Sistem Kapitalisme Membentuk Generasi yang Sadis
Oleh : Siti Julaeha
Seorang remaja berusia 14 tahun nekat menusuk ayah dan neneknya hingga tewas serta melukai ibunya, yang kini dirawat di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Insiden ini terjadi di kediaman pelaku di Cilandak, Jakarta Selatan, sekitar pukul 01.00 WIB, Sabtu, 30 November 2024. Motif penusukan masih didalami oleh pihak kepolisian (Metro TV News, 2/12/2024).
Sementara itu, seorang pemuda berusia 21 tahun asal Dusun Basorok, Desa Lantek Timur, Kecamatan Galis, diduga membunuh temannya secara brutal dengan cara dibunuh dan dibakar. Peristiwa ini terungkap setelah warga menemukan mayat terbakar di sebuah gudang yang sudah tidak beroperasi. Pada malam 1 Desember, sekitar pukul 20.30 WIB, warga setempat terkejut melihat kobaran api di lokasi tersebut (Radar Bangkalan, 3/12/2024).
Sungguh miris, perilaku sadis di kalangan generasi muda terus berulang. Hal ini menunjukkan bahwa akar masalahnya belum tersentuh dan belum ada solusi yang mampu menyelesaikan persoalan ini secara tuntas dan menyeluruh.
Akar Masalah
Banyak faktor saling berkelindan yang menyebabkan generasi muda menjadi sadis, dan semua itu berhubungan dengan sistem yang diterapkan saat ini. Sistem tersebut telah merusak fitrah manusia, termasuk membentuk karakter masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan.
Kalangan remaja saat ini sering menjadikan permainan game online sebagai panduan hidup. Dampaknya, emosi mereka mudah tersulut, menjadikan mereka beringas dan sadis. Sistem pendidikan yang berlandaskan kapitalisme sekuler juga berkontribusi besar dalam hal ini. Sistem ini gagal mencetak siswa yang berkepribadian Islam, memiliki akhlak mulia, tidak mudah menyakiti sesama, dan peduli terhadap orang lain. Peserta didik yang hidup di bawah sistem ini tidak menghadirkan Allah SWT dalam setiap perbuatannya. Bagi mereka, yang penting adalah memenuhi hawa nafsu serta mendapatkan manfaat dan kesenangan, tanpa peduli halal atau haram.
Kondisi ini diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya, termasuk dalam menyediakan sistem pendidikan yang memiliki visi untuk membentuk kepribadian mulia dan menjaga kesehatan mental generasi.
Solusi Islam
Berbeda dengan kapitalisme, Islam menawarkan solusi menyeluruh yang mampu membentuk generasi berakhlak mulia. Sistem pendidikan Islam bertujuan mencetak individu dengan kepribadian Islam, di mana para peserta didik diajarkan untuk selalu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitasnya. Standar perbuatan mereka adalah hukum syara’, dengan memperhatikan halal dan haram. Dengan demikian, akan lahir generasi yang peduli terhadap orang lain, tidak mudah tersulut emosinya, dan tidak berperilaku menyakiti sesama.
Dalam Islam, peran negara sangat penting. Islam menempatkan pemimpin sebagai raa’in (pengurus/pelayan umat) yang bertanggung jawab atas rakyat, termasuk dalam membangun generasi yang berkualitas. Kepemimpinan Islam mengharuskan negara untuk membangun sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sistem ini bertujuan menghasilkan generasi yang beriman, bertakwa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta memiliki jiwa kepemimpinan.
Sejarah panjang penerapan Islam telah membuktikan keberhasilan melahirkan banyak ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama serta aktif berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Saat ini, umat membutuhkan pemimpin yang benar-benar peduli dan mengurus rakyat dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, kita membutuhkan kepemimpinan Islam.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Posting Komentar