Menghentikan Derita Anak-anak Gaza dengan Tentara dan Negara
Oleh : Nina Nurhasanah
(Aktivis Dakwah)
Dalam serangan entitas Zionis Yahudi yang terus berlanjut di jalur Gaza sejak tahun 2023, setidaknya sebanyak 14.500 anak telah gugur. Dinyatakan oleh UNRWA bahwa pembunuhan anak-anak Palestina di Gaza tidak dapat dibenarkan, bahkan yang selamat pun tetap mereka telah terluka secara fisik dan emosional. Sungguh miris melihat anak-anak di sana terpaksa mengais puing-puing bangunan demi bertahan hidup. Mereka telah kehilangan masa depan, harapan, hingga nyawa.
Selain itu risiko kematian juga dihadapi anak-anak Gaza akibat cuaca dingin karena tidak adanya tempat tinggal yang memadai. Bahkan beberapa anak meninggal di kamp pengungsian akibat kedinginan. Selama berbulan-bulan bantuan tertahan berupa perlengkapan musim dingin seperti selimut dan kasur, karena untuk memasuki wilayah tersebut harus menunggu persetujuan entitas Zionis Yahudi.
Semakin brutal serangan entitas Zionis Yahudi ke Palestina. Rumah sakit Kamal Adwan yang merupakan fasilitas kesehatan utama dan terakhir di Jalur Gaza Utara telah dilumpuhkan oleh serangan entitas Zionis Yahudi. Beberapa fasilitas penting di rumah sakit tersebut telah rusak parah akibat pembakaran dan penghancuran selama serangan. Telah diserukan oleh WHO agar situasi mengerikan ini segera dihentikan. WHO berpendapat, dengan dihancurkannya sistem kesehatan di Gaza, tak ubahnya seperti hukuman mati bagi puluhan ribu warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis. Selain itu, surat perintah penangkapan terhadap pemimpin entitas Zionis Yahudi Benyamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant, oleh Mahkamah Pidana Internasional telah dikeluarkan, dengan tuduhan telah melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan di Gaza. Gugatan kasus genosida juga tengah dihadapi oleh entitas Zionis Yahudi atas perbuatannya di wilayah Palestina.
Tahun 2024 telah dinyatakan oleh UNICEF sebagai tahun terburuk dalam sejarah bagi anak-anak Palestina. Disebabkan konflik yang terus berkecamuk, termasuk di Gaza, Ukraina, Sudan dan lainnya. Penderitaan anak-anak Palestina bahkan telah dialami sejak pendudukan Zionis pada tahun 1967 dan berlanjut sejak Oktober 2023 hingga saat ini. Tidak mempannya berbagai seruan International terhadap genosida di Gaza untuk menghentikan kebrutalan entitas Zionis Yahudi. Seruan dunia Internasional bagi krisis Palestina hanya sebatas solusi dua negara. Seakan-akan seperti tidak ada solusi lain yang lebih mampu menuntaskan krisis di sana. Krisis di Palestina sudah melebihi batas kemanusiaan dan sudah masuk kepada kategori genosida. Mengingat serangan Zionis Yahudi tidak hanya menyasar kepada Hamas, tetapi juga menargetkan warga sipil dengan jumlah korban terbesar adalah kalangan perempuan dan anak-anak.
Untuk solusi krisis Palestina, seluruh pihak semestinya harus fokus terhadap fakta yang terjadi. Adanya gelombang migrasi warga Yahudi ke Palestina sebagai awal cikal bakal nya berdirinya entitas Zionis Yahudi. Kemudian peningkatan jumlah warga Yahudi adalah konsekuensi yang diawali dari pengusiran dan perampasan terhadap warga Palestina. Maka dari itu solusi konkret atas krisis ini adalah dengan merebut kembali tanah Palestina yang telah dirampas oleh Zionis Yahudi, bukan malah menawarkan penjajah dengan berbagi tanah milik warga Palestina.
Karenanya untuk merebut tanah Palestina dibutuhkan aktivitas jihad dan pengiriman bantuan militer dari negeri-negeri muslim. Namun sangat disayangkan, yang terjadi malah menormalisasi hubungan dengan entitas Zionis Yahudi oleh negeri-negeri Muslim, ini jelas pengkhianatan bagi saudara seakidah yang ada di Palestina. Tanah Kharajiyah yang menjadi milik kaum muslim hingga hari kiamat yaitu statusnya tanah Palestina, namun solusi dua negara malah disetujui oleh para pemimpin negeri-negeri muslim. Lagi-lagi ini merupakan pengkhianatan atas wajibnya menjaga tanah Palestina sebagai tanah milik umat Islam. Persoalan Palestina tidak cukup hanya sebatas kecaman dan mengirimkan bantuan yang justru isu Palestina dijadikan para pemimpin negeri muslim untuk pencitraan saja agar terlihat empati kepada Palestina.
Harus disadari oleh kaum muslim bahwa keadilan bagi Palestina maupun untuk seluruh muslim di dunia akan sulit diperoleh dari sistem kapitalisme yang telah lahir dari rahim musuh-musuh Islam. Terlebih sistem kapitalisme inilah yang menjadi jalan para penjajah Zionis untuk melakukan pembantaian di Gaza. Dari sini sudah jelas bahwa umat muslim harus punya agenda sendiri yaitu dengan menyatukan pemikiran dan perasaan seluruh dunia Islam. Dengan adanya kebangkitan pemikiran, sehingga tertanam akan kedaruratan penerapan syariat Islam secara kafah melalui tegaknya Daulah Khilafah.
Kebangkitan Ideologi Islam akan menggerakkan umat yang awalnya masih "tertidur". Sehingga umat akan bangkit untuk melawan rezim di negeri-negeri mereka dan mengirimkan tentara untuk membebaskan wilayah Palestina dari pendudukan kafir penjajah entitas Zionis Yahudi. Jangan sampai agenda besar ini dibajak oleh Barat dan makin memperburuk keadaan kaum muslim, terutama di Palestina. Maka dari itu aktivitas untuk kebangkitan umat ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis. Umat akan dipimpin oleh partai tersebut, mulai dengan melakukan pembinaan dengan tsaqafah Islam, membenahi pemahaman politik Islam di tengah-tengah umat, hingga terbentuk masyarakat yang berkepribadian Islam, yakni memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Kemudian lahirlah kader-kader pengemban dakwah Islam yang mumpuni, berkualitas dan mengantarkan umat kepada perubahan yang hakiki.
Menegakkan negara yang bersistemkan Islam atau biasa di sebut dengan Khilafah akan menjadi tuntutan bagi para pengemban dakwah dan umat Islam secara keseluruhan. Kemudian mengangkat seorang Khalifah yang bertugas untuk menjalankan hukum-hukum Allah serta sebagai Raa'in bagi umat. Sehingga umat akan mempunyai junnah (perisai). Maka akan menjadi suatu keniscayaan pembebasan warga Palestina terutama bagi perempuan dan anak-anak Palestina dari penjajahan dan konflik di negerinya. Lebih dari itu, konflik-konflik di negeri-negeri muslim lainnya seperti Lebanon, Sudan, Suriah, Myanmar, dan Yaman juga akan terselesaikan.
Wallahu A'lam Bishawab
Posting Komentar