Menghentikan Penderitaan Anak Gaza, Butuh Tentara dan Negara
Oleh : Desmiyanti Amarullah
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (28/12/2024).
"Serangan terhadap RS Kamal Adwan terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses terhadap WHO dan mitranya, serta serangan berulang terhadap fasilitas kesehatan ataupun lokasi di sekitarnya sejak awal Oktober," kata WHO melalui akun media sosial X.
Badan PBB itu menyatakan, serangan Israel yang tak kunjung berhenti sangat mengganggu upaya WHO memastikan fasilitas kesehatan di Gaza Utara berfungsi, bahkan secara minimal.
"Penghancuran sistem kesehatan secara sistematis di Gaza menjadi tanda kematian bagi puluhan ribu jiwa rakyat Palestina yang membutuhkan penanganan kesehatan secara mendesak," kata WHO.
Laporan awal menyebutkan bahwa sejumlah bagian RS terbakar hebat dan hancur akibat serangan Israel. Sementara 60 personel kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk mereka yang menggunakan ventilator, masih bertahan di rumah sakit itu.
Karena serangan tersebut, pasien dengan kondisi kesehatan moderat hingga berat terpaksa berpindah ke RS Indonesia yang sudah hancur dan tak lagi beroperasi. "WHO amat prihatin terhadap keselamatan mereka," ucap badan PBB itu.
"Kengerian ini harus segera berakhir dan pelayanan kesehatan harus dilindungi. Gencatan senjata segera!" demikian pernyataan WHO.
Israel kembali melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza Utara pada 5 Oktober 2024 dengan dalih mencegah berhimpunnya kembali kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Namun, masyarakat Palestina menyebut niat Israel sebenarnya adalah untuk menduduki kembali Gaza Utara dan mengusir warga Palestina yang masih bertahan di sana.
Karena Israel terus menghalangi pengantaran bantuan kemanusiaan, seperti pangan, obat-obatan, dan bahan bakar yang penting untuk bertahan hidup, masyarakat Palestina di Gaza Utara kini terancam kelaparan.
Gaza Utara menjadi sasaran operasi pengeboman besar-besaran tentara Israel yang menargetkan bangunan yang tersisa di beberapa wilayah tersebut, menurut saksi mata yang dihubungi Anadolu pada Kamis (26/12/2024).
Pengeboman dilakukan di berbagai lokasi, terutama di sekitar Rumah Sakit Al-Awda dan Rumah Sakit Kamal Adwan, kata para saksi. Mereka menambahkan bahwa penghancuran dilakukan menggunakan "robot" peledak yang ditanam di antara bangunan tempat tinggal, sehingga menyebabkan kerusakan yang sangat besar.
Kanal 13 Israel melaporkan bahwa suara ledakan dari operasi penghancuran tersebut terdengar hingga Tel Aviv dan wilayah sekitarnya.
"Kejahatan Israel ini jelas terkonsentrasi di lingkungan permukiman, menara, dan blok apartemen, seiring berlanjutnya genosida oleh tentara pendudukan di Gaza Utara," kata Ismail Al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah di Gaza, kepada Anadolu.
"Setelah lebih dari 80 hari agresi tanpa henti terhadap Gaza Utara, jumlah korban telah melampaui 4.800 orang, termasuk orang-orang yang hilang, lebih dari 12.500 terluka, dan lebih dari 1.900 orang ditahan," tambahnya.
Al-Thawabta menyoroti bahwa "agresi Israel yang terus berlangsung tersebut menargetkan manusia dan infrastruktur, menghancurkan elemen penting kehidupan seperti rumah sakit, sekolah, rumah tinggal, dan fasilitas vital lainnya."
Dia mendesak komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan semua pihak terkait untuk "segera dan mendesak menghentikan perang brutal itu dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin pendudukan atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan."
Israel telah menewaskan lebih dari 45.000 orang di Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan wilayah tersebut hancur total.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Ankara, Beritasatu.com – Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Selasa (24/12/2024), setiap jam, satu anak tewas di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel.
"Setiap jam, satu anak tewas. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah banyak nyawa yang terputus," ungkap UNRWA dalam sebuah pernyataan, dilansir Antara, Rabu (25/12/2024).
Setidaknya 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2023. "Membunuh anak-anak Palestina di Gaza tidak dapat dibenarkan. Mereka yang selamat pun terluka secara fisik dan emosional," lanjut pernyataan itu.
Tanpa akses ke pendidikan, menurut UNRWA, anak-anak Palestina di Gaza terpaksa mengais-ngais puing-puing bangunan. "Waktu terus berjalan bagi anak-anak ini. Mereka kehilangan nyawa, masa depan, dan terutama harapan," tambah pernyataan tersebut.
Israel terus melancarkan serangan dan genosida di Jalur Gaza sejak Hamas pada 7 Oktober tahun lalu melakukan perlawanan. Padahal, Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata.
Lebih 45.300 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah tewas dan lebih 107.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) bulan lalu mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang menyebabkan anak-anak tewas di Gaza.
tirto.id – Komisioner Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, pada Minggu (22/12), mengatakan Israel telah melanggar semua peraturan perang di Jalur Gaza.
Lazzarini menyoroti pelanggaran yang terus terjadi di Jalur Gaza, tempat Israel telah melancarkan serangan militer selama 14 bulan terakhir.
"Eskalasi selama 24 jam terakhir, semakin banyak warga sipil dilaporkan tewas dan terluka," tulisnya dalam unggahan di akun X miliknya.
"Serangan terhadap sekolah dan rumah sakit telah menjadi hal biasa. Dunia tidak boleh menjadi kebal terhadap ini. Semua perang memiliki aturan, dan semua aturan itu telah dilanggar," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa gencatan senjata di Gaza sudah sangat mendesak dan menyerukan penghentian serangan untuk melindungi warga sipil.
Israel melancarkan perang genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari 45.200 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang di Gaza.
Kondisi Gaza, terutama anak-anak, makin mengenaskan. Ini bukan perang! Ini pembantaian terhadap rakyat Palestina. Zionis bukan manusia; mereka adalah kumpulan makhluk perusak dan pembangkang yang harus dilenyapkan di muka bumi. Tidak wajar jika ini dinamakan perang. Operasi yang dilancarkan Zionis sudah sangat di luar perikemanusiaan.
Kaum Muslim tidak bisa berharap pada dunia internasional, termasuk para pemimpin mereka yang kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi dua negara arahan Barat (pengusung kapitalisme) yang jelas tidak bisa menyelesaikan perang ideologi ini.
Tidak ada keadilan dalam sistem kapitalisme, bahkan sistem inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zionis untuk membantai anak-anak Gaza.
Umat Islam adalah umat yang menyebarkan petunjuk ke seluruh penjuru dunia dan membumikan keadilan untuk seluruh umat manusia. Umat Islam senantiasa memelihara kebenaran di dalam memerintah dan menerapkan hukum kepada rakyatnya, melimpahkan kasih sayang kepada manusia, menjaga mereka, serta menciptakan kemakmuran.
"Umat Islam senantiasa memberikan kebahagiaan hidup bagi siapa saja yang menyambut baik seruannya. Inilah umat yang hidup dengan tujuan menyelamatkan manusia dari kesyirikan dan kekufuran. Jutaan anak umat ini telah mencapai kesyahidan dalam rangka meninggikan dan menegakkan kalimat Allah.
Sehingga, berbahagialah umat Islam yang hari ini memilih menjadi pengemban dakwah Islam kaffah. Sebab, dakwah Islam akan mengembalikan predikat khairu ummah atau umat terbaik atas umat ini. Yakni diterapkannya hukum-hukum Islam secara kaffah dalam kehidupan. Saat itu, beban penderitaan seluruh manusia akan terangkat dan cahaya Islam akan mengeluarkan mereka dari dalamnya kegelapan. Hingga umat manusia terselamatkan dari ketamakan dan kegelisahan materialisme. Mereka akan hidup dalam suasana iman dan ketenteraman.
Oleh karena itu, para pengemban dakwah harus terus beraktivitas menyebarluaskan pemikiran Islam dan berani berkorban untuk memperjuangkannya. Mereka harus memastikan beramal dakwah tanpa lelah, tanpa letih, dengan kesadaran penuh dan pengorbanan yang tulus.
Insya Allah semua ini akan berbuah dengan tegaknya panji Islam di bawah naungan institusi Khilafah. Kalimat Allah akan menjadi perkara paling tinggi dan paling agung, serta paling mulia. Kemudian pengembanan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan kepemimpinan Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Wassalam.
Posting Komentar