-->

Melanjutkan Pendidikan Generasi Emas di Gaza


Oleh : Maya Dhita 
Pegiat Literasi 

Pendidikan adalah tali penyambung peradaban. Pendidikan mampu mengubah tingkat kehidupan manusia dari level gelap kebodohan menuju level terbaik yang terang karena cahaya keilmuan. 

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang tidak dapat dinomorduakan apalagi diabaikan. Maka, tidak berlebihan jika suatu negara menganggarkan dana pendidikan secara besar-besaran karena mereka tahu bahwa pendidikan adalah investasi terbaik bagi keberlangsungan peradaban yang gemilang.

Lost Generation 

Lalu bagaimana jika pendidikan dalam suatu negara tidak dapat berjalan optimal? 

Mari kita mengingat kembali saat wabah covid-19 melanda negeri ini. Sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan mendadak karena harus beralih ke sistem daring mulai bulan Maret 2020 sampai awal tahun 2022. Hal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan pendidikan karena tidak semua siswa di seluruh wilayah Indonesia siap menggunakan berbagai platform digital. Terlebih bagi siswa yang berada di wilayah terpencil serta siswa dari keluarga miskin yang tidak memiliki sarana serta akses internet yang memadai. 

Dari sini kembali muncul istilah lost generation. Istilah ini menggambarkan keadaan di mana siswa didik kehilangan kesempatan untuk belajar, terhambatnya perkembangan sosial dan ketrampilan selama pembatasan belajar. Dampaknya, di beberapa daerah menunjukkan penurunan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Siswa tidak memiliki ketrampilan dasar seperti komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, berinteraksi secara langsung. Sedangkan siswa yang lulus susah mendapat pekerjaan karena kurangnya praktik dan pengalaman kerja. Hal ini tentu akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan generasi kita. Negeri akan hancur jika dipimpin oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan dan kapasitas mumpuni.

Matinya Sistem Pendidikan di Gaza

Lalu bagaimana dengan Gaza? Sebagai saudara seakidah yang kita yakini bagaikan satu tubuh. Saat salah satu bagian tubuh sakit, kita pun merasakan sakit. Tentu kita tidak akan tinggal diam melihat generasi gemilang pupus saat sistem pendidikan formalnya telah lebih dulu mati akibat perang yang tak kunjung berakhir. 

Di Gaza, cahaya ilmu berjuang sekuat tenaga agar tidak padam. Orang tua berusaha mendidik anak-anak mereka, menanamkan akidah, dan melekatkan hafalan Al-Qur'an di antara puing-puing reruntuhan dan tenda-tenda pengungsian. Begitu pula di sekolah-sekolah yang dijadikan tempat perlindungan, penduduk berusaha keras untuk menyediakan pendidikan bagi generasi emasnya. Wajibnya menuntut ilmu serta kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi keberlangsungan generasi membuat mereka tak menyerah dengan keadaan. 

Nyatanya, zionis tak mau melewatkan satu kesempatan pun untuk melenyapkan warga Gaza. Terakhir serangan udara zionis Israel menargetkan Sekolah Halwa di kota Jabalia, Gaza Utara. Sebanyak delapan orang tewas, di antaranya anak-anak dan wanita. (CNN, 11-1-2025)

Peperangan ini telah menyakiti banyak orang. Anak-anak di Gaza Palestina tak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka telah melewatkan dua tahun pendidikan formal secara berturut-turut. Peperangan ini menimbulkan kekhawatiran hilangnya generasi dari kaum muda Palestina.

Dunia pun diam. Negeri-negeri berpenduduk muslim seakan tak punya daya melihat apa yang terjadi di Palestina. Percuma juga jika masih berharap pada lembaga internasional yang kerjanya hanya di balik meja. 

Menyelamatkan Generasi Muda Palestina 

Masa depan generasi muda Palestina akan terselamatkan saat sistem pendidikan mampu berjalan normal kembali. Meskipun tidak mudah, tetapi hal ini harus segera diwujudkan. Makin lama generasi tanpa pendidikan yang memadai maka akan makin sulit mengejar ketertinggalan pendidikan. Maka tidak ada jalan lain selain menghentikan peperangan dengan cara mengalahkan zionis, bukan solusi lainnya. 

Untuk itu dibutuhkan perlawanan nyata dengan jihad dan khilafah untuk menyatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan. Umat Islam harus bersatu dan berjuang bersama-sama menyeru para penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara-tentara terbaiknya untuk berjihad membebaskan Palestina. Kekuatan tentara jihad dari berbagai penjuru negeri muslim dalam upaya pembebasan Palestina akan menjadi senjata ampuh dalam mengalahkan zionis. 

Sedangkan tegaknya Khilafah akan menjadi pelindung bagi Palestina sekaligus menjaga umat dari musuh-musuh Islam. Khilafah dengan sistem yang telah terstruktur akan memulihkan dan memperbarui sistem dan infrastruktur yang rusak akibat perang. Secara keseluruhan akan diatur dalam sistem Islam.

Khilafah secepatnya akan membangun sistem pendidikan bagi generasi muda dan mengejar ketertinggalan pendidikan selama peperangan. Sistem pendidikan berbasis akidah Islam menjadi formula sahih yang akan mengantarkan generasi muda menjadi generasi emas peradaban.

Mudahnya Akses Pendidikan pada Daulah Khilafah 

Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi oleh negara. Berbagai upaya akan dilakukannya agar umat mampu mengakses pendidikan dengan mudah dan murah. Pendidikan adalah investasi bagi keberlangsungan generasi. Makin berpendidikan dan kuat akidah generasi mudanya, maka makin berkualitas pula penerus estafet kepemimpinannya.

Untuk itu negara Islam akan mengeluarkan anggaran besar untuk pendidikan. Anggaran ini digunakan untuk pendidikan gratis, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, gaji guru, hibah penelitian, dan masih banyak pendukung pendidikan lainnya. 

Dana pendidikan yang besar ini tentu tidak menjadi masalah karena sumber pemasukan negara yang melimpah. Ditambah kesadaran umat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dengan saling membantu sesama yang membutuhkan, salah satunya memberikan wakaf pendidikan.

Puncak Kejayaan Pendidikan Islam 

Islam mengalami puncak kejayaan dalam sistem pendidikan di bawah kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima Daulah Abbasiyah. 

Pada masa kepemimpinannya, Khalifah Harun Ar-Rasyid mendirikan Baitul Hikmah sebagai pusat keilmuan paling modern di dunia pada masanya. Selain itu dibangun pula kuttab, yaitu sekolah dasar keagamaan untuk anak-anak, masjid, perguruan tinggi, rumah sakit, serta fasilitas umum.

Khalifah Harun Ar-Rasyid juga memiliki program yang bagus yaitu kepedulian beliau dalam menerjemahkan berbagai buku bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Sebuah dewan khusus penerjemah pun dibentuk untuk memfasilitasi program ini. Hal ini dilakukan agar informasi di buku-buku berbahasa asing tersebut lebih mudah dipelajari.

Khatimah 

Umat Islam akan berjuang untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman zionis dengan tarikah yang jelas yaitu jihad dan khilafah. Khilafah akan melindungi Palestina dari serangan musuh-musuh Islam dan menjaga keamanannya. 

Khilafah pun akan memastikan sistem pendidikan berjalan normal. Tak hanya itu, pendampingan psikologis dan rehabilitasi juga terus diberikan bagi anak-anak dan remaja paska perang. Negara akan memberikan pendidikan gratis dan membangun infrastruktur pendidikan secepatnya. Sistem pendidikan Islam menerapkan kurikulum berbasis akidah bagi generasi mudanya. Dengan adanya prioritas sektor pendidikan bagi generasi muda Palestina ini diharapkan kemuliaan peradaban Islam akan terus terjaga. Wallahualam bissawab. []