-->

Salah Kaprah Penanganan Pergaulan Bebas

Oleh : Rizqiyana (Aktivis Dakwah Masyarakat)

Beredar video 19 detik yang menunjukkan sejumlah siswi SMA melakukan tes kehamilan di sekolah. Dikutip dari suara.com. yang telah dibagikan oleh akun Instagram @folkshitt memperlihatkan para siswi SMA yang memakai baju putih abu-abu bergantian masuk ke dalam toilet dengan didampingi oleh guru perempuan untuk melakukan tes kehamilan. Dalam video viral tersebut diperlihatkan jika para siswi satu persatu masuk ke toilet untuk mengambil urine mereka dan dilakukan tes urine. Program siswi SMA tes kehamilan ini merupakan program tahunan sekolah tersebut. (23/01/2025)

Dari pernyataan pihak sekolah, tes kehamilan ini dijadikan sebagai salah satu faktor agar mencegah kehamilan dan seks bebas dikalangan Pelajar SMA, terlebih setelah sekolah libur panjang. Pertanyaannya Apakah benar tes kehamilan ini penting dilakukan untuk mencegah pergaulan bebas di tengah maraknya kebebasan pergaulan, bahkan banyak sampai terjadi kehamilan seperti kasus di sekolah tersebut?

Jika kita telaah lebih lanjut pemeriksaan ini menunjukkan adanya sesat pikir dalam menghadapi rusaknya pergaulan remaja hari ini. Tes kehamilan jelas bukan upaya pencegahan, apalagi tidak selalu terjadi kehamilan meski melakukan seks bebas. Belum lagi hanya dari sisi perempuan yang diperiksa. Padahal hari ini remaja laki-laki juga sama rusaknya.

Langkah ini jelas tidak mampu mencegah kehamilan remaja. Terlebih ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap rusaknya pergaulan remaja hari ini. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya menyeluruh yang menyentuh akar masalah, yaitu adanya sistem kehidupan sekuler-kapitalisme yang menjadikan remaja mengikuti hawa nafsunya dan mengutamakan kesenangan jasmani, serta abai pada halal dan haram. Sekulerisme ini menjauhkan kaum muslimin dari jatidirinya, bagaimana tidak sekulerisme memaksa kaum Muslimin yang seharusnya taat aturan Islam dalam berbagai aturan kehidupan, namun dipaksa agar menggunakan aturan syariat Islam di wilayah ibadah saja, sedangkan wilayah masyarakat tidak boleh menerapkan aturan Islam. Sehingga wajar jika kemaksiatan makin tahun makin banyak, karena akar permasalahannya adalah sekulerisme.

Disisi lain sistem kehidupan sekuler-kapitalis menjadikan hubungan keluarga sebatas pada standar dan kepentingan materi. Ayah dan ibu sibuk bekerja untuk memberikan materi kepada anak-anaknya dengan anggapan sebagai wujud kasih sayang mereka. Keluarga tidak lagi menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi anggota keluarganya, apalagi anak-anak. Sehingga anak-anak mencari perhatian dan rasa nyaman di luar, melalui aktivitas pacaran hingga berzina.

Sistem kehidupan sekuler juga menjadikan masyarakat hidup individualis. Mereka tidak peduli kepada sesama. Jika ada yang bermaksiat, hal itu dianggap urusan pelaku saja dan bukan urusan dirinya. Pada akhirnya, semua sibuk dengan kepentingan masing-masing. Sama hal nya di lingkungan sekolah juga demikian. Sesama siswa tidak merasa bertanggung jawab untuk memberi nasehat kepada teman-temannya yang terjebak dalam pergaulan bebas. Pacaran, sex bebas, akibatnya kemaksiatan tersebut terus membesar dan merusak masa depan mereka.

Hal ini sangat berbeda dengan Islam. Islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk aturan pergaulan. Sistem kehidupan Islam menjadikan akidah sebagai landasan seseorang dalam melakukan amalnya, sehingga ia akan berbuat berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ini akan menjadi faktor utama menuju terlepasnya masyarakat Islam dari pergaulan bebas.

Sungguh, Allah Taala dengan tegas melarang pergaulan bebas. Allah berfirman, “Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.” (QS Al-Isra [17]: 32).

Selain sistem pergaulan Islam, upaya preventif hadir didalam sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam akan melahirkan generasi berkualitas, berkepribadian Islam, dan memahami tata pergaulan menurut Islam. Sistem pendidikan Islam membuat lingkungan sekolah menjadi kondusif agar para pelajar terhindar dari pergaulan bebas. 

Kurikulum yang juga berbasis akidah Islam akan menjaga pemahaman para pelajar agar senantiasa dalam koridor ketaatan dan tercegah dari kemaksiatan seperti pergaulan bebas. Begitu pula dengan keluarga muslim. Mereka akan kuat dan mampu membentengi anak-anak dari pengaruh liberal. Karena keluarga tersebut dibangun berlandaskan akidah Islam yang kuat, sehingga menjadikan anak-anak memiliki akidah yang kuat sejak dini. Ibu mereka adalah sekolah pertama (madrasatul ula) bagi anak-anak dan ayah adalah panutan (qudwah) terbaik bagi anak-anaknya.

Kontrol masyarakat dan penerapan sistem sanksi Islam yang tegas akan menyelamatkan generasi dari pemikiran rusak dan perbuatan maksiat. Contoh upaya kuratif ini, misalnya hukuman bagi pezina dalam Islam, sebagaimana dalam ayat, “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS An-Nuur [24]: 2). 

Demikianlah syariat Islam dalam mengatur kehidupan. Syariat tersebut bisa tegak dan diterapkan sempurna hanya dalam negara Islam (Khilafah). Khilafah bertanggungjawab melaksanakan sistem yang akan menaungi fungsi kerja seluruh sistem yang ada didalam Islam. Jelas, penyelesaian tuntas atas persoalan pergaulan bebas pun dengan mengembalikan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah. 

Kehadiran negara yang seperti ini akan mencegah rusaknya generasi. Seseorang yang telah mantap keimanannya, ketakwaannya juga akan kuat. Ketakwaan itu terwujud dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ia akan takut melakukan maksiat karena itu dilarang oleh Allah SWT . Inilah benteng diri yang akan menjadikan para remaja terhindar dari pergaulan bebas. Karena sudah jelas, perzinaan adalah hal yang dilarang Allah SWT.

Wallahualam bish-shawab.