-->

Gencatan Senjata Israel-Palestina Hanya Ilusi, Bukan Solusi Tuntas

Oleh : Ummu Ghooziyah

Setiap kali ketegangan antara Israel dan Palestina mencapai puncaknya, dunia internasional bergegas menyerukan gencatan senjata. Perjanjian demi perjanjian diteken dengan harapan meredakan konflik dan membawa kedamaian. Namun, sejarah membuktikan bahwa gencatan senjata hanyalah jeda sementara sebelum agresi berikutnya terjadi. Israel tetap melanjutkan penjajahan, blokade, dan pembantaian terhadap rakyat Palestina, sementara dunia hanya bisa mengecam tanpa tindakan nyata.

Gencatan senjata bukan solusi tuntas karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya: penjajahan Israel atas tanah Palestina. Selama akar masalah ini tidak diselesaikan, gencatan senjata hanyalah ilusi perdamaian yang terus menjerumuskan umat Islam ke dalam lingkaran penderitaan yang sama.

Fakta di Balik Gencatan Senjata

Sepanjang sejarah konflik Israel-Palestina, berbagai gencatan senjata telah disepakati. Namun, hampir semuanya berakhir dengan pelanggaran oleh Israel. Setelah gencatan senjata diumumkan, Israel kembali melakukan serangan militer, memperluas permukiman ilegal, dan membatasi akses kebutuhan dasar bagi warga Palestina.

Gencatan senjata sering kali hanya menguntungkan Israel. Setiap kali serangan mereka mendapat perlawanan sengit dari pejuang Palestina, mereka mencari jeda untuk mengatur strategi, mendapatkan dukungan militer baru dari sekutu, dan kemudian melanjutkan agresi dengan kekuatan yang lebih besar.

Di sisi lain, Palestina selalu menjadi pihak yang paling dirugikan. Infrastruktur hancur, ribuan nyawa melayang, dan ekonomi lumpuh, sementara Israel tetap eksis dan semakin memperluas wilayah jajahannya. Setiap gencatan senjata hanya memberi waktu bagi Israel untuk memperkuat posisi mereka, bukan menyelesaikan konflik dengan adil.

Kritik terhadap Pendekatan Kapitalisme dan Solusi Barat

Dunia Barat, yang mendominasi politik internasional, selalu menawarkan solusi berbasis diplomasi dan perjanjian damai. Namun, pendekatan ini justru semakin memperpanjang penderitaan rakyat Palestina.

Kapitalisme yang menjadi dasar sistem politik dunia saat ini tidak peduli pada keadilan sejati. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutu Eropanya hanya melihat konflik ini dari sudut pandang kepentingan geopolitik dan ekonomi. Israel dipertahankan sebagai sekutu strategis di Timur Tengah, sementara Palestina hanya dijadikan alat tawar-menawar politik.

Organisasi internasional seperti PBB juga terbukti tidak berdaya dalam menyelesaikan konflik ini. Resolusi yang mereka keluarkan sering kali tidak diindahkan oleh Israel, dan tidak ada sanksi tegas yang diterapkan. Bahkan, banyak negara Barat yang justru mendukung Israel secara ekonomi dan militer, meskipun mereka mengetahui kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.

Gencatan senjata dalam sistem kapitalisme hanyalah strategi untuk mempertahankan status quo. Tidak ada niat serius untuk menghentikan penjajahan Israel atau mengembalikan hak-hak rakyat Palestina.

Solusi Islam: Menghapus Penjajahan dan Mengembalikan Khilafah

Islam memiliki solusi yang berbeda dalam menangani konflik ini. Islam tidak mengakui penjajahan dalam bentuk apa pun. Setiap wilayah yang diduduki secara zalim wajib dibebaskan, bukan dinegosiasikan.

Dalam sejarah Islam, Palestina adalah tanah yang telah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan dilindungi oleh para penguasa Muslim selama berabad-abad. Hanya setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 1924, penjajah Barat memanfaatkan kelemahan umat Islam untuk mendirikan negara Israel secara ilegal di tanah Palestina.

Islam memandang bahwa satu-satunya solusi tuntas untuk masalah ini adalah melalui kekuatan politik dan militer yang mampu mengusir penjajah. Ini hanya bisa terjadi jika umat Islam bersatu di bawah kepemimpinan Khilafah, yang akan mengerahkan seluruh sumber daya untuk membela Palestina dan membebaskannya dari cengkeraman Israel.

Peran Negara-negara Muslim

Saat ini, negara-negara Muslim memiliki kekuatan yang cukup untuk menghentikan agresi Israel, tetapi mereka terbelenggu oleh sistem sekuler dan kepentingan geopolitik yang dikendalikan Barat. Sebagian besar pemimpin Muslim memilih jalur diplomasi dan perjanjian damai karena takut kehilangan dukungan dari negara-negara besar.

Namun, sejarah membuktikan bahwa penjajahan tidak bisa diakhiri dengan negosiasi semata. Jika umat Islam benar-benar menginginkan kebebasan bagi Palestina, maka mereka harus meninggalkan pendekatan kapitalisme dan kembali kepada ajaran Islam. Negara-negara Muslim harus bersatu, mencabut pengakuan terhadap Israel, memutus hubungan diplomatik dan ekonomi, serta bersiap untuk membela Palestina dengan segala cara yang diperlukan.

Penutup

Gencatan senjata antara Israel dan Palestina bukanlah solusi tuntas. Ini hanya alat yang digunakan Israel untuk mengulur waktu dan memperkuat posisinya. Selama akar masalahnya, yaitu penjajahan Israel, tidak diselesaikan, maka perdamaian yang sejati tidak akan pernah tercapai.

Kapitalisme dan solusi Barat telah terbukti gagal dalam menghentikan penderitaan rakyat Palestina. Islam menawarkan solusi yang lebih tegas dan menyeluruh: menghapus penjajahan dan mengembalikan kekuasaan Islam di tanah Palestina.

Saatnya umat Islam menyadari bahwa perjuangan ini tidak bisa diselesaikan dengan diplomasi semata. Hanya dengan bersatu di bawah naungan Islam dan Khilafah, Palestina bisa benar-benar merdeka dan terbebas dari cengkeraman Zionisme.

Wallahu a'lam