Indonesia Gelap, Pertanda Keadilan dalam Demokrasi Adalah Ilusi
Oleh : Ummu Maryam
Kehadiran Rocky Gerung di Samarinda pada aksi demontrasi "Indonesia Gelap" yang digelar mahasiswa di berbagai daerah semakin memanas, seiring orasi yang disuarakan sebagaimana yang diperjuangkan mahasiswa. Dalam orasinya, Rocky menyuarakan bahwa terhadap kebijakan pemerintah dalam menentukan arah negeri, mahasiswa memiliki hak untuk mengkritisi, ujarnya dengan lantang di depan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Sehingga yel-yel semangat perjuangan dikumandangkan dengan lantang menyambut setiap seruannya.
"Ini adalah tugas mahasiswa untuk mengendalikan politik dengan dasar argumen akademik. Sekalian demo, kalian punya hak untuk menentukan isi negeri ini," ujar Rocky, mengutip dari Instagram @cluetoday.
Sehingga mahasiswa menyambut riuh seruan tersebut dengan teriakan, "Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!"
Demontrasi tersebut mengangkat tuntutan utama berupa pencabutan Inpres Nomor 1 Tahun 2025, evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), ditambah kebijakan publik berbasis riset. Sebelumnya di beberapa kota, aksi sempat didominasi dengan bentrokan aparat, namun pada akhirnya mahasiswa tetap berkomitmen mengawal kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat. Sehingga, tagar "Indonesia Gelap" pun menjadi trending, dan hal tersebut juga menggambarkan bagaimana keresahan yang dialami oleh publik terhadap kebijakan pemerintah saat ini.
Aksi Indonesia Gelap tersebut merupakan bagian dari seruan nasional yang dilakukan secara serentak di berbagai wilayah, di Indonesia, diantaranya adalah Jakarta, Bandung, Lampung, Surabaya, Malang, Samarinda, Banjarmasin, Aceh, dan Bali.
Mengamati aksi demontrasi yang dilakukan dengan aksi nyata oleh para mahasiswa di beberapa daerah, menggambarkan bahwa mahasiswa menyadari salah satu bagian peran mereka di tengah masyarakat sebagai penyuara aspirasi rakyat. Tidak hanya itu, mahasiswa maupun kalangan usia di bawahnya maupun di atas, yakni dalam cakupan pemuda juga kini mentrendingkan tagar "Indonesia Gelap" di medsos. Dimana hal itu merupakan sebagai bentuk ungkapan keresahan yang dialami publik selama ini terutama akhir-akhir ini kepada kebijakan pemerintah negeri ini.
Dalam aksi tersebut, hal yang dituntut adalah pemerintah hendaknya melakukan perbaikan dan mengubah kebijakan, dimulai dengan mengevaluasi program Makan Bergizi Gratis, pembatalan efisiensi anggaran, dan pengambilan kebijakan yang dilakukan berbasis riset.
Dimana, program Makan Bergizi Gratis kini pun dituding menjadi sebab efisiensi anggaran dilakukan untuk menutupi kebutuhan pembiayaan program tersebut. Dan dengan efisiensi anggaran, hal itu berujung pada maraknya PHK dan akan berpengaruh pada orang tua yang kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya begitu juga anaknya. Anak-anak bukannya mendapat gizi yang cukup malah berujung pada kelaparan yang berkepanjangan.
Sehingga dapat disimpulkan, negara saat ini sebagaimana dokter yang salah diagnosa, sehingga salah memberikan obat. Dibandingkan makan siang gratis, tentunya masyarakat lebih membutuhkan sekolah gratis dan melengkapi sarana dan prasarana dalam setiap gedung pendidikan. Sehingga dengan adanya efisiensi anggaran, tentunya malah akan mengancam kebutuhan dasarnya, seperti gizi, kesehatan, bahkan pendidikan secara bersamaan.
Selain itu mengkritisi juga bahwa apa yang disuarakan dalam demokrasi tersebut sebenarnya masih bersifat persoalan yang cabang, dimana akar masalahnya adalah adanya kapitalisme sekuler. Kapitalisme sendiri adalah sistem yang berasas keuntungan para kapital atau pemilik modal, sehingga kebijakan yang ditetapkan adalah dilihat keuntungan dari suatu pihak yakni para kapital, meskipun nantinya akan merugikan pihak lain. Sedangkan sekuler adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, sehingga agama tidak boleh ikut campur. Sehingga jika dua sistem tersebut bersatu sebagaimana faktanya hari ini, maka hasilnya adalah lahir kebijakan yang menguntungkan pihak atas dan bahkan berdampak merugikan masyarakat umum, dimana hal tersebut yang sebenarnya tindak perbuatan dzolim yang diharamkan dalam Islam, justru saat ini dihalalkan terjadi.
Sehingga titik terangnya adalah, meskipun adanya pergantian pemimpin, maka sejatinya tidak akan pernah ada perubahan yang lebih baik, dan itu bukanlah solusi. Seharusnya adalah perlu mengungkap keburukan, dan ketidakadilan demokrasi, serta kedzaliman terhadap rakyat.
Dan pada akhirnya, di setiap kebijakan menjadikan masyarakat semakin sulit. Dan keresahan terungkapkan dengan lahirnya #KaburAjaDulu, sebagai bentuk rasa kekecewaan.
Dimana hal tersebut sebetulnya pernah terjadi pada Rasulullah SAW yang pernah beruzlah atau mengasingkan diri ke Gua Hira dikarenakan kekecewaannya kepada kedzaliman yang menjadi kebiasaan masyarakat di masa jahiliah pada saat itu. Dan kemudian menghantarkan beliau mendapat Wahyu pertama dari sang Khaliq sebagai obat daripada keresahannya selama ini.
Sehingga dari peristiwa itu dapat disimpulkan bahwa solusi atas segala masalah saat ini adalah kembali aturan dari sang pencipta yakni dengan Al-Qur'an. Dimana sejatinya perlu disuarakan kepada masyarakat juga untuk meningkatkan sistem kapitalisme sekuler saat ini dan beralih kepercayaan untuk mengatur kehidupan dengan Islam secara Kaffah (total).
Wallahu a'lam bisshowab
Posting Komentar