Sekulerisme dan Degradasi Moral
Oleh : Dinda Kusuma WT
Globalisasi ternyata telah berdampak besar bagi kehidupan manusia. Dampak positif yang bisa kita rasakan misalnya berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Namun dampak negatifnya pun sangat banyak, memberikan tantangan tersendiri bagi masyarakat, seperti pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup liberal dan kebarat-baratan serta kesenjangan sosial. Kemunduran moral dan mulai terhapusnya nilai-nilai agama juga merupakan masalah yang cukup besar terutama bagi orang tua. Banyak orang tua bingung bagaimana cara mendidik anak agar selamat dalam pergaulan ditengah modernisasi yang tak terbendung. Sekolah menjadi salah satu harapan orang tua untuk menjaga moral dan membentuk karakter anak. Namun apa jadinya jika lingkungan sekolahpun telah mengalami degradasi moral.
Seperti berita viral dan gempar baru-baru ini, seorang oknum guru agama perempuan diduga melakukan persetubuhan dengan muridnya sendiri. Guru perempuan berinisial ST (35) itu dilaporkan orang tua siswa ke polisi dan Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Indonesia (KPAI) atas dugaan pelecehan seksual kepada siswa YS. Kasus persetubuhan guru dan murid ini terungkap setelah guru ST digerebek warga di dalam rumahnya di Desa Sendang Harjo, Karang Rayung, Grobogan, Jawa Tengah, diduga sedang berhubungan intim bersama siswa YS, layaknya suami istri (jatengviva.co.id, 11/01/2024).
Ya, semengerikan itulah wajah pergaulan dan moral masyarakat saat ini. Liberalisme telah benar-benar merasuki bangsa Indonesia. Kasus oknum guru mesum ini hanya satu gambaran kecil dari sekian banyaknya kasus, baik yang terungkap maupun yang tidak terungkap. Mulai dari yang dianggap sepele seperti tren pacaran hingga penyimpangan, pelecehan dan kekerasan seksual. Contoh lain adalah fenomena dispensasi nikah oleh remaja di Kabupaten Sleman pada tahun 2024 tercatat sebanyak 98 kasus. Dari jumlah tersebut, alasan terbanyak untuk mengajukan permohonan dispensasi adalah karena hamil di luar nikah. Mirisnya, fenomena dispensasi nikah ini masif di seluruh wilayah Indonesia.
Sekulerisme Akar Masalah
Sekularisme menjadi isu yang sering dibahas sebagai akar permasalahan dalam berbagai kerusakan moral masyarakat saat ini. Prinsip utama sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan justru membawa manusia menjauh dari tuntunan ilahi. Akibatnya, banyak individu kehilangan pegangan moral yang sejatinya bisa menjadi landasan kuat dalam menjalani hidup. Pergaulan yang seharusnya dibatasi oleh nilai-nilai agama kini justru semakin bebas tanpa aturan. Semua usia, baik muda maupun tua, terpapar oleh arus liberalisasi pergaulan yang mementingkan kebebasan tanpa peduli akibat jangka panjangnya.
Ironisnya, negara yang seharusnya melindungi generasi justru berperan dalam memperparah situasi ini. Dalam sistem kapitalisme sekuler, banyak aturan yang dibuat hanya untuk mengejar keuntungan ekonomi atau meniru tren dari Barat. Alih-alih membangun generasi emas yang berakhlak mulia, negara malah memfasilitasi kebijakan yang mendorong liberalisasi pergaulan. Contoh nyata adalah program penyediaan kontrasepsi untuk pelajar. Program ini mungkin dimaksudkan untuk mencegah kehamilan di luar nikah, tetapi di sisi lain, justru bisa melegitimasi seks bebas di kalangan remaja. Selain itu, pendidikan kesehatan reproduksi yang sering diadopsi dari peradaban Barat lebih banyak menekankan pada hak individu tanpa membahas aspek moral dan spiritual.
Islam Solusi Tuntas
Untuk menciptakan generasi emas yang bermoral tinggi, kunci utamanya adalah meninggalkan sekulrisme dan kapitalisme, kembali kepada sistem Islam. Islam menawarkan solusi yang komprehensif untuk semua aspek kehidupan, termasuk pergaulan. Dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh), masyarakat dapat hidup dalam lingkungan yang mendukung kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
Selaras dengan pemikiran manusia yang bijaksana, islam sangat menentang pergaulan bebas, penyimpangan seksual, dan semua perilaku yang mengarahkan manusia kepada perilaku hewani. Islam dan segala peraturannya sangat memuliakan manusia. Jika syariat islam ditegakkan, maka orang tua tidak perlu terlalu khawatir dalam mendidik anak-anak seperti sekarang. Tidak khawatir bahwa anak akan terjerumus pada pergaulan bebas, karena dalam islam, negara pasti akan melarang tegas berkembangnya perilaku tersebut. Regulasi negara akan menjamin laki-laki dan perempuan berinteraksi sesuai syariat. Dan masih banyak kebaikan-kebaikan lainnya yang ada pada islam. Menerapkan syariat islam akan menyelamatkan bangsa sebagaimana yang diinginkan oleh para pendahulu pendiri negeri tercinta ini.
Wallahu a’lam bhissawab.
Posting Komentar