-->

Jihad Dan Persatuan Umat: Jalan Menuju Kebebasan Palestina

 
Oleh: Anila
 
Menurut laporan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Selasa (24/12/2024), serangan brutal Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan satu anak tewas setiap jam.
"Setiap jam, satu anak tewas. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah banyak nyawa yang terputus," demikian pernyataan UNRWA, dikutip oleh Antara pada Rabu (25/12/2024).
 
Setidaknya 14.500 anak Palestina dilaporkan tewas akibat serangan Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza sejak 2023.
Membunuh anak anak Palestina tentu saja tidak dapat dibenarkan, bahkan yang selamat pun mereka terluka secara fisik maupun emosional. Tanpa akses pendidikan, banyak anak-anak Palestina di Gaza terpaksa mencari nafkah dengan mengais puing-puing bangunan. Anak-anak Palestina di Gaza kehilangan nyawa, masa depan, bahkan harapan mereka. 
 
Israel terus melancarkan serangan ke Jalur Gaza sejak perlawanan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Padahal, Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata.
Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 45.300 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas, sementara lebih dari 107.700 lainnya mengalami luka-luka.
 
Penderitaan yang seolah tak pernah berakhir menggambarkan kondisi Palestina saat ini. Sejak tahun 1967, Palestina telah berada di bawah penjajahan Israel selama 58 tahun. Selama itu pula, kaum Muslim belum mampu membebaskan Palestina dari kekejaman tersebut. Bahkan negeri-negeri muslim telah aktif dan masif mengirimkan bantuan sosial, mengirimkan relawan, mengkritik keputusan-keputusan AS dan entitas Yahudi dalam pendudukannya di Palestina, termasuk membuka jalur diplomasi untuk menjembatani masalah pencaplokan Yahudi atas Palestina. Berjuta bantuan sosial yang telah diberikan oleh umat Muslim, serta kritikan dari negara-negara muslim yang hanya untuk pencitraan semata ternyata belum cukup untuk melepaskan Palestina dari belenggu penjajahan. Seakan bantuan sosial saja tak cukup, diperlukan upaya yang lebih besar dari sekadar bantuan sosial. 
 
Satu-satunya cara untuk membebaskan Palestina adalah dengan bersatunya umat Islam di bawah naungan negara yang menjalankan syariat Islam. Dengan kondisi umat saat ini yang terpecah oleh sekat nasionalisme dan berada di bawah negara-negara kufur yang menjadi antek-antek Amerika, tentu hal ini tidak akan pernah membawa Palestina pada kebebasan.
 
Apa yang dilakukan oleh para pemimpin negara-negara Muslim saat ini hanyalah pencitraan belaka. Mereka hanya menggema-gemakan solusi dari negara-negara Barat yang mengusung ideologi kapitalisme. Jelas bahwa solusi tersebut tidak akan pernah mampu menyelesaikan perang ideologi ini.
 
Kaum Muslim harus memiliki agenda yang jelas dan terarah untuk membebaskan Palestina. Mereka perlu menyatukan pemikiran dan perasaan dalam satu visi yang kuat, kemudian mendorong para pemuda, khususnya di Timur Tengah, untuk bangkit melawan rezim-rezim zalim yang selama ini menjadi penghalang perjuangan umat Islam. Setelah berhasil menggulingkan rezim-rezim tersebut, langkah selanjutnya adalah menggerakkan kekuatan bersama menuju Palestina demi membebaskan wilayah tersebut dari penjajahan. Perjuangan ini tidak hanya membutuhkan semangat, tetapi juga strategi yang matang dan kepemimpinan yang tegas.
 
Aktivitas besar seperti ini hanya mungkin dilakukan oleh sebuah partai politik ideologis yang memahami Islam sebagai ideologi yang menyeluruh dan mampu memimpin perjuangan umat Islam secara global. Partai semacam ini harus memiliki struktur yang kuat, tujuan yang jelas, dan pengaruh yang besar di tengah umat untuk mengarahkan energi perjuangan ke arah yang benar.
 
Selain itu, para pemuda yang menjadi tokoh utama perjuangan ini juga harus memiliki kesadaran politik yang mendalam. Mereka tidak hanya perlu berjuang untuk membebaskan Palestina, tetapi juga menuntut tegaknya Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam yang akan menjadi solusi mendasar bagi permasalahan umat. Setelah pembebasan Palestina, langkah selanjutnya adalah mengangkat seorang Khalifah yang akan memimpin umat Islam secara keseluruhan. Khalifah inilah yang nantinya akan menjadi simbol persatuan, kekuatan, dan kepemimpinan umat dalam menghadapi tantangan global.
 
Wallahu a'lam bishawaab