-->

DI BALIK #INDONESIAGELAP DAN #KABURAJADULU

Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Demo #IndonesiaGelap di beberapa wilayah membuat legitimasi pemerintahan Prabowo goyah. Pelakunya mayoritas mahasiswa. Mereka menuntut adanya perbaikan dalam pemerintah. Ada 13 tuntutan. Mereka menuntut perbaikan di bidang pendidikan, tolak PSN, tolak dwi fungsi ABRI, sahkan UU Masyarakat adat, cabut inpres no 1 2025, evaluasi penuh program MBG, realisasikan tunjangan dosen, desak realisasikan perampasan asset koruptor, efisiensi dan rombak cabinet baru, dan lain-lain (www.kumparan.com, Sabtu 22 Februari 2025) (1).

Di sisi lain, kini viral tagar #KaburAjaDulu. Ini menunjukkan kegelisahan generasi muda yang tidak mendapat apresiasi dan tidak diberi jalan keluar akan problem mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan gaji yang layak. Menurut para pakar sebetulnya ini tidak masalah selama mereka keluar negeri hanya sementara untuk mengkaji ilmu dan meningkatkan kesejahteraan, setelah cukup mereka kembali ke dalam negeri untuk membangun negeri. Sedangkan ini menjadi bermasalah jika mereka akan selamanya di luar negeri tanpa ada kontribusi pada negerinya (www.liputan6.com, Minggu 23 Februari 2025) (2).

Kedua fenomena ini intinya adalah merupakan kritik cerdas dari kalangan gen Z, para kawula muda. Mereka lebih banyak bermain di media sosial, bermain tagar untuk menggalang opini. Karena kebijakan pemerintah yang melakukan efisiensi yang membabi buta, sampai bahkan gaji rakyat kecil tataran akar rumput pun dipangkas, padahal sudah sangat kecil gajinya. Seperti para guru honorer. Juga ada penjaga palang kereta yang sudah dirumahkan karena sudah tidak ada gaji bagi mereka. Terutama anggaran pendidikan yang semakin dipangkas karena efisiensi ini, membuat generasi muda banyak keluar negeri untuk belajar dan bekerja. Semua bermuara karena minim kesejahteraan di tengah masyarakat. 

Inilah bukti saat negara tidak lagi mempunyai control terhadap arah penelitian dan system pendidikannya, juga tidak memiliki system industry nasional yang mandiri. Maka saat itulah negara kehilangan control terhadap SDM nya sendiri. Sudah terlalu banyak kisah negeri muslim yang kehilangan kemampuan menghentikan laju “Brain Drain” dari negerinya ke negeri-negeri maju. Dalam 50 tahun terakhir, sejumlah besar intelektual muslim telah bermigrasi dari dunia muslim ke negara-negara industry.

Kesejahteraan rakyat saat ini minim karena dampak negara ini berkiblat pada sistem sekuler kapitalistik. Sebuah sistem yang lebih mengutamakan kepentingan para pemilik modal alias kapitalis. Program MBG (Makan Bergisi Gratis) yang menjadi program utama pemerintah saat ini, akhirnya memaksa pemerintah melakukan efisiensi di semua lini. Padahal program ini sebatas penyukses program kampanye pemerintah saat ini, sehingga dipaksakan, padahal anggaran negara tidak cukup menyangganya. Akhirnya MBG jadi ajang bagi-bagi proyek untuk para kapitalis. Perusahaan-perusahaan berlomba untuk mendapat tender berkaitan penyuksesan MBG, entah menjadi pemasok dagingnya, pemasok susunya, pemasok berasnya, dan lain-lain. Akhirnya lagi-lagi para pemilik modal yang meraih keuntungan. Rakyat semakin menderita. Anaknya yang sekolah dapat makan siang gratis, tapi ayahnya yang bekerja sebagai penjaga palang pintu kereta api dipecat karena dampak efisiensi. Konyol bukan? Tidak menyelesaikan masalah, tapi malah menimbulkan permasalahan baru.

Efisiensi membabi buta bahkan berdampak pada pemotongan dana Pendidikan. Jika para guru, terutama guru honorer, dipotong gajinya; jelas akan berefek pada kualitas Pendidikan yang didapat anak didik. Semakin suramlah masa depan Pendidikan. Sehingga wajar para generasi muda banyak memilih sekolah dan kuliah di luar negeri. Karena lapangan pekerjaan di negara ini pun sulit didapat. Hanya untuk melamar menjadi penjaga warung seblak saja di daerah Cibarusah-Cikarang, Jawa Barat; antriannya sampai mengular. Sungguh miris.

Berbeda dengan Islam dalam memberi solusi, tidak akan menimbulkan problem baru. Pasti solutif. Mengapa demikian? Karena Islam berasal dari Sang Pencipta, Allah SWT yang pasti Maha Tahu aturan yang terbaik untuk hambaNya. Karena memang manusia diciptakan oleh Allah “hanya” untuk beribadah (Az-Zariyat 59), sehingga ini mencakup segala aspek kehidupan (Al-Baqarah 208) sehingga memang kita kaum muslim dituntut untuk berIslam secara kafah (menyeluruh). Islam kafah hanya akan bisa terwujud dalam naungan Khilafah. Khilafah adalah system pemerintahan Islam yang akan menegakkan syariat dalam bentuk Undang-undang di tengah kehidupan.

Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan berdasarkan akidah Islam. Ini tertuang dalam kurikulum pendidikan berdasar akidah Islam, baik secara formal dan non formal. Pendidikan yang disediakan Khilafah ini gratis dan berkualitas. Dananya didapat dari Baitul Mal yang tak terbatas sumbernya. Ini karena Khilafah menerapkan system ekonomi Islam, dimana pemasukan Baitul Mal mulai dari kepemilikan umum berupa SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah, ghanimah, fa’I, usyur, kharaj, jizyah, ghulul, rikaz, dan lain-lain. Jadi tidak seperti system kapitalisme yang hanya mengandalkan ekspor dan pajak.

Pendidikan gratis dan berkualitas ini bukan hanya hak bagi yang miskin, tapi juga yang kaya; baik warganegara Khilafah yang muslim maupun kafir dzimmy yang non muslim. Jadi ini merupakan hak bagi semua rakyat. Sudah menjadi tanggung jawab negara, yaitu Khilafah, untuk melayani dan mengurus kebutuhan rakyatnya. Baik mulai kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Ini karena Khilafah adalah negara sesuai perintah Allah yang berfungsi sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya.

Khilafah juga wajib untuk menyediakan lowongan pekerjaan seluas-luasnya bagi rakyatnya. Ini karena Khilafah mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan kewajiban bagi warganya yang pria dan sudah baligh untuk bisa mencukupi nafkah bagi keluarga yang ditanggungnya. Karenanya, dengan pengelolaan SDA sepenuhnya oleh Khilafah, ini akan memperluas lapangan pekeraan. Juga syurthoh (kepolisian) yang tanggung jawabnya meluas sampai menggantikan peran satpam, sekuriti, dan pekerjaan ronda kampung; sehingga ini akan menyediakan melimpahnya lowongan pekerjaan bagi Masyarakat luas. Sehingga warga Khilafah tidak akan terbersit untuk untuk kabur aja keluar negeri hanya demi mencari pekerjaan yang layak. 

Sedangkan tentang gaji, akan diberikan secara layak oleh Khilafah. Bahkan berlebih. Ini terlihat pada masa Khalifah Umar bin Khaththab. Khalifah Umar bin Khaththab memberikan gaji kepada para pengajar Al-Qur’an masing-masing sebesar 15 Dinar (1 Dinar setara dengan 4,25 gr emas). Jika 1 gram emas Rp 1.000.000, maka 1 Dinar setara dengan Rp 4.250.000,-; maka jika gajinya pengajar Al-Qur’an 15 Dinar dikalikan Rp 4.250.000,- sama dengan Rp 63.750.000,- Masya Allah, sungguh luar biasa Sejahtera guru TPQ, guru Tahsin, guru ngaji, dan lain-lain. Belum lagi bagi guru Pelajaran lain, juga dosen. Gaji ini akan mereka fokuskan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, karena untuk kebutuhan dasar sudah ditanggung sepenuhnya oleh Khilafah. Sehingga kesejahteraan akan mudah diraih oleh warga Khilafah.

Inilah Solusi Islam untuk mengatasi problem di balik trennya fenomena Indonesia Gelap dan Kabur Aja dulu. Dengan Khilafah yang menerapkan, akan bisa menghentikan laju Brain Drain dan penerapan anggaran berkeadilan sesuai system ekonomi Islam; sebagai jaminan kesejahteraan rakyat. Seperti dulu Khilafah pada masa jayanya selama 13 abad lamanya sukses menjadi negara adi daya yang mampu menyejahterakan rakyatnya dengan luas wilayah mencapai 2/3 peta dunia lama. Semoga hal ini bisa terwujud Kembali dengan memperjuangkan penerapan Islam kafah dalam naungan Khilafah. Aamiin..

Wallahualam Bisawab

Catatan Kaki :
(1) Melihat Demo #IndonesiaGelap Serentak di Berbagai Daerah https://kumparan.com/kumparannews/24Y448tOkLK?utm_source=Desktop&utm_medium=wa&shareID=IHrL7RaHmeqm
(2) https://www.liputan6.com/regional/read/5929490/fenomena-kaburajadulu-di-media-sosial-ini-kata-pakar-dari-ugm