadikan akidah Islam sebagai pijakan dalam mengarungi kehidupannya, siap berjuang untuk Islam dan menjadi pejuang Islam tepercaya.
2. Mendidik dan membina kaum muslimah dengan tsaqafah dan pemikiran Islam
Ketika kaum muslimah memahami Islam dengan benar, mereka akan mampu mendidik anak-anaknya dengan benar, menunaikan hak suaminya, dan menjalankan kewajibannya dengan baik. Sebagai bagian dari umat, kaum muslimah pun menyadari akan tanggung jawab mereka untuk melakukan pencerdasan umat dengan Islam. Dengan itu, umat akan merindukan penerapan syariat Islam dan berjuang bersama-sama untuk menegakan sistem Islam dalam naungan Khilafah.
3. Meluruskan pemahaman yang keliru tentang hukum-hukum syariat Islam
Saat ini, serangan pemahaman sekulerisme, liberalisme, feminisme, kapitalisme dan derivatnya telah merapuhkan ketahanan keluarga. Ide kesetaraan gender menjadi racun mematikan bagi kaum ibu. Di sinilah peran sentral muslimah dalam menangkal pemahaman sesat yang menyerang kaum perempuan.
4. Menjadi bagian dari jemaah dakwah ideologis
Berdakwah memang bisa dilakukan secara individual (dakwah fardiyah). Namun, untuk tujuan besar mewujudkan perubahan hakiki dengan penegakan syariat dan Khilafah, mustahil dapat terwujud oleh orang per orang. Upaya ini hanya bisa dicapai dengan dakwah secara kolektif (dakwah jemaah), terlibat aktif dalam dakwah melanjutkan kehidupan Islam. Caranya dengan bersama-sama mengkaji Islam secara intensif, memahami hukum-hukumnya, menjadikannya sebagai pijakan, serta aktif menyerukan tegaknya syariat dalam naungan Khilafah.
Kaum muslimah hendaknya bergabung dalam barisan dakwah agar aktivitas mereka terorganisir, terarah, dan tepat sasaran. Di sini pun mereka mampu melejitkan potensi diri mereka, dalam penguasaan tsaqafah, dan kepribadian mereka. Keterlibatan kaum muslimah dalam partai politik ideologis merupakan pemenuhan kewajiban dari Allah Taala (Lihat: QS al-Imran [3]: 104).
Bergandengan tangan merajut kebersamaan untuk berjuang mengambil peran strategis ini, adalah wujud syukur atas segala sesuatu yang Allah berikan, dan sebagai bentuk memenuhi kewajiban dari Allah untuk membentuk sebuah jama'ah yang menyeru kepada kebaikan dengan amar ma'ruf nahi mungkar.
Wallahu a'lam.
Posting Komentar