-->

HIKMAH ISRA MI’RAJ


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Salah satu peristiwa penting dalam Islam adalah momen Isra Mi’raj, yang akan kita peringati sesaat lagi. Ini digambarkan Allah dalam firman-Nya: 
“Mahasuci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepada dia sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (TQS al-Isra' [17]: 1). 

Ada beberapa poin penting dalam Isra Mi’raj :
Pertama. Turunnya perintah Allah untuk shalat wajib lima waktu, yang menunjukkan aspek ketaatan pada Allah SWT. Awalnya Allah memerintahkan untuk shalat lima puluh waktu, tapi ditawar oleh Rasulullah. Sampai hanya lima waktu. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah paling mengetahui kemampuan umatnya. 

Ini tergambar dalam hadis :
"Rasulullah SAW bersabda, 'Aku diperintahkan untuk melaksanakan shalat 50 waktu dalam sehari semalam. Aku kembali kepada Allah SWT dan berkata, 'Ya Allah, umatku tidak akan mampu melaksanakannya.' Lalu Allah SWT menguranginya menjadi 40 waktu. Aku kembali lagi dan berkata, 'Ya Allah, umatku tidak akan mampu melaksanakannya.' Lalu Allah SWT menguranginya menjadi 30 waktu. Aku kembali lagi dan berkata, 'Ya Allah, umatku tidak akan mampu melaksanakannya.' Lalu Allah SWT menguranginya menjadi 20 waktu. Aku kembali lagi dan berkata, 'Ya Allah, umatku tidak akan mampu melaksanakannya.' Lalu Allah SWT menguranginya menjadi 10 waktu. Aku kembali lagi dan berkata, 'Ya Allah, umatku tidak akan mampu melaksanakannya.' Lalu Allah SWT menguranginya menjadi 5 waktu. Aku kembali lagi dan berkata, 'Ya Allah, umatku tidak akan mampu melaksanakannya.' Lalu Allah SWT berfirman, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya 5 waktu itu sama dengan 50 waktu. Dan sesungguhnya kebaikan itu akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat.''" (HR. Bukhari dan Muslim)

Sayangnya, kini kewajiban shalat banyak yang melalaikan. Padahal Rasulullah sudah berbelas kasih pada umatnya untuk meringankan beban pelaksanaannya. Sejatinya shalat merupakan aspek penting untuk memperkuat keimanan umat Islam, sebagai kunci untuk mencegah segala kemaksiatan. Allah SWT berfirman: 
“Dirikanlah oleh kalian shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah kalian bersama orang-orang yang rukuk” (TQS al-Baqarah [2]: 43). 
Rasulullah saw. juga bersabda: 
Sungguh pembeda seseorang dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat (HR Muslim).

Kedua. Islam rasional. Saat di Sidratul Muntaha, Rasulullah ditawari minum yang harus Beliau pilih. Antara minum khamr dan susu. Beliau memilih susu. Berdasarkan hadis : 
"Rasulullah SAW bersabda, 'Aku telah diberi pilihan antara khamr (minuman keras) dan susu. Aku memilih susu.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Seandainya khamr itu baik, pasti Bani Adam tidak akan tercela. Akan tetapi, Allah SWT telah mengharamkannya. Aku telah diberi pilihan antara khamr dan susu, dan aku memilih susu.'" (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memilih minum susu daripada khamr, yang menandakan bahwa beliau lebih memilih yang baik dan halal daripada yang buruk dan haram. Inilah teladan yang luar biasa, yang beliau contohkan untuk umatnya. memilih susu adalah pilihan yang rasional, masuk akal. Sesuai dengan Islam yang agama yang logis, masuk akal, karena sesuai dengan fitrah manusia; sehingga menentramkan hati.

Ketiga. Aspek tes keimanan. Saat Rasulullah mengabarkan pada umat Islam dan masyarakat Arab secara keseluruhan berkaitan dengan peristiwa Isra’ Mi’raj ini, banyak yang meragukannya. Bahkan banyak juga yang akhirnya murtad. 

Ini menunjukkan peristiwa Isra Miraj ini akan memurnikan umat Islam agar yang tersisa hanyalah orang-orang yang kuat iman. Membersihkannya dari kaum munafik dan yang hatinyaSalah satunya adalah sahabat Beliau Abu Bakar, yang menjadi orang pertama yang membenarkan peristiwa ini. Karena itu beliau dijuluki Ash-Shiddiq (orang yang sangat jujur). Hal ini ada pada hadis :
"Rasulullah SAW bersabda, 'Aku telah diperintahkan untuk melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.' Para sahabat bertanya, 'Apakah engkau melihatnya dengan mata kepala?' Rasulullah SAW menjawab, 'Ya, aku melihatnya dengan mata kepala.' Abu Bakar berkata, 'Wahai Rasulullah, aku percaya kepada Allah SWT dan kepada apa yang engkau sampaikan.' Rasulullah SAW bersabda, 'Wahai Abu Bakar, engkau adalah ash-Shiddiq (orang yang sangat jujur) karena engkau telah membenarkan apa yang aku sampaikan.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Keempat. Aspek politik. Dalam Isra Mi’raj terlihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dengan dengan memperjalankan Nabi Muhammad saw melewati negeri-negeri yang kelak jadi bagian kekuasaan Islam di bawah kepemimpinan beliau. Sebelum terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, kepemimpinan dunia berada di tangan Bani Israil. 

Saat itu Rasulullah saw juga dijadikan sebagai imam shalat para nabi di Baitul Maqdis. Ini merupakan pengakuan para nabi atas peralihan kepemimpinan dari Bani Israil kepada Rasulullah Muhammad saw dan umat beliau. Rasulullah bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra.:
“Sungguh aku melihat diriku berada di tengah-tengah segolongan para nabi. Kemudian datanglah waktu shalat. Lalu aku menjadi imam mereka” (HR Muslim). 

Ini terbukti dalam sejarah. Kira-kira setahun setelah peristiwa Isra Mi’raj, Rasulullah saw berhijrah dari Makkah ke Madinah atas perintah Allah. Atas petunjuk Allah juga, Beliau mendirikan Daulah Islam (Negara Islam) dengan landasan ideologi Islam, yang menjamin teraihnya kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selama di bawah kepemimpinan Rasulullah, wilayah Daulah Islam meluas sampai seluruh Jazirah Arab. 

Setelah Rasulullah saw wafat, kepemimpinan digantikan para Khalifah. Saat era Khulafaur Rasyidin, jangkauan Khilafah Islam (sebutan Daulah Islam paska Rasul wafat) telah meliputi seluruh Jazirah Arab dan kawasan Timur Tengah, termasuk Syam (termasuk di dalamnya Palestina dengan Baitul Maqdis-nya). Syam sebelumnya berada dalam kekuasaan Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur). Baitul Maqdis di Palestina, termasuk Gaza di dalamnya, adalah negeri yang diberkahi oleh Allah SWT. Palestina masuk wilayah Khilafah sejak dibebaskan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. Syam pun insya Allah akan menjadi bagian dari wilayah Khilafah Islam pada masa yang akan datang. Ini berdasarkan sabda Rasul :
“Sungguh Allah telah melipat (menghimpun) bumi ini untuk diriku. Lalu aku dapat melihat bagian-bagian timur dan bagian-bagian baratnya. Sungguh kekuasaan umatku akan mencapai wilayah yang dilipatkan (dihimpunkan) kepadaku” (HR Muslim).

Karena itu, umat Islam di seluruh dunia wajib untuk peduli dan berjuang terus demi membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Israel. Ini karena Palestina sebagai bagian dari negeri Syam, juga merupakan tanah milik kaum muslimin sebagai tanah kharajiyah (didapat dari perang secara damai) yang selamanya milik umat Islam sampai kiamat. Caranya adalah dengan terus berjuang secara istikamah untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Hanya Khilafahlah yang bakal mampu membebaskan Palestina dari penjajahan entitas Yahudi dengan jihad fi sabilillah, sebagaimana dulu pun Khilafah yang membebaskan Palestina (Syam) untuk pertama kalinya dari kekuasaan Kekaisaran Bizantium. Khilafah pula yang sekaligus bakal mengusir kaum Yahudi dari tanah Palestina. 

Wallaualam Bisawab