-->

DI BALIK TREN VIRAL “KU MULAI TERBAWA ARUS”


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Ada lagi tren viral yang berbahaya bagi kaum muda. Di tiktok banyak sekali yang membuat konten “Ku mulai terbawa arus”. Konten ini menjadi tren dan viral ketika sejumlah orang memamerkan perubahan dalam hidupnya. Yang awalnya memakai pakaian syari, kemudian melepasnya dan beralih ke cara berpakaian ala liberal, yang minim bahan. 

Sungguh parah sekali kondisi umat saat ini. Benar-benar memprihatinkan. Mengapa bisa melepaskan diri dari syariat Allah, malah menjadi sesuatu yang membanggakan? Bahkan dipamerkan di sosial media dan dilihat banyak orang? Padahal berpakaian syar’i adalah kewajiban. Jelas perintahnya dalam Al-Qur’an, surat Al-Ahzab ayat 59 dan Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31. Allah berfirman :
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan tidak menampakkan perhiasannya kepada siapa pun, kecuali.. (rincian mahram)” (An Nur 31).
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita orang-orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali.." (Al Ahzab 59).
Tapi generasi “zaman now” justru merasa tidak perlu ada yang pengaturan, sekalipun itu adalah aturan agama. Ketika pakaian yang kurang bahan itu terlihat fashionable alias kekinian, ya sudah dipakai saja; walaupun itu harus meninggalkan kebiasaan berpakaian syar’i.

Perilaku rusak generasi saat ini adalah pengaruh dari ide kebebasan yang disuntikan Barat ke tengah-tengah kaum muslimin. Barat yang menganut cara pandang sekulerisme, menganggap agama harus dipisahkan dari kehidupan. Termasuk dalam pergaulan. Makanya generasi jadi mengelu-elukan gaya hidup bebas. Tidak mau terikat oleh aturan apapun, termasuk aturan agama. Mereka merasa bebas berpacaran, bangga melakukan pergaulan bebas, bahkan mewajarkan perilaku aborsi. Mereka tidak menjadikan benar salah dan baik buruk sesuai agama, sebagai standar berperilaku. Perilaku remaja menjadi liar karena lahir dari keputusan-keputusan yang berlandaskan kesenangan dan nafsu semata, bukan mengikuti petunjuk yang berasal dari Sang Pencipta dan Pengatur manusia. Maka jangan heran jika perilaku generasi makin rusak. Karena cara pandang sekulerisme sangatlah bertentangan dengan Islam.

Berbeda dengan Islam. Dalam Islam, Iman dan takwa selalu dijadikan sebagai landasan perbuatan. Sementara sekulerisme selalu menjadikan kesenangan duniawi sebagai tujuan perbuatan, meskipun harus menentang aturan agama. Tentu saja ini menjadi PR kita bersama untuk mengubah paradigma ini. Karena jika generasi dibiarkan seperti ini terus-menerus, maka kerusakan akan semakin meluas. Bahkan ngerinya lagi, bisa-bisa keberkahan Allah tidak akan turun ke bumi. Maka agar bisa merubah perilaku generasi, maka harus diubah dulu pemikirannya mereka. Yang selama ini sudah menggenggam erat ide sekulerisme, maka harus dihapus pemikiran itu dan digantikan dengan pemikiran Islam yang berasal dari Sang Pencipta. Tentunya ini semua perlu ada kemauan dan keistikamahan untuk mengkaji Islam secara kafah (menyeluruh).

Masalahnya sekarang, rasanya susah sekali generasi itu diajak mengkaji Islam. Mereka lebih memilih untuk main dan nongkrong, daripada mengkaji Islam. Karena inilah kita membutuhkan peran negara. Sebab negaralah yang mampu mendidik dan mengkondisikan generasi agar memiliki mindset yang benar dan tidak terjerumus perilaku merusak. Dengan hadirnya negara yang menerapkan Islam secara praktis yaitu melalui Khilafah, Insyaallah generasi akan terselamatkan. Karena individunya akan dibentuk agar benar-benar memahami akidah Islam dia akan menjalani hidup dengan penuh kehati-hati. Masyarakatnya juga akan memiliki sifat kepedulian yang tinggi. Mereka akan saling menjaga satu sama lain dengan melakukan amar makruf nahi mungkar alias dakwah. Khilafah juga berperan secara serius dalam melindungi rakyat dan menerapkan hukum syariat. Maka Khilafah akan membentengi generasi dari ide-ide merusak seperti kapitalisme dan liberalisme. 

Sistem pendidikan Islam yang diterapkan Khilafah juga berasaskan akidah Islam. Tujuan pendidikannya adalah untuk membentuk generasi berkepribadian Islam, sehingga generasi akan memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Juga untuk mendidik agar generasi memiliki ilmu-ilmu Islam dan handal dalam iptek. Generasinya akan selalu berkarya untuk kemaslahatan umat. Pendidikannya tentu berbeda jauh dengan saat ini yang fokus pada pemberian materi saja. Tapi peserta didik akan benar-benar dipastikan paham atas materi tentang ilmu Islam, dengan dilihat bagaimana ia sadar melakukan kewajiban dan menjauhi kemaksiatan. Dengan begitu generasi akan benar-benar bertakwa dan berkualitas, tidak akan mau bermaksiat di mana pun dan kapan pun.

Selain itu Khilafah juga akan mensuasanakan generasi agar tetap terjaga dari pengaruh negatifmedia dan perilaku merusak. Media akan dijaga dari tayangan merusak, seperti pornografi dan pornoaksi. Tayangan yang ramai di media adalah dakwah dan ilmu pengetahuan. Pergaulan juga akan ditata berdasarkan sistem pergaulan Islam. Larangan ikhtilat (campur baur pria Wanita tanpa alasan yang dibenarkan agama), khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram), dan tabaruj (berhias berlebih yang menarik perhatian kaum lelaki); akan ditegakkan. Perintah berjilbab dan menundukkan pandangan akan diwajibkan. Dengan begitu generasi akan berada dalam ketakwaan, meski saat ini Khilafah belum ada. Tapi tentu kita harus yakin pada janji Rasulullah akan hadirnya kembali Khilafah nanti. Maka mari kita mengkaji Islam secara kafah dan mendakwahkannya ke tengah-tengah.

Wallahualam Bisawab