Kenaikan Harga Jelang Ramadan yang Kerap Berulang
Oleh : Linda Anisa, S.Pd
(Pendidik di Ma’had Al–IZZAH)
Lagi dan lagi Kenaikan harga-harga sembako menjelang Ramadhan kembali berulang. Melalui TRIBUNKALTIM.CO, memaparkan bahwa menjelang Bulan Suci Ramadan 2025, harga bahan pokok di Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin), Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, terpantau mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan harga paling mencolok terjadi pada minyak goreng dan gula, yang terus naik dalam beberapa minggu terakhir.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengakui ada beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga, bahkan lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh pemerintah. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan komoditas-komoditas tersebut kini masih dijual di pasaran dengan harga di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) juga Harga Eceran Tertinggi (HET) (https://kumparan.com/).
Berulangnya fenomena ini setiap tahunnya menunjukkan adanya masalah dalam pendistribusian barang sehingga berpotensi terjadi kelangkaan dan membuat harga barang mengalami kenaikan. Selain itu, meningkatnya jumlah permintaan juga kerap menjadi alasan klise meningkatnya harga bahan makanan pokok jelang ramadan. Padahal disadari atau tidak, terdapat problem lain yang mempengaruhi naiknya harga sembako tersebut seperti jaminan kelangsungan produksi barang kebutuhan dan pendistribusiannya, hingga permainan pasar seperti mafia impor, kartel, monopoli, penimbunan barang dan lain lain).
Melalui laman TEMPO.CO, Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok. Salah satunya yaitu rantai distribusi yang terlalu panjang. Hal ini bisa terjadi karena impor ataupun pengantaran bahan pokok dari lokasi produksi menuju konsumsi. Berikutnya, menurut Aviliani, adalah permainan tengkulak dan spekulan. Biasanya, kata dia, ada yang menyimpan stok beberapa demi meraup keuntungan lebih besar.
Inilah buah dari pengaturan yang berasal dari ekonomi kapitalisme yang hanya mementingkan keuntungan semata bagi para pemilik modal tanpa memperhatikan nasib orang banyak. Hawa nafsu mereka hanya dipenuhi dengan keuntungan yang sebesar besarnya. Dan yang terpenting ketidakpedulian penguasa dalam masalah yang dihadapi rakyatnya menjadi hal yang tak lagi terbantahkan. Sebab jika mereka memang perduli, fenomena ini tak akan terulang bahkan setiap tahunnya. Selama sistem ekonomi yang diterapkan masih berbasis kapitalisme, maka fenomena kenaikan harga menjelang Ramadan akan terus berulang. Kebijakan yang lebih berpihak kepada korporasi dibanding rakyat akan terus memperburuk situasi.
Islam Menjamin Kestabilan Harga dan Distribusi Pangan
Dalam sistem Islam, negara berperan dalam memastikan kestabilan harga dan distribusi pangan kepada setiap rakyatnya. Hal ini dapat terjadi sebab Islam menetapkan bahwa pemenuhan kebutuhan pokok rakyat merupakan tanggung jawab negara. Dengan kesadarn seorang penguasa dalam Islam akan tanggung jawab dan amanah yang diembannya sebagai pelayan ummat, maka negara akan menjamin produksi pangan dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dengan memberikan dukungan penuh kepada petani dan peternak serta mengelola sumber daya alam dan pertanian dengan sistem yang mandiri, tanpa ketergantungan pada barang barang impor.
Negara juga akan mengatur distribusi secara adil dengan cara menghapus praktik monopoli, kartel, dan mafia pangan yang mempermainkan harga. Serta menyediakan pasar yang stabil dan terkontrol agar distribusi bahan pokok merata ke seluruh masyarakat.
Negara akan mencegah terjadinya penimbunan barang untuk menaikkan harga). Rasulullah bersabda: ”Tidaklah seseorang melakukan penimbunan (ihtikar) kecuali dia adalah orang yang berdosa.”(HR. Muslim).
Negara akan langsung turun tangan jika terjadi lonjakan harga yang tidak wajar sehingga pengendalian harga dilakukan tanpa intervensi siapapun yang hanya menguntungkan segelintir pihak. Negara secara tegas akan memberlakukan sanksi bagi pihak yang mempermainkan harga demi keuntungan pribadi.
Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada sistem ekonomi Islam yang diterapkan dalam naungan Khilafah lah yang akan menjadi penyelesai dari penderitaan ummat. Sistem yang bersumber dari Allah inilah yang akan memastikan akan ketersediaan pangan, memastikan pendistribusian yang merata, dan harga barang yang akan tetap terjangkau bagi semua kalangan. Dengan sistem ini, rakyat tidak perlu lagi merasa khawatir akan kenaikan harga sembako setiap kali bulan suci Ramadan tiba, karena negara akan menjamin kebutuhan pokok mereka sebagai bagian dari tanggung jawabnya kepada umat.
Wallahu a’lam bia ash sawab
Posting Komentar