Sejarah Peradaban Islam, Sejarah Hebat Yang Terukir Di Dunia
Sejarah Peradaban Islam, Sejarah Hebat Yang Terukir Di Dunia
Oleh : Maulli Azzurra
Jakarta (Kemenag) --- Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan komitmennya untuk membersihkan Kementerian Agama dari praktik korupsi. Hal ini ia ungkap dalam puncak peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2024 di Gedung Juang Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kementerian Agama adalah yang pertama datang ke KPK untuk meminta pendampingan. Tujuannya, agar seluruh kegiatan Kementerian Agama yang sangat besar ini terus diawasi, terutama dalam pelaksanaan ibadah haji dan penyelenggaraan pendidikan, yang memang menyerap dana paling banyak," ujar Menag, Senin (9/12/2024).
Masih dalam ranah atasi kasus korupsi yang tiada menemui titik terang,baik dari hukum,sampai penyelidikannya. Dimana pemerintahan yang jelas nyata dengan kondisi korupsi yang tidak sedikit, namun terus berdiri kokoh dengan kekuatan pemilik modal kapitalis. Dan pasti akan tercatat sebagai sejarah dimasa mendatang. Maka hal inilah yang dimaksud sangat berbanding terbalik ketika Islam yang mampu menguasai tiga perempat dunia dengan penerapan syariat Islam.
Perjalanan panjang manusia pasti menyisakan sebuah peradaban yang tentunya dengan peradaban yang ditinggalkannya, generasi penerusnya akan menapaki jejak para pendahulunya. Pun dengan sejarah panjang perkembangan Islam, akan banyak ditemui catatan penting dari setiap perkembangannya.
Dalam ruang lingkup paling kecil misalnya , keluarga dibangun oleh kepala keluarga yang sekuler, maka akan meninggalkan legacy bagi dinastinya berupa sekuler juga, yang jauh dari agama. Sehingga life style yang dinampakan dalam keluarganya pun hedonis. Begitu pula dengan keluarga yang mendasarkan agama dalam mengatur keluarganya, tentu meninggalkan warisan sejarah yang akan dipelihara oleh keturunannya tanpa menjauhkan syariat dari kehidupannya.
Berharganya sebuah warisan hingga akan berpengaruh pada suatu yang besar. Karena legacy yang ditinggalkan oleh pendirinya, akan selamanya di ingat ,di contoh dan senantiasa diperjuangkan eksistensinya. Lepas itu sebuah legacy yang baik maupun yang buruk. Maka saat ini-pun umat islam yang sadar bahwa "syariat islam dan khilafah" sebuah legacy yang besar dan sangat penting eksistensinya, ketika ada orang yang menghancurkan atau berusaha membinasakannya, umat islam akan mati- matian mempertahankannya.
Adanya legacy pula yang memulai umat yang besar ini mampu bangkit dan berfikir cerdas agar legacy tersebut mencuat ke permukaan semakin dikenal dan semakin berkeinginan untuk diwujudkan kembali setelah sekian abad tertidur dibawah bayang- bayang kapitalisme barat. Tentu akan menjadi pertanyaan yang besar, jika umat Islam tak ingin dan bersegera mempertahankan dan mewujudkan legacy yang dibangun Rasulullah SAW dengan susah payah tersebut terus dalam kemerosotan. Bagaimana jika kita kelak ditanya apa dan mana andil kita menjaga legacy yang agung tersebut dihadapan Allah SWT.
Di dalam Al Qur'an disebutkan bahwa Allah SWT berfirman:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sungguh Aku akan menjadikan di muka bumi Khalifah..." [TQS al-Baqarah [2]: 30].
Imam al-Qurthubi [w. 671 H], ahli tafsir yang sangat otoritatif, menjelaskan, "Ayat ini merupakan hukum asal tentang wajibnya mengangkat khalifah." Bahkan, dia kemudian menegaskan, "Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban (mengangkat khalifah) ini di kalangan umat dan para imam mazhab, kecuali pendapat yang diriwayatkan dari al-'Asham (yang tuli tentang syariah) dan siapa saja yang berpendapat dengan pendapatnya serta mengikuti pendapat dan mazhabnya." [Lihat, Al-Qurthubi, Al-Jmi' li Ahkm al-Qur'n, Juz I/264].
Menjaga dan berjuang dimaksudkan agar kita meneruskan kembali apa yang Rasulullah saw contohkan, terlebih legacy tersebut akan menjaga kemuliaan manusia baik di dunia maupun akhirat. Maka jika kita tidak menjaga, berjuang dan mewujudkan kembali legacy tersebut, umat islam selamanya berada dalam kehinaan dan keterpurukan.
Wallahu a'lam
Posting Komentar