Lagi Kecelakaan Berulang, Negara Abai Jaminan Keselamatan
Oleh : Yuni Damayanti
Tabrakan beruntun enam kendaraan di gerbang tol Ciawi di Bogor, Jawa Barat, menewaskan delapan orang dan 11 lainya luka-luka pada Rabu 5 februari dini hari. Kepala Satuan (Kasat) lalu lintas (Lantas) Polres Bogor kota, Kompol Yudiono, mengonfirmasi kecelakaan diawali truk yang mengangkat galon air mineral yang menabrak mobil yang menantre pembayaran tol.
“Pada saat masuk tol, truk hilang kendali lalu menabrak kendaraan yang antri di gate tol. Truk terhenti di gate tol dan sempat terbakar dan segera dipadamkan” tuturnya. Selain memakan korban, tiga Gardu tol Ciawi 2 mengalami kerusakan akibat kecelakaan itu. Truk dan dua kendaraan terbakar, sementara tiga lainya rusak berat, (bbc.com, 05/02/2025).
Peristiwa ini mengundang beberapa pihak angkat bicara. Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, beliau menyoroti kesejahteraan dan standar keselamatan sopir truk sebagai salah satu penyebab berulangnya kecelakaan maut di jalan tol. “Profesi sopir adala pekerjaan yang paling tidak diminati. banyak dari mereka memilih menjadi sopir karena tidak memiliki pilihan lain. Mereka bahkan seringkali mendapatkan SIM tanpa melalui ujian yang layak,” ujarnya. Agus juga menyoroti kesejahteraan sopir yang masih di bawah ideal. Ia juga mengkritik sistem kerja vendor yang tidak memperhatikan kesejahteraan sopir.
Lain halnya dengan Agus Pambagio, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mengatakan perlunya dilakukan pengecekan berkala, baik oleh pemilik kendaraan maupun dinas lalu litas untuk memastikan kendaraan dalam kondisi baik. Menurut Dasco salah satu penyebab kecelakaan adalah rem blong yang bisa terjadi pada kendaraan pribadi,angkutan umum, maupun kendaraan niaga seperti truk dan bus.
Selain itu Dasco juga menyarankan pemanfaatan teknologi untuk mengurangi angka kecelakaan. Salah satunya adalah menghilangkan sistem tap manual di pintu tol. Menurutnya dengana teknologi yang lebih maju kendaraan bisa melakukan pembayaran tanpa harus berhenti, (berita satu, 06/02/2025).
Berulangnya kecelakaan di jalan tol terjadi karena ada masalah pada person dan sistem, diantaranya adalah kapabilitas sopir, dari soal pemberian SIM hingga pengetahuan tentang kendaraannya. Mudahnya memperoleh SIM tanpa ujian ini menimbulkan banyak masalah yang muncul dijalan. Seyogianya hal ini bisa dihilangkan dengan penerapan ujian yang ketat saat pengurusan SIM untuk menjadi tolak ukur layak mendapatkan SIM atau tidak. Pentingnya edukasi tentang kendaraan agar sopir bisa melakukan pengecekan mandiri sebelum menggunakan kendaraanya.
Hal ini juga terjadi karena lemahnya regulasi keselamatan, tidak optimalnya pengawasan, dan penegakan hukkum kurang. Semua ini menunjukan lemahnya jaminan keselamatan transportasi dan mitigasi hari ini. Pada sistem kapitalisme menjadikan negara hanya sebagai operator dan fasilitator.
Berbeda halnya dengan sistem Islam. Islam mengajarkan bahwa menjaga keselamatan manusia adalah bagian dari urusan politik negara. Sehingga negara memiliki tanggungjawab untuk menjaga keselamatan masyarakatnya dalam bertansportasi. Ada tiga prinsip yang akan dijalankan oleh negara yang bersistemkan Islam untuk menjalankan pelayanan transportasi.
Pertama, pembangunan infrastruktur transportasi adalah tanggungjawab negara secara langsung. Pembangunan ini tentu membutuhkan biaya yang besar. Apalagi transportasi adalah bagian kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi oleh negara. Jika pembangunan ini diserahkan kepada swasta maka akan terjadi praktik kapitalisasi.
Dana yang digunakan negara tentunya berdasarkan sistem ekonomi Islam, yakni melalui pos Baitul mal harta milik umum dan milik negara. Bukan melalui sistem pungutan pajak yang memaksa. Sehingga rakyat tidak dibebani dengan biaya transportasi, bahkan rakyat dapat menikmati secara gratis.
Kedua, perencanaan wilayah yang baik akan mengurangi kebutuhan transportasi. Seperti daerah perkotaan dibangun infrastruktur transportasi umum yang aman dan nyaman, harga terjangkau bahkan gratis. Memudahkan akses masyarakat ke satu tempat ke tempat yang lain. Hal itu akan meminimalisir penduduk kota menggunakan transportasi pribadi. Juga meminimalisir terjadinya kemacetan dan kecelakaan. Ketiga, negara membangun infrastruktur publik dengan standar teknologi baru. Teknologi yang ada termasuk teknologi navigasi, telekomunikasi, fisik jalan, dan alat transportasi itu sendiri.
Sementara itu, negara yang menjalankan sistem Islam menjadikan sopir adalah bagian dari pekerjaan. Dimana negara memastikan warganya yang berprofesi sebagai sopir akan bertanggungjawab menjalankan pekerjaannya secara profesional. Caranya dengan membuat indikator yang harus dipenuhi oleh pihak terkait. Seperti amanah, paham kapasitas kendaraan yang digunakan, paham batas kemampuan diri sebagai sopir dan sejenisnya. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya human error.
Semua ini akan mudah diwujudkan dengan Islam, karena Islam menjadikan negara sebagai raain (pengurus) urusan umat. Sedangkan Pemimpin atau khalifah dalam Islam adalah junnah (pelindung) bagi rakyatnya. Maka khalifah akan berusaha memberikan layanan berkualitas untuk rakyatnya, termasuk memberikan jaminan kesejahteraan pada para pengemudi, wallahu a’lam bisshowab
Posting Komentar