-->

Derita Anak Gaza, Derita Kita


Oleh : Ummu Hanan

Kondisi anak-anak Gaza kian memprihatinkan. Dari hari ke hari jumlah korban keganasan tentara Israel dari kalangan anak-anak semakin bertambah. Mengutip informasi yang dirilis oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) bahwa di dalam setiap jamnya terdapat setidaknya satu anak Gaza yang tewas. Selain dari itu terdapat tidak kurang dari 14.500 anak Palestina tewas akibat serangan Israel ke wilayah itu pada Oktober 2023 (beritasatu.com,25/12/2024). Selain itu, kondisi cuaca dingin ekstrem di wilayah tersebut telah menjadi ancaman tersendiri bagi nasib anak-anak Gaza yang hidup di pengungsian akibat minimnya tempat tinggal yang memadai.Adapun kiriman bantuan perlengkapan seperti selimut dan kasur untuk pengungsi harus tertahan berbulan-bulan akibat blokade yang dilakukan oleh pihak Israel (khazanah.republika.co.id,29/12/2024).

Kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel tidak bisa dibenarkan. Israel telah menampakkan aksi brutal penindasan serta kekejaman diluar batas kemanusiaan. Kebiadaban Israel lebih layak disebut sebagai genosida, karena menyasar secara sporadis tanpa pandang usia. Di sisi lain, rakyat Palestina harus menghadapinya seorang diri. Keberadaan badan PBB seperti UNRWA yang konon serius mengurusi persoalan Palestina terbukti tidak mampu memperbaiki keadaan. Lembaga ini seolah hanya menjadi juru tulis dengan tugas mencatat penambahan jumlah korban tewas, hilang dan terluka. Selain itu, keberadaan badan PBB dan semisalnya hampir-hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali. Bantuan yang sedianya harus segera disalurkan kepada rakyat Palestina akhirnya hanya menjadi tumpukan logistik tak berarti.

Penguasa negeri kaum Muslim seolah bergeming. Tidak ada satupun diantara penguasa tersebut yang berani bersuara lantang kecuali hanya berupa kecaman dan aksi mengutuk. Konferensi demi konferensi diselenggarakan bukan untuk mencari solusi melainkan sekadar reputasi. Penguasa negeri kaum Muslim lebih memilih untuk menyelamatkan wajah mereka sekiranya isu Palestina bisa memberi citra positif nan religius. Maka forum internasional semisal KTT Liga Arab-OKI boleh dikatakan jauh panggang dari api, bahkan tidak menyentuh akar masalah. Mereka menginginkan Israel mengakhiri pendudukan tapi hanya berupa seruan, tak ada penghentian tegas dalam bentuk kekuatan militer yang pastinya lebih menggentarkan musuh. Berharap pada kepemimpinan baru AS di bawah Presiden Donald Trump tentu lebih tidak masuk akal, sebab AS adalah induk semang Israel.

Penderitaan anak-anak Gaza menjadi bukti gagalnya sistem kapitalisme memunculkan rasa keadilan. Kapitalisme hanya berbicara soal bagaimana penghidupan yang layak bagi para pengusung kapitali, tidak untuk umat manusia secara keseluruhan. Mereka intens menyebarkan propaganda soal perlindungan atas hak asasi manusia (HAM) tetapi bungkam pada kasus Gaza. Sistem kapitalisme telah memberi jalan bagi penjajah Zionis untuk menyerang dan membantai anak-anak Gaza tanpa ampun. Atas dosa apakah anak-anak Gaza tersebut dibunuh? Sistem kapitalisme tidak bersungguh-sungguh mewujudkan perdamaian dunia meski mereka mengaku memiliki tentara penjaga perdamaian. Maka sangat tidak pantas kaum Muslim mendukung penerapan sistem ini jika tidak ingin kerusakan terjadi semakin parah.

Kaum Muslim harus memiliki penyikapan yang benar atas segala hal. Penyikapan ini dipengaruhi oleh bagaimana syariat Islam menetapkan, seperti kadar baik dan buruk, haq dan bathil serta terpuji dan tercela. Kita tidak boleh terbawa pada arus pemikiran sekular yang turut mendukung keberlangsungan sistem kapitalisme. Kita harus memahami bahwa Allah SWT telah melarang kita untuk berlemah lembut dengan penjajah. Sebaliknya, syara’ telah memerintahkan kita untuk tegas memerangi segala bentuk penajajahan. Allah SWT berfirman dalam QS:Al Anfal ayat 60 yang artinya, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu. Dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya”.

Derita anak-anak Gaza adalah derita Gaza. Kita tidak diperbolehkan berdiam diri atas penderitaan rakyat Gaza karena mereka sejatinya adalah saudara kita. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya, “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai,mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh lainnya akan ikut merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur” (HR Muslim). Kaum Muslim, tanpa terkecuali para pemuda, wajib menyatukan kekuatan dalam hal pemikiran dan perasaan sehingga terbentuklah sikap yang satu. Kondisi ini hanya memungkinkan ketika kaum Muslim berada dalam satu kepemimpinan. Kepemimpinan atas seluruh negeri Muslim tanpa sekat nasionalisme, inilah wujud negara Khilafah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para pengikut beliau. Oleh karenanya, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melibatkan diri dengan sebaik-baik potensi yang dimiliki demi tegaknya kembali kepemimpinan dalam naungan Khilafah Islamiyyah. Allahu’alam.