Palestina butuh Persatuan dan Kebangkitan Umat
Oleh : Anindya Vierdiana
Palestina hari ini masih membara. Butuh persatuan dan kebangkitan umat, bukan sekedar kecaman. Baru- baru ini tengah terjadi kesepakatan gencatan senjata. akankah ini akhir dari penderitaan bangsa Palestina?
Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata, menandai akhir dari serangkaian pertempuran yang panjang dan menyakitkan di Jalur Gaza. Kesepakatan ini disambut dengan perasaan haru dan harapan oleh banyak netizen di seluruh dunia.
Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan eskalasi yang terjadi pada Oktober 2023 ketika Hamas meluncurkan serangan ke Israel, yang menyebabkan Israel merespons dengan serangan militer yang intens ke Jalur Gaza. Pertempuran ini telah menyebabkan ribuan korban jiwa dan menggusur puluhan ribu warga Palestina dari rumah mereka.
Gencatan senjata ini, yang disepakati setelah perundingan maraton di Doha, Qatar, pada tanggal 15 Januari 2025, dirancang untuk memberikan kedamaian sementara dan kesempatan bagi bantuan kemanusiaan untuk memasuki wilayah yang terkena dampak.
"Kesepakatan itu akan mulai berlaku pada 19 Januari," ujar Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman dilansir Reuters, Kamis (16/1/2025).
Sejatinya gencatan senjata tidak serta merta meredakan konflik yang ada di Gaza. Ini merupakan solusi parsial yang hanya memberi sedikit napas untuk palestina. Pasalnya memang tujuan kesepakatan gencatan senjata direncanakan untuk memberikan kedamaian sementara dan kesempatan bagi bantuan kemanusiaan untuk memasuki wilayah yang terdampak. Yang perlu diingat jika solusi parsial tidak akan pernah memutus penderitaan rakyat Palestina dan menghentikan penjajahan.
Umat Islam tengah dihadapkan dengan fitnah akhir zaman. Musuh utama Islam selain penjajah adalah sekularisme, liberalisme dan kapitalisme.
Palestina butuh solusi komprehensif, dimana solusi ini merupakan pondasi yang kokoh sehingga dapat menciptakan keadilan yang hakiki. Memperkuat akidah dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni serta menjadikannya sebagai pedoman hidup. Sebab perkara Palestina bukan sekedar konflik perebutan wilayah. Ada keadilan yang harus diperjuangkan, ada kehormatan umat Islam yang hari ini dipermainkan yang harus dikembalikan lagi kemuliaannya dan mengembalikan lagi segala aturan kepada aturan Islam yang Rahmatan Lil Al-Amin.
Palestina membutuhkan pembebasan yang sejati tanpa tapi bukan sekedar buaian janji ataupun negosiasi. Maka Palestina butuh persatuan dan kebangkitan umat dalam pembebasannya.
Tanah palestina merupakan bumi para nabi. Dimana umat Islam, kristen maupun yahudi dahulu kala hidup damai berdampingan dalam naungan aturan Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Palestina merupakan simbol persatuan dan kedamaian.
Namun, semuanya hancur ketika ekspansionisme Barat menguasai wilayah ini melalui deklarasi Balfour 1917. Hal ini membuka jalan bagi berdirinya negara Israel pada 1048. Inilah awal dimulainya kesengsaraan bangsa Palestina. Dengan kekuatan global, Israel terus menerus memainkan perannya sebagai penjajah, yang semakin memperburuk penderitaan bangsa Palestina. Kejatuhan Islam pada 1924 menjadi tonggak sejarah tak terelakkan. Khilafah Islamiyyah meninggalkan umat Islam tanpa perisai yang dapat melindungi mereka. Walhasil, tersekat-sekatnya wilayah yang membuat seluruh umat Islam tak mampu menolong secara utuh bangsa Palestina yang terjajah.
Persatuan dan kebangkitan umat sangat darurat sungguh sangat diperlukan, sebab ini merupakan solusi fundamental untuk mengakhiri kedzaliman yang telah berlangsung selama hampir satu abad. Tanpa persatuan dan kebangkitan, umat akan lemah, mudah dihasut, mudah ditindas oleh kekuatan yang tidak menghendaki Islam tegak kembali. Oleh karenanya kembali pada aturan Islam dengan persatuan dan kebangkitan umat dalam naungan khilafah adalah solusinya. Wallahu a'lam bishawaab
Posting Komentar