-->

Cahaya Islam Akan Menyinari Kegelapan Kapitalisme


Oleh : Dewi Rachmawati 

Setelah postingan logo Garuda berlatar biru bertuliskan "Indonesia Darurat" viral beberapa waktu lalu, lambang serupa kembali meramaikan dunia maya dengan warna latar hitam. Gambar tersebut mulai terlacak sejak 3-2-2025 malam di X, tepat dua hari semenjak pembatasan distribusi elpiji 3 kg di level pengecer.

Kemunculan gambar itu kemudian disusul dengan tagar #IndonesiaGelap. Tagar ini mengusung isu krusial yang kemudian ditarik ke dunia nyata.[1] Di dunia nyata, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) dikabarkan menggelar aksi pada Senin (17-02-2025), dan berlanjut hingga beberapa hari kemudian. Aksi dengan tagline Indonesia Gelap tersebut menyuarakan beberapa tuntutan utama, diantaranya:

1. Mencabut Inpres Nomor 1 Tahun 2025 karena menetapkan pemangkasan anggaran yang dinilai tidak berpihak pada rakyat 
2. Mencabut pasal dalam RUU Minerba yang memungkinkan perguruan tinggi mengelola tambang guna menjaga independensi akademik 
3. Mendesak pemerintah untuk mencairkan tunjangan dosen dan tenaga kependidikan secara penuh tanpa hambatan birokrasi dan pemotongan yang merugikan
4. Mengevaluasi total program MBG dan mengeluarkannya dari anggaran pendidikan 
5. Berhenti membuat kebijakan publik tanpa basis riset ilmiah dan tidak berorientasi pada kesejahteraan masyarakat 

Sosiolog dari UGM, Heru Nugroho, menilai demonstrasi itu sebagai akumulasi kekecewaan masyarakat. Mulai dari banyaknya pemutusan hubungan kerja dan sulitnya mencari pekerjaan, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, kasus gas elpiji 3 kg, serta puncaknya ketika pemerintah memangkas anggaran sejumlah kementerian. Sejarawan Andi Achdian menilain bahwa rentetan aksi itu menandakan adanya ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Aksi Pemuda yang diawali dengan aktivitas politik di dunia maya ini dikenal dengan konsep netizenship. Yakni memanfaatkan peran aktif netizen di dunia maya untuk merespon peristiwa politik. Kejadian ini dinilai serupa dengan Arab Spring 14 tahun lalu. Dari dunia maya lanjut ke dunia nyata, merembet, dan mampu menggulingkan rezim berkuasa. Hal serupa pernah terjadi pada aksi reformasi 1998. 

Sungguh, makin hari tata kelola negara dan pemerintahan tampak makin kacau. Wajar juga jika dikatakan negara ini salah urus sebab banyak kebijakan yang dibuat asal njeplak yang ketika kontroversial baru buru-buru diralat. Tidak salah pula jika beberapa waktu lalu para mahasiswa tergerak turun ke jalan dan mengaruskan tagar #IndonesiaGelap. Masa depan negeri ini nyatanya memang benar-benar gelap.

Meski presiden tidak percaya dengan narasi “Indonesia gelap”, faktanya kesejahteraan yang diimpikan makin jauh dari jangkauan. Rakyat hari ini sedang berjuang sendirian. Bukan hanya bertahan dari keterpurukan dalam hal perekonomian, tetapi harus berhadapan dengan problem lain yang luput dari perhatian negara; kriminalitas yang merajalela, cengkeraman mafia tanah yang merenggut ruang hidup mereka, dekadensi moral yang mengancam generasi mereka, ketakadilan hukum yang makin terbuka, dan lainnya. 

Apa yang terjadi saat ini sejatinya merupakan hal wajar. Sistem kepemimpinan sekuler demokrasi kapitalisme yang sedang diterapkan memang merupakan sistem politik destruktif yang disetir oleh kekuatan modal. Kekuasaan politik hanya menjadi alat meraih kepentingan segelintir orang. Urusan moral kalah oleh kepentingan akumulasi modal. 

Terlebih politik demokrasi memang dikenal sangat mahal. Alhasil, kursi kekuasaan tak ubah seperti meja perjudian. Mereka menjadi sponsor politik bagi para pemberi kekuasaan. Adapun rakyat, jangan harap akan mendapat bagian.

Atas nama pembangunan berbasis investasi, negara dikaveling-kaveling dan urusan publik pun diatur sebagaimana sebuah perusahaan. Lalu praktik jahat ini dibungkus dengan narasi beracun soal urgensi mewujudkan good government dan good governance.

Walhasil, kekayaan yang melimpah ruah di Indonesia nyatanya tidak mampu menjadikan kehidupan rakyatnya sejahtera. Penghasil nikel terbesar di dunia adalah Indonesia, tetapi 75 persennya dikuasai Cina. Indonesia pun patut berbangga karena produksi emas dan batu baranya masuk lima besar dunia. Namun, apa yang tersisa bagi rakyatnya? Yang menikmati justru perusahaan asing dan segelintir oligarki yang berkuasa, sedangkan rakyat mewarisi kerusakan lingkungan yang luar biasa.

Menghadirkan Cahaya Islam 

Sejarah telah membuktikan bahwa sekadar mengganti rezim tidak selalu membawa perubahan yang mendasar. Berulang kali rezim di berbagai negara Muslim berganti, tetapi masalah tetap muncul dengan wajah yang berbeda. Pergantian pemimpin sering kali hanya menjadi solusi sementara namun tetap melahirkan permasalahan serupa di masa mendatang.
Kondisi ini membuat sebagian orang putus asa, bahkan memilih untuk menyerah dengan #KaburAjaDulu, seolah mencari tempat lain yang lebih menjanjikan. Padahal, melarikan diri dari masalah bukanlah solusi. 

Permasalahan yang ada harus dihadapi dan diselesaikan secara mendasar. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan diantaranya adalah : Pertama, mengenali akar permasalahan. Mengapa pelayanan publik semakin buruk? Mengapa oligarki semakin berkuasa? Jika ditelusuri lebih dalam, jawabannya terletak pada diabaikannya hukum Allah dalam mengatur kehidupan. Ketika hukum Islam ditinggalkan, kezaliman pun semakin merajalela.
Kedua, menentukan solusi yang benar. Kapitalisme, sebagai sistem buatan manusia, telah terbukti menciptakan ketimpangan dan kekacauan. Maka, jika perbaikan masih dilakukan dengan sistem kapitalisme, hasilnya tetap tidak akan membawa kesejahteraan hakiki. Maka satu-satunya solusi adalah dengan sistem Islam yang berasal dari hukum Allah SWT. 

Sejarah telah membuktikan bahwa Islam, dengan penerapan syariatnya, pernah membawa kejayaan bagi peradaban manusia. Ketika hukum Islam ditegakkan secara menyeluruh, keadilan dan kesejahteraan menjadi nyata. Dan itu berlangsung ribuan tahun hingga batas kehancuran Islam di tangan kaum kafir.

Langkah selanjutnya adalah memastikan ada dakwah yang mengarahkan pada perubahan yang benar, terutama di kalangan pemuda yang menjadi motor pertama perubahan di dunia nyata. Mereka harus dibina agar meyakini dan memperjuangkan Islam yang berisi aturan Allah SWT secara sempurna.

Pemuda yang paham cahaya Islam secara menyeluruh akan menjadi penunjuk pada perubahan menuju cahaya sesungguhnya. Akan melakukan nahi mungkar untuk melenyapkan kemungkaran dari penerapan kapitalisme yang menimbulkan kegelapan di berbagai penjuru. Oleh karena itu, untuk berkontribusi aktif dalam memunculkan kembali cahaya Islam, pemuda perlu mendapatkan pembinaan Islam yang intensif. Pembinaan yang akan menjaga mereka dari pemikiran selain Islam. Penting untuk diarahkan agar melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan generasi sesudahnya, kokoh memperjuangkan tegaknya Islam. Dan inilah salah satu misi yang harus kita upayakan, agar idealisme perjuangan mereka tidak dibajak oleh perubahan semu yang salah. Wallahualam bishowab.