Perisai Generasi Gen Z Hanyalah Islam Benarkah?
Oleh : Reje Yanti, S.S (Pendidik)
Belakangan banyak masyarakat yang perhatian terhadap masalah kesehatan mental, terutama di tengah generasi muda. Generasi Z atau Gen Z, yang lahir tahun 1997-201, selalu menjadi sorotan karena mereka lebih rentan terhadap masalah mental ketimbang generasi sebelumnya (Media Indonesia 10/10/2024).
Selama pandemi dua tahun terakhir, berdasarkan data dari perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) setidaknya ada 14.988 orang mengalami masalah psikologis, termasuk gangguan. “sebanyak 75,8% dialami oleh perempuan dan 24,2% dialami laki-laki“ Ungkap psikiater Nova Riyanti Yusup kepada media Indonesia.(10/10/2024).
Tanpa kita sadari apa yang dilakukan generasi sekarang ketika menemui masalah yang rumit dan tidak dapat menyelesaikanya pada akirnya mereka mengambil jalan pintas dengan bunuh diri yang mereka anggap dengan melakukan hal itu dapat menyelesaikan masalah padahal tidak demikian. Semua ini bisa jadi dikarenakan kondisi kejiwaanya sedang bermasaalah. Dan semua ini sebenarnya tidak lepas dari peran orang tua yang semestinya memperhatikan kondisi anak. Jika anak jauh dari orang tua harus selalu menjalin komunikasi dan hubungan dekat, sehinggah anak tidak merasa sendiri ketika mengadapi masalah yang sulit untuk diselesaikan.
Perisai Gen Z Hanyalah Islam
Gen Z memiliki potensi yang penting bagi perubahan dunia dari beragam persoalan yang diakibatkan kapitalisme. Sebagai penduduk asli dunia digital, mereka terbiasa melakukan interaksi lintas negara sehinggah memiliki jangkauan global. Mereka lihai dalam menggunakan teknologi digital dan memanfaatkannya untuk mengaruskan perubahan di tengah masyarakat dunia.
Potensi Gen Z ini harus diarahkan kepada islam dalam rangka menuju solusi yang hakiki yaitu islam ideologis. Caranya adalah membekali para pemuda dengan akidah islam dan ilmu pengetahuan yang penting untuk mengoptimalkan potensi mereka. Semua ini dapat terwujud hanya dengan islam kaffah. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda “Aku wasiatkan kepada kalian, perlakukanlah para pemuda dengan baik. Sesungguhnya mereka tulus dan mudah disentuh (perasaannya, (lihatlah) mereka yang mau berkumpul denganku adalah para pemuda, sedangkan para orang tua menentangku.” (Imam Asy-Sya’rani, Tanbihul Mughtariin)
Sistem Islam (Khilafah) akan membekali para pemuda melalui pendidikan dengan ilmu-ilmu yang produktif untuk menguatkan kepribadian mereka pada pendidikan dasar agar menjadi pemudah yang berpegang teguh dengan hukum islam.
Pertama, departemen pendidikan menyelenggarakan pendidikan yang mampu menghasilkan para saintis yang bersyahsiah islam dan mampu mengelola SDA menjadi senjata canggih ataupun pesawat tempur yang modern. Biaya dijamin oleh negara sehinggah rakyat dapat menikmati dengan cuma-cuma.
Kedua, menghasilkan gugus tugas yang mampu melayani kepentingan vital umat dan membuat gambaran rencana strategi jangka pendek dan jangka panjang tujuan tersebut dapat terwujud dalam Khilafah dilihat dari tipe pendidikan dimana riset lebih banyak dari pada mengajar. Murid belajar untuk berinovasi riset saintifik dan terspesialisasi sains yang spesifik.
Untuk mencapi tujuan-tujuan pendidikan tinggi tersebut, Khilafah menyelenggarakan institut teknik, institut layanan sipil. Universitas, pusat riset dan pengembangan, serta pusat riset dan akademi militer. Dari sini maka akan lahirlah generasi yang menghasilkan karya yang bermanfaat untuk umat. Untuk mencetak para pemuda yang paham islam ,agen perubah dan penegak Khilafah dibutuhkan pembentukan kepribadan Islam dan kesadaran politik Islam melalui penanaman tsaqafah Islam yang bersifat siyasiyah (politik). Hal ini bisa dilakukan melalui proses pembinaan Islam oleh Jamaah yang ideologis. Oleh karenanya penting untuk melibatkan pemuda Gen Z dalam aktivitas dakwah islam ideologis yang nantinya mereka akan mengopinikan Islam Kaffah secara global.
Posting Komentar