-->

Dakwah Islam Kaaffah

Oleh: Hamnah B. Lin

Problematika umat hari ini kian pelik, butuh solusi benar menurut Allah SWT Sang Pencipta. Pasti ada harapan untuk membenahi kondisi ini, keyakinan dan cara yang benar akan pasti menemukan jalan keluar yang benar.

Allah Swt. berfirman,“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia yang Maha Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An Nahl: 125).

Ayat tersebut menjelaskan cara mendakwahkan Islam. Tentang dakwah mengajak manusia kepada Islam, ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia dapat diajak kepada agama Allah dengan tiga cara, salah satunya adalah dakwah dengan hikmah. Hikmah adalah al-burhan al-aqli (argumentasi logis). Maksudnya, argumentasi yang masuk akal, tidak dapat dibantah, dan memuaskan. Inilah yang bisa memengaruhi jiwa (pikiran dan perasaan) siapa saja. Ini karena, manusia tidak akan dapat menutupi akalnya di hadapan argumentasi-argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat.

Dakwah bukan semata-mata merupakan kewajiban, melainkan juga kebutuhan yang penting diperoleh. Siapa pun yang sadar akan hal ini, maka ia akan segera menyingsingkan lengan baju untuk turut bergabung melaksanakan dakwah. Apabila tidak, sadar ataupun tidak, ia telah membiarkan orang yang berbuat mungkar, dirinya, dan masyarakatnya secara keseluruhan meluncur terjerumus ke jurang kehancuran. Lebih dari itu, di akhirat Allah Swt. telah menyediakan siksaan yang demikian dahsyat pedihnya sebagai balasan dari perbuatan yang dipilihnya itu.

Oleh karena itu, berdakwah dengan argumentasi dan hujah ini dapat memengaruhi para pemikir maupun bukan pemikir. Ia ditakuti oleh orang-orang kafir dan orang-orang atheis, sebagaimana juga ditakuti oleh orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Sebabnya, ia dapat membongkar rekayasa kebatilan, menerangi wajah kebenaran, menjadi api yang mampu membakar kebobrokan, dan menjadi cahaya yang dapat menyinari kebenaran.

Dari sini kita menemukan bahwa Al-Qur’an telah mendatangkan hujah-hujah yang jelas dan argumentasi-argumentasi logis. Ia merupakan bentuk ungkapan yang paling dalam, serta argumentasi-argumentasi dan hujah-hujah yang paling jelas.

Sedangkan cara berdakwah yang kedua adalah mauizhah hasanah atau peringatan yang baik. Itu berarti memengaruhi perasaan manusia ketika menyeru akal mereka dan memengaruhi pemikiran mereka ketika menyeru perasaannya. Dengan demikian, pemahaman mereka terhadap apa yang mereka dakwahkan senantiasa diliputi oleh semangat melaksanakannya, serta beramal untuk meraihnya. Al-Qur’an telah melakukan hal itu, maka saat ia menyeru pemikiran, ia pun memengaruhi perasaan.

Adapun metode yang ketiga adalah Al Jidal (bantahan) dengan cara yang lebih baik, yaitu berdiskusi yang terbatas dengan ide. Kemudian menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi batil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar dengan meneliti hingga sampai pada suatu kebenaran. Oleh karena itu, ia mengandung dua sifat.

Inilah ketiga metode berdakwah yang semuanya harus dipakai untuk menyatakan kebenaran di mana pun (pengemban dakwah) berada, baik di hadapan penguasa atau di hadapan masyarakat biasa. Dalam hal ini, pengemban dakwah harus memberikan pemikiran yang benar. Ia juga wajib menantang, agresif, serta yakin terhadap kebenaran yang didakwahkannya. Ia akan menantang dunia dan seisinya, serta menantang penguasa dan centeng-centengnya. Ia juga akan memaklumkan perang terhadap orang yang berkulit hitam maupun merah, tanpa memperhitungkan pertimbangan adat, tradisi, agama-agama, akidah-akidah, penguasa-penguasa, atau rintangan-rintangan apa pun. Ia tidak akan berpaling sedikit pun kepada sesuatu, selain risalah Islam.

Rasulullah saw. telah mengawali (berdakwah) kepada orang Quraisy dengan mencela, memaki-maki tuhan-tuhan mereka, menentang, dan menghina kepercayaan-kepercayaan mereka. Ketika itu, beliau sendirian, tidak ada sejumlah orang bersama beliau, tidak ada pendukung, dan tanpa senjata (pedang), kecuali keimanan yang amat dalam terhadap Islam yang beliau dakwahkan. Beliau sama sekali tidak memedulikan kebiasaan, tradisi, serta kepercayaan-kepercayaan bangsa Arab.

Maka tawarkan terus Islam agar menjadi solusi dalam masalah umat. Inilah tugas kita semuanya karena berdakwah adalah kewajiban. Sampaikan walau satu ayat.
Allahu A'lam