Membela Palestina Dengan Aksi Nyata
Oleh : Hanum Hanindita, S.Si
Ketua yayasan Universitas Jayabaya Moestar Putra Jaya Moeslim melontarkan pujiannya terhadap pidato Presiden Prabowo Subianto di KTT D-8 di Kairo, Mesir terkait Palestina. Moestar menyampaikan bahwa pidato Prabowo membawa pesan mendalam tentang pentingnya persatuan dan kekuatan negara-negara muslim untuk memberikan support nyata kepada Palestina.
Ia menilai pidato Prabowo berhasil menyentuh hati banyak orang. Presiden Prabowo menyampaikan pesan penting, jika kita lemah bagaimana bisa mendukung Palestina (merdeka.com, 21-12-24).
Pidato semacam ini bukanlah yang pertama kali. Untuk kesekian kalinya pemimpin negeri berpidato demikian, bahkan sebelum kepemimpinan Presiden Prabowo. Isi pidato tak jauh dari poin mengecam, mendukung, dan sejenisnya. Namun apakah pidato seperti itu mampu memerdekakan Palestina secara hakiki?
Jawabannya jelas tidak. Ibarat sebuah rumah, dimana tuan rumah sedang diserang perampok bersenjata, kemudian tuan rumah dilukai oleh perampok dan harta bendanya dirampas, tentu pertolongan yang dibutuhkan oleh tuan rumah adalah kekuatan bersenjata juga untuk menyelamatkan tuan rumah, rumah beserta harta bendanya. Bukan sekadar suara-suara membela atau mengecam tindakan perampok. Apalagi berunding dengan perampok. Maka pembelaan terhadap Palestina membutuhkan tindakan nyata, berupa pengiriman pasukan militer karena sesungguhnya inilah yang dibutuhkan oleh Palestina.
Tanpa pengiriman pasukan, maka pembelaan hanya sekadar retorika.
Mengapa demikian? Menurut K.H. M. Shiddiq Al-Jawi, Pakar Fikih Muamalah dan Kontemporer, negeri-negeri Islam termasuk Indonesia, tidak akan pernah memberikan aksi nyata membela Palestina berupa memobilisasi pasukan militer ke sana. Hal ini disebabkan karena, mereka telah terkena penyakit al-wahn, yaitu cinta dunia (hubbu al-dunya) dan benci mati (karahiyat al-maut) yang maknanya tiada lain adalah membenci jihad (karahiyat al-qital).
Alasan berikutnya karena tunduknya para pemimpin negeri Islam kepada Barat, khususnya Amerika Serikat, sehingga mereka pun akhirnya mengikuti saja pada kebijakan politik internasional dari negara-negara Barat. Ketika Amerika Serikat menetapkan solusi masalah Palestina dengan solusi dua negara (two state solution) misalnya, maka pemimpin negeri-negeri Islam pun, seperti Arab Saudi, Turki, Mesir, termasuk Indonesia, akhirnya ramai-ramai mengekor dan bertaklid buta pada kebijakan tersebut yang sama sekali tak memberikan keadilan.
Ada satu hal yang harus dipahami setiap muslim dalam memandang akar masalah Palestina-Israel, yakni apa yang terjadi di Palestina bukan sekadar konflik kemanusiaan atau agama saja. Namun bentuk penjajahan dan pendudukan Israel atas kaum muslim di Palestina. Diplomasi dan kecaman tidak akan membuat Zionis berhenti menjajah. Buktinya Zionis tetap saja tidak patuh dengan hukum internasional padahal PBB sudah memberikan puluhan diplomasi.
Lantas, dengan Indonesia mendukung two state solution rasanya ini patut menjadi pertanyaan . Bukankah selama ini Indonesia mengeklaim mendukung kemerdekaan Palestina seutuhnya? Sementara two state solution tidak lain hanya solusi untuk melanggengkan penjajahan dan tidak memberikan keadilan bagi Palestina.
Solusi tuntas penjajahan Palestina hanyalah dengan jihad dan Khilafah. Jihad akan menghancurkan secara fisik kekuatan Zionis yang selama ini mengepung Palestina lewat pengerahan kekuatan militer. Dan yang akan mengirimkan pasukan militer dengan kekuatan terbaik dan persenjataan mutakhir adalah Khalifah yang memimpin Khilafah. Sebab mengangkat senjata atau berjihad hanya bisa dilakukan manakala ada kekuasaan dalam bingkai negara yang berkuasa dengan menerapkan Islam secara kafah, yakni Khilafah.
Khalifah berperan sebagai junnah atau perisai yang akan melindungi darah, nyawa, harta dan kehormatan kaum muslim. Inilah yang akan memerdekakan Palestina sekaligus menyelamatkan kehidupan kaum muslimin di sana.
Perlu diingat bahwa konflik antara Israel dan Palestina adalah bentuk penjajahan oleh gerakan politik Zionis yang tersistem dan didukung AS. Maka untuk menumbangkannya juga harus dilawan kekuatan ideologi dan politik.
Sebagai langkah konkret untuk menghancurkan itu semua adalah dengan menegakkan institusi Khilafah. Namun, harus ada upaya perjuangan untuk memahamkan umat tentang solusi hakiki persoalan Palestina ini. Jika umat sudah sadar akan solusi hakiki ini yakni dengan ditegakkannya Khilafah dan berjihad, maka akan terbentuk kekuatan besar umat yang menuntut penguasa untuk menegakkan sistem tersebut dan mengirimkan pasukan untuk membela Palestina. Khilafah juga akan menghancurkan batas-batas nasionalisme yang selama ini menghalangi negeri-negeri Islam dalam menginisiasi tentara ke Palestina.
Langkah perjuangan menyeru kesadaran umat seperti ini harus ditempuh oleh kelompok dakwah ideologis yang mendorong para pemuda muslim untuk berdakwah menyeru dalam penegakan Khilafah sekaligus menuntut penguasa untuk mengusir Zionis dari Palestina. Inilah sesungguhnya aksi nyata dalam membela Palestina.
Wallahua'lam bishawab.
Posting Komentar