Dibutakan oleh Nafsu, Dilumpuhkan oleh Sekularisme
Oleh : Meidy Mahdavikia
Kejadian memilukan yang terjadi di Lamongan, di mana seorang pelajar membunuh teman perempuannya akibat tertolak cintanya, merupakan lemahnya pengendalian emosi yang semakin ramai di kalangan remaja. Kasus ini bukan sekadar tindakan kriminal biasa, tetapi juga gambaran nyata dari krisis moral dan mental yang sedang melanda generasi muda saat ini. Faktor utama yang melatarbelakangi peristiwa ini bukan hanya sekadar persoalan individu, tetapi juga sistem kehidupan yang membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat yang sesat.
Dilansir dari (Kompas, 17/01/2025), motif pembunuhan ini disebabkan oleh penolakan cinta yang membuat pelaku melampiaskan emosinya dengan tindakan keji. Kejadian ini menunjukkan betapa rapuhnya mentalitas remaja saat ini dalam menghadapi kekecewaan dan penolakan. Dalam sistem sekuler kapitalisme yang saat ini mendominasi kehidupan, kebahagiaan seringkali diukur dengan terpenuhinya keinginan materi dan hawa nafsu. Agama terlupakan dari kehidupan, sehingga konsep halal dan haram menjadi hal yang diabaikan dan tidak perlu dipikirkan. Sistem pendidikan yang lebih berfokus pada pencapaian akademis semata, tanpa memberikan perhatian serius pada pembentukan karakter dan pengendalian diri. Akibatnya, banyak remaja yang tumbuh tanpa memiliki pemahaman yang kuat tentang bagaimana mengelola emosinya dan bagaimana menyikapi penolakan dengan cara yang sehat.
Selain itu, lingkungan sosial yang kurang mendukung dan minimnya pendidikan moral turut memperparah kondisi ini. Remaja dihadapkan pada arus media yang membentuk pola pikir instan dan mendorong mereka untuk mengutamakan kepuasan diri. Mereka tidak dipersiapkan dengan ketahanan mental yang cukup untuk menghadapi kekecewaan dan penolakan. Akibatnya, ketika keinginan mereka tidak terpenuhi, mereka cenderung melampiaskan emosi dengan cara yang negatif, seperti kekerasan, perundungan, bahkan pembunuhan.
Islam, Sistem Kehidupan yang Sempurna
Sistem sekuler yang mengingkari peran agama dalam kehidupan bermasyarakat menjadikan generasi muda kehilangan pedoman yang hakiki dalam menjalani hidup. Padahal, Islam sebagai sistem kehidupan memiliki solusi yang lengkap dalam membentuk individu yang berakhlak dan mampu mengendalikan diri. Dan dalam Islam pula, pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan akhlak mulia dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia. Dengan kata lain, Islam membentuk kepribadian yang seimbang antara akal dan hati, antara ilmu dan adab.
Islam juga memiliki aturan yang sangat jelas terkait pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Dalam sistem Islam, interaksi antara keduanya diatur agar tetap dalam batas yang sesuai dengan syariat, sehingga mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Remaja tidak dibiarkan larut dalam pergaulan bebas yang dapat memicu konflik emosional. Dengan adanya aturan ini, hubungan remaja diarahkan agar tetap dalam jalan yang benar, sehingga mereka tidak mudah terseret dalam emosi sesaat yang berujung pada tindakan kriminal.
Saatnya Kembali kepada Islam
Solusi nyata bagi berbagai macam persoalan generasi saat ini adalah penerapan sistem Islam secara kaffah. Yang dimana Islam tidak hanya memberikan aturan dalam bidang pendidikan dan sosial, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya. Dengan diterapkannya syariat Islam, remaja akan memiliki visi hidup yang lebih jelas dan mampu mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan. Mereka akan tumbuh sebagai generasi yang hebat, taat syariat, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang ilmu yang mereka pelajari.
Tragedi yang terjadi di Lamongan seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua bahwa ada yang salah dalam sistem yang diterapkan saat ini. Jika kita terus mempertahankan sistem sekuler kapitalisme yang hanya berorientasi pada materi dan mengabaikan pembentukan moral serta kesehatan mental, maka kejadian seperti ini akan terus berulang. Sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam kaffah yang telah terbukti mampu mencetak generasi berkualitas, yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki pengendalian diri yang kuat serta memahami makna hidup yang hakiki.
Posting Komentar