-->

Kasus DBD terus meningkat, Hanya Islam solusi yang tepat


Oleh : Ummu Utsman

Kasus demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat dan berulang tiap tahunnya. Dari tahun ke tahun persoalan ini tak pernah mendapatkan solusi yang tuntas. Seperti yang terjadi kabupaten Bandung kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mencapai 2.542 sampai Oktober 2024 lalu, sebanyak 37 diantaranya meninggal dunia yang dikutip dari AYOBANDUNG.COM pada Jum’at, 13/12/2024

Dan dilansir dari Detik.com, Jum’at, 13/12/2024 Bahwa Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabupaten Bandung, Purwitasari mengatakan telah berupaya menurunkan angka CFR dengan berbagai cara. Di antaranya adalah melakukan penyelidikan epidemiologi dengue dan screening dengue terhadap pasien dengan gejala klinis dengue di Puskesmas. Dan mengupayakan kampanye PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penyimpanan air, memanfaatkan sampah bernilai ekonomis. Plusnya bisa menghindari gigitan nyamuk dengan obat oles yang sudah ada di pasaran dan juga menutup kelambu ketika tidur.

Menurutnya Dinkes Kabupaten Bandung telah melakukan pemberian larvasida untuk membunuh jentik nyamuk. Kemudian terus menggalakkan fogging dengan insektisida di sekolah-sekolah sekolah maupun di lingkungan sekitar.

Kampanye dan sosialisasi yang dilakukan oleh negara sudah dipandang sebagai bentuk pencegahan. Seharusnya dukungan ekonomi menjadi program terpadu untuk mencegah terjadinya DBD. Di sistem ekonomi kapitalis ini masyarakat dihadapkan dengan kesulitan hidup.
Karena bagaimana bisa masyarakat hidup dengan lingkungan yang sehat, jika memiliki rumah ideal dan asri saja tidak mampu, bahkan tidak sedikit masyarakat tidak memiliki tempat tinggal. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman tapi di lingkungan sistem kapitalisme rumah menjadi salah satu tempat yang harus diwaspadai juga.

Kemiskinan yang terjadi pada puluhan juta masyarakat negeri ini juga memastikan bahwa jaminan terpenuhinya kebutuhan mendasar tiap individu seperti sandang, pangan, dan papan yang layak juga kesulitan. Sementara itu, menjaga daya tahan tubuh merupakan salah satu cara untuk mencegah DBD dan hal tersebut membutuhkan dukungan sistem ekonomi yang mumpuni agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan yang bergizi. Demikian juga dengan sandang dan papan yang layak.

Oleh karena itu sudah sangat wajar jika kegagalan mencegah penularan DBD di negeri ini bersifat sistematis yakni dijadikannya sistem kapitalisme-sekular sebagai tekanan dalam bernegara. Upaya pencegahan bahkan pengobatan perlu dilakukan segera. Namun harus dengan kebijakan yang benar, bukan dengan paradigma sekuler kapitalistik yang tentu takkan menuntaskan permasalahan.

Syariat Islam kaffah merupakan jalan agar masyarakat dapat terbebas dari buruknya pengaturan kehidupan ini. Dengan paradigma Islam yang shahih, syariat akan diterapkan dalam bingkai Khilafah dan mampu mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh jiwa. Karena Islam memandang bahwa kesehatan adalah kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh negara atas rakyatnya, individu per individu. Khalifah adalah pihak yang bertanggung jawab langsung dan sepenuhnya terhadap kelestarian kesehatan rakyatnya. Apalagi dalam kekuasaan dalam Islam dipahami sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Wallahu’alam bi showwab