-->

Gaza Dibombardir di Bulan Suci Ramadhan, Di Mana Umat Islam?


Oleh : Azizah Nur Fikriyyah
(Mahasiswi & Aktivis Dakwah)

Pada bulan Ramadan tahun 2025 ini, situasi di Jalur Gaza kembali memburuk setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan lebih dari 400 warga Palestina, termasuk banyak wanita dan anak-anak. Serangan ini terjadi secara tiba-tiba pada 18 Maret 2025, menghancurkan infrastruktur penting seperti penjara yang dikelola Hamas dan tempat penampungan Al-Tabaeen, serta memaksa ribuan warga untuk mengungsi kembali dari rumah mereka. (kompas.id)
Serangan tersebut mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari, menambah penderitaan warga Gaza yang sebelumnya merasakan sedikit kelegaan selama bulan suci ini. Rumah sakit di Gaza kewalahan menangani ratusan korban luka, sementara blokade yang diperketat oleh Israel memperparah krisis kemanusiaan dengan kekurangan pasokan medis dan kebutuhan dasar lainnya. Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut dan memperburuk kondisi kehidupan warga Palestina di Gaza selama Ramadan. (the guardian)

Bulan Ramadan seharusnya menjadi momen kebahagiaan bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun, bagi saudara-saudara kita di Palestina, Ramadan justru menjadi bulan penuh ujian dan tekanan. Pemerintah Zionis Israel kembali memperketat akses umat Islam ke Masjid Al-Aqsa, membatasi jumlah jemaah, bahkan merampas alat pengeras suara di masjid suci tersebut. Ini bukan sekadar tindakan diskriminatif, tetapi bukti nyata bahwa Al-Quds masih dalam cengkeraman penjajahan.

Al-Aqsa: Bukan Sekadar Masjid, Tapi Simbol Keimanan dan Kehormatan Umat Islam

Masjid Al-Aqsa bukan hanya situs bersejarah, tetapi juga bagian dari akidah umat Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًۭا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

"Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."(QS. Al-Isra’ [17]: 1)

Al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam dan salah satu masjid yang dianjurkan untuk dikunjungi dalam ibadah. Namun, sejak pendudukan Zionis Israel, akses umat Islam terhadap tempat suci ini terus dibatasi. Penjajahan yang berlangsung puluhan tahun ini telah menodai kehormatan umat Islam dan merampas hak-hak rakyat Palestina.

Solusi Bukan dari Barat, Tapi dari Persatuan Umat Islam

Selama ini, dunia internasional sering menawarkan solusi diplomasi dan perdamaian. Namun, sejarah membuktikan bahwa perundingan hanya memberi keuntungan bagi Zionis, sementara rakyat Palestina terus menderita. Mengandalkan solusi Barat hanya akan memperpanjang penjajahan.

Islam mengajarkan bahwa kaum Muslimin adalah satu tubuh. Jika satu bagian terluka, bagian lain harus merasakan sakitnya. Oleh karena itu, membebaskan Al-Aqsa bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina, tetapi kewajiban seluruh umat Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya dizalimi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Umat Islam tidak boleh diam atau hanya mengutuk tindakan Zionis. Kita harus mengambil langkah nyata untuk mengakhiri penjajahan ini.

Khilafah: Solusi Hakiki untuk Membebaskan Al-Aqsa

Penjajahan Zionis tidak akan berakhir selama umat Islam masih terpecah belah dalam sistem sekuler. Al-Quds hanya akan terbebas jika ada kekuatan besar yang mampu melawan Zionis dan sekutunya. Dalam sejarah Islam, hanya dengan kekuatan politik dan militer yang dipimpin oleh pemimpin yang berpegang pada Islam, tanah Muslim yang dijajah dapat dibebaskan.

Dahulu, Salahuddin Al-Ayyubi mampu membebaskan Al-Quds dari Pasukan Salib karena adanya kepemimpinan Islam yang kuat. Hari ini, umat Islam membutuhkan hal yang sama: persatuan di bawah kepemimpinan seorang khalifah yang akan memimpin perjuangan nyata, bukan sekadar retorika.

Allah SWT berfirman:

وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍۢ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu..." (QS. Al-Anfal [8]: 60)

Tanpa persatuan politik dan militer umat Islam, perjuangan membebaskan Palestina hanya akan menjadi angan-angan. Oleh karena itu, umat Islam harus kembali kepada sistem yang mampu melindungi mereka secara nyata, yaitu sistem khilafah.

Kesimpulan: Saatnya Umat Islam Bangkit

Al-Quds adalah milik umat Islam, dan penjajahan Zionis adalah penghinaan bagi seluruh Muslim di dunia. Kita tidak boleh lagi hanya bersedih atau berharap pada solusi diplomasi yang tidak pernah berpihak pada Islam. Saatnya kita membangun kesadaran bahwa:
Al-Quds adalah tanggung jawab seluruh umat Islam, bukan hanya rakyat Palestina.
Penjajahan Zionis hanya bisa dihadapi dengan kekuatan politik dan militer Islam, bukan dengan negosiasi kosong.
Umat Islam harus bersatu di bawah kepemimpinan yang menerapkan Islam secara kaffah.

Ramadan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan kemenangan bagi umat Islam. Sejarah mencatat, banyak kemenangan besar Islam terjadi di bulan Ramadan, seperti Perang Badar dan Fathu Makkah. Semangat inilah yang harus kita hidupkan kembali untuk memperjuangkan pembebasan Al-Quds.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَجِيبُوا۟ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu..." (QS. Al-Anfal [8]: 24)

Maka, apakah kita akan tetap diam dan membiarkan Al-Quds dirampas? Ataukah kita akan bangkit dan memperjuangkannya dengan seluruh daya dan upaya? Jawabannya ada di tangan kita.

Sebagai individu, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang konflik di Palestina, khususnya mengenai sejarah, akar masalah, dan peran umat Islam dalam membela Al-Quds. Ini bisa dimulai dengan banyak membaca, mengikuti kajian, dan menyebarkan informasi yang benar kepada orang lain. Kesadaran ini akan mendorong umat Islam untuk tidak hanya sekadar bersimpati, tetapi juga mengambil tindakan nyata sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika seseorang memiliki keahlian di bidang media, ia bisa membantu menyebarluaskan berita yang objektif; jika seorang pendidik, ia bisa mengajarkan sejarah Palestina kepada murid-muridnya; jika seorang ekonom, ia bisa mengembangkan strategi ekonomi untuk mendukung perjuangan Palestina.

Selain itu, salah satu langkah nyata yang bisa dilakukan adalah dengan berpartisipasi dalam gerakan boikot terhadap produk-produk yang mendukung Zionis. Boikot bukan hanya sekadar menolak membeli, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar sadar akan kekuatan ekonomi umat Islam. Di samping itu, mendukung lembaga-lembaga kemanusiaan yang terpercaya, berdonasi, serta menggalang solidaritas melalui aksi-aksi damai juga menjadi bagian dari kontribusi nyata. Setiap individu memiliki peran dalam perjuangan ini, sekecil apa pun usahanya, jika dilakukan dengan ikhlas dan istiqamah, akan menjadi bagian dari arus besar kebangkitan umat Islam dalam membebaskan Palestina. Wallahua’lam bishshawwab.[]