GENCATAN SENJATA DI GAZA HARAPAN SEMU BELAKA
Oleh : Soelijah W. (Aktivis Muslimah)
Sekitar 2 jam penduduk Gaza merayakan kebahagiaan pengumuman atas dicapainya kesepakatan gencatan senjata kesekian kalinya antara pihak Hamas dan Israel (pada 15 Januari 2025), tentu berharap perdamaian. Sedianya gencatan senjata akan berlaku mulai 19 Januari 2025, namun berubah dihantui rasa takut karena Israel kembali mengirimkan serangan berupa pesawat tak berawak dan meningkatkan tembakan artileri berat di beberapa tempat yang menghantam rumah sakit, tempat penampungan pengungsi serta rumah-rumah warga.
Serangan yang mematikan dan merenggut nyawa sehingga 82 orang menjadi syuhada (www.viva.co.id, 16/1/25). Serangan tersebut juga menambah jumlah korban jiwa 47 ribu rakyat Gaza dimana 69 persennya adalah anak-anak dan wanita. Belum lagi korban terluka dan yang hilang kurang lebih sekitar 110 ribu orang. Sementara itu sekitar 2,3 juta penduduk mengungsi selama perang berkecamuk. Kondisi warga yang mengungsi pun juga tidak kalah memprihatinkan. Tenda-tenda yang tidak kokoh dan rentan terhadap kerusakan akibat cuaca ekstrim. Bencana banjir akibat hujan dan hawa dingin di musim salju dengan perbekalan baju dan selimut yang kurang memadai, menambah beban derita rakyat Palestina.
Pemusnahan
Diatas kertas, kondisi perang yang tidak seimbang antara Hamas dan Zionis akan sulit dimenangkan oleh Palestina yang tidak mendapat dukungan penuh dari negara manapun di dunia. Sedangkan Zionis dengan dukungan utama Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam 15 bulan peperangan mampu menjatuhkan bom seberat 75 ribu ton sehingga meluluhlantakkan Gaza, tertinggal hanya reruntuhan dan puing-puing bangunan. Sasaran serangan tidak saja pada pasukan bersenjata Hamas, namun juga menyasar warga sipil serta pihak-pihak yang seharusnya dilindungi seperti para wartawan, pekerja medis, tim penyelamat, relawan, bahkan staf PBB.
Selain dukungan artileri dan persenjataan mutakhir, Zionis dengan pengaruh kuatnya mengontrol perbatasan-perbatasan negeri muslim lain yang berdekatan dengan Gaza. Kontrol di bagian utara ada negara Turki, di bagian selatan ada Mesir, hal ini membuat ribuan truk bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga Gaza dari berbagai negara tidak dapat masuk secara leluasa. Kehidupan warga yang sudah sangat tertekan akibat perang makin suram karena kelangkaan air, bahan pangan, listrik, obat-obatan medis, semakin menambah jumlah korban jiwa yang ada. Maka layak bila dikatakan perang ini adalah GENOSIDA, pembantaian besar-besaran yang dilakukan dengan sengaja untuk memusnahkan bangsa Palestina.
Jangan Berhenti Membela Gaza
Protes keras dan kecaman datang dari berbagai bangsa di penjuru dunia, namun tidak digubris sama sekali oleh Zionis. Dengan dalih “self defense” mempertahankan diri mereka, Zionis tetap menyalahkan Hamas atas Operasi Badai al-Aqsha pada 7 Oktober 2023. Padahal berdasarkan sejarah dan fakta yang ada Zionis yahudi justru adalah bangsa yang menjajah, mereka adalah pihak penyerang. Bagaimana mungkin perbuatan mereka bisa disebut mempertahankan diri?
Mirisnya lagi, sikap para pemimpin negara-negara Arab dan dunia Islam secara keseluruhan hanya sebatas mengutuk, mengecam dan mengirim bantuan logistik ala kadarnya untuk warga Gaza. Bahkan, Yordania justru mengijinkan wilayahnya dipakai fasilitas militer Amerika Serikat untuk melancarkan serangan Zionis laknatullah. Tak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin Arab dan dunia Islam. Mereka telah berkhianat dengan terus menjalin hubungan terlarang dengan Amerika Serikat dan malah sibuk menjaga tampuk kepemimpinannya daripada membela rakyat Palestina yang mengalami penderitaan yang luar bisa.
Sudah sepantasnya umat Islam membela Palestina melalui apapun yang mereka bisa. Bila untuk melawan secara fisik tidak ada peluang maka dengan memberikan bantuan logistik dan juga pemboikotan produk-produk zionis adalah suatu upaya juga. Meskipun bantuan materi dan juga boikot sejatinya bukanlah solusi hakiki untuk menolong saudara seiman di negeri yang diberkahi.
Pembebasan Palestina, Jihad dan Khilafah Islamiyah
Umat Islam harus yakin, bahwa dengan tegaknya Khilafah Islamiyah maka negara daulah akan mengirimkan tentara terbaiknya untuk berjihad membebaskan Palestina. Inilah bentuk kemenangan yang hakiki dan nyata, seperti yang telah difirmankan Allah SWT,
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًا
"Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,"
(QS. Al-Fath 48: Ayat 1)
Kemenangan akan datang atas pertolongan-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشْرٰى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهٖ قُلُوْبُكُمْ ۚ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 10)
Agar umat ditolong Allah SWT, maka wajib berjuang sesuai tuntunan Allah dan tidak menyerahkan urusan pada musuh-musuh-Nya. Harus terus berjuang secara syar'i dalam upaya mewujudkan solusi hakiki dengan bergabung bersama partai politik yang mendakwahkan Islam Kaffah dalam naungan Khilafah. Menyebarkan opini umum tentang betapa pentingnya keberadaan khilafah yang akan benar-benar mewujudkan hak-hak umat dan sekaligus melindungi umat dari bahaya kaum kafir penjajah. Karena, seorang khalifah memang berkewajiban untuk menjadi seorang pemimpin yang menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya untuk dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT kelak di yaumul hisab. Apakah ia benar-benar meriayah umatnya dan menjadi junnah atas kehidupan mereka. Mewujudkan kehidupan islami dalam kepemimpinan yang satu yaitu Khilafah Islamiyyah ala min hajinubuwah. Wallahua'lam bishawab. []
Posting Komentar