Keterpurukan Mentalitas Generasi, Bukti Abainya Negara
Oleh : Isna
Generasi muda adalah aktor utama dalam era milenial dan digital, dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya maupun dengan generasi yang lebih tua. Namun, ironisnya, banyak bukti yang menunjukkan bahwa mentalitas generasi ini sangat rapuh dan lemah.
Meskipun hidup di tengah kemudahan dan fasilitas modern, kenyamanan sejati ternyata sulit dicapai. Mental remaja yang rapuh menyebabkan banyak dari mereka mengalami gangguan kesehatan mental, bahkan hampir seluruh remaja di Indonesia terkena dampaknya.
Menurut data dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, jumlah remaja yang menderita masalah kesehatan mental mencapai 15,5 juta orang atau sekitar 34,9% dari total remaja Indonesia. Wakil Menteri Kementerian Kependudukan, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, Menyatakan bahwa generasi muda sekarang menghadapi berbagai tantangan yang semakin rumit, salah satunya adalah permasalahan kesehatan mental di kalangan remaja. (Tempo 21/2/2025)
Tanda-tanda gangguan mental pada generasi muda dapat dilihat dari gejala gangguan emosional yang jika dibiarkan dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius, seperti depresi, kekerasan, kriminalitas, bahkan bunuh diri. Banyak kejadian tragis, seperti pemuda yang membunuh orang tuanya, kasus bullying, dan meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan anak muda.
Kondisi ini mencerminkan betapa rapuhnya mentalitas generasi muda kita. Kerusakan mental ini tidak lepas dari sistem kehidupan yang ada. Paham sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan nyata ternyata tidak memberikan solusi apapun terhadap kemajuan zaman, bahkan berpotensi mengarah pada kehancuran.
Sistem kapitalisme, yang mengukur segalanya dengan materi, turut menambah beban mental bagi generasi milenial. Ditambah lagi dengan tren hedonisme dan flexing di media sosial yang menyebabkan perasaan tidak aman bagi mereka yang merasa tidak mampu bersaing. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, tanpa dasar iman yang kuat, bisa menjadi bumerang. Dalam sistem kapitalisme, kesuksesan hanya dilihat dari banyaknya harta yang dimiliki, dan bagi mahasiswa yang akan bersaing di dunia kerja, hal ini menjadi beban berat, terutama di tengah perekonomian yang buruk. Banyak sarjana kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Negara pun tampaknya kurang berperan dalam mengatasi masalah ini. Bahkan kesadaran bahwa fenomena penyakit mental adalah masalah serius belum tentu ada. Padahal, negara seharusnya menjadi institusi yang memiliki sumber daya terbesar untuk menyelesaikan masalah rakyat. Namun, dalam sistem kapitalisme, negara hanya berperan sebagai pengawas dan regulator.
Budaya luar yang masuk tanpa seleksi juga turut berkontribusi pada kerusakan mental remaja. Salah satunya adalah budaya K-Pop yang mempengaruhi cara berpakaian, pola makan, hingga drama Korea yang mengangkat tema-tema depresi dan bunuh diri. Hal ini memberikan pengaruh buruk, terutama pada remaja wanita, dan bisa membentuk pola pikir yang keliru.
Sistem pendidikan juga berperan penting dalam membentuk karakter dan mentalitas generasi muda. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan gagal mencetak individu yang tangguh, meskipun kurikulum telah beberapa kali diperbarui. Sistem sekularisme terbukti gagal memberikan kedamaian dan kenyamanan bagi umat manusia.
Islam memberikan solusi komprehensif untuk masalah ini. Dalam pandangan Islam, tujuan hidup manusia adalah untuk meraih ridha Allah, dengan dunia sebagai tempat persiapan menuju kehidupan akhirat. Dengan pendekatan ini, tidak ada istilah stres atau depresi dalam kehidupan yang dijalani sesuai dengan ajaran Islam.
Menerapkan sistem Islam adalah satu-satunya jalan logis agar Indonesia dan dunia dapat bangkit dari keterpurukan. Islam memiliki aturan yang lengkap, tidak hanya mengenai ibadah, tetapi juga aspek kehidupan lainnya, termasuk dalam urusan negara. Fokus pertama Islam adalah pada pembentukan karakter dan mental manusia, yang dimulai sejak dini dengan penanaman akidah Islam. Negara, dalam sistem Islam, menjamin kurikulum pendidikan dapat membentuk pribadi yang taat dan berjiwa pemimpin, Sistem Islam adalah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah penyakit mental ini.
Posting Komentar