-->

Menyambut Ramadhan Meraih Takwa

Oleh : Ida Nurchayati

Ramadhan sebentar lagi tiba, tinggal menunggu hitungan hari. Bulan yang kedatangannya senantiasa dirindu dan dinanti. Tak berlebihan memang, karena Ramadhan bulan dimana Allah akan memberikan ampunan dan rahmat. Pintu-pintu surga dibuka, syetan-syetan dibelenggu dan neraka ditutup. Dan yang tak kalah penting, ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni malam lailatul qadar. Maka sudah seharusnya sebagai muslim beriman, mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar tercapai tujuan berpuasa.

Meraih Takwa

Kewajiban berpuasa ditujukan bagi hamba yang beriman, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 183, yang artinya,

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kalian bertakwa".

Selama sebulan penuh, kita digembleng dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi segala macam kemungkaran penuh keikhlasan. Tujuan akhirnya adalah agar kita bertakwa. 

Abu Hurairah ra, ketika ditanya tentang takwa, beliau menjelaskan sebagai berikut,

Pernahkah kalian melewati suatu jalan dan kalian melihat jalan tersebut penuh dengan duri? Bagaimana tindakan kalian agar selamat melewatinya?’’ Orang tersebut menjawab, ‘’Seandainya aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku akan melangkahi duri-duri tersebut, atau aku mundur.’’ Abu Hurairah dengan cepat berkata, ‘’Itulah takwa!’’ (HR Ibnu Abi Dunya).

Berkaitan dengan takwa, Rasulullah saw pernah bersabda kepada Muadz bin Jabal ra ketika beliau mengutusnya ke Yaman. Beliau berpesan, “IttaqilLah haytsuma kunta (Bertakwalah engkau kepada Allah di manapun engkau berada).” (HR at-Tirmidzi). Maka makna haytsuma adalah dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun.

Takwa Berjamaah

Manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia tinggal. Maka agar ketakwaan terwujud tidak hanya dibulan Ramadhan saja, maka butuh support system, lingkungan dan aturan yang mendukung. Maka ketakwaan individu saja tidak cukup, harus ada masyarakat dan aturan yang mendukung. 

Ketakwaan individu bisa dibentuk melalui tarbiyah keluarga didukung dengan penyelenggaran sistem pendidikan oleh negara yang akan mewujudkan individu bersyakhsiyah Islamiyah. Seorang individu yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Islam menjadi standar dalam perbuatannya.

Ketakwaan individu harus didukung dengan adanya masyarakat Islam. Yakni masyarakat yang tersusun atas pemikiran, perasaan dan aturan yang sama, yakni Islam. Pemikiran dan perasaan yang sama akan melahirkan masyarakat yang memiliki kepedulian untuk amar makruf nahi munkar. Sementara negara hadir sebagai institusi yang menerapkan syariat secara kaffah. Negara yang hadir sebagai periayah, sekaligus menjaga ketakwaan rakyatnya dari ide-ide dan akidah yang merusak dan batil.

Inilah tiga pilar dalam sistem Islam yang mampu mewujudkan ketakwaan dari level individu hingga negara. Ketakwaan yang akan mendatangkan dan membuka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al A'raf 96 yang artinya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."

Penerapan Islam kaffah akan memenuhi seluruh kewajiban dari Allah SWT. Sehingga semua seruan kewajiban akan terlaksana dengan sempurna. Tidak seperti hari ini, seruan "kutiba" baru disambut dengan meriah hanya sebatas ibadah seperti puasa. Sementara _kutiba_ yang berkaitan dengan qital atau perang, qisas masih diabaikan. Padahal Islam bukan agama prasmanan yang bisa dipilah dan dipilih. Sebagai hamba beriman sudah sepantasnya melaksanakan semua kewajiban sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan pada Penciptanya dari level individu hingga negara. Inilah makna meraih takwa.

Wallahu a'lam