Indonesia gelap, terang dengan Islam
Oleh : Sri Azzah Labibah SPd.
Indonesia di hebohkan dengan Tagar Indonesia gelap yang menjadi tranding topic di media sosial X. Ratusan ribu cuitan warganet mengunggah tagar itu sebagai luapan kekecewakan terhadap kebijakan pemerintah yang kian menyengsarakan rakyat. Menyusul viralnya tagar tersebut, aksi massa mahasiswa terjadi di berbagai daerah. Apa yang sebenarnya terjadi dengan negeri ini?
Indonesia Gelap
Dalam unggahan di akun Aliansi BEM Seluruh Indonesia (@bem_si), termuat arti bahwa #IndonesiaGelap merupakan simbol perlawanan kalangan mahasiswa dan aktivis sosial terdapat kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat. Masyarakat, khususnya para mahasiswa menilai bahwa baru 100 hari kerja kepemimpinan Prabowo-Gibran sudah banyak kebijakan yang menyakiti rakyat. Mulai dari kenaikan PPN 12%, kelangkaan LPG 3Kg, tunjangan dosen yang tak dibayarkan, polemik Program Makan Bergizi Gratis (MBG), putusan ringan korupsi timah, hingga pemangkasan anggaran di berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan yang membuat mahasiswa cemas akan keberlanjutan pendidikannya.
tampak juga kebijakan yang dibuat sering tergesa-gesa ditetapkan dan bersifat populis. Ketika menuai kritik dan diviralkan, baru penguasa menganulir dan menggantinya dengan kebijakan yang seakan pro rakyat. Wajar saja jika masyarakat menilai negeri ini dalam kondisi gelap. Mahasiswa pun turun jalan menolak kebijakan yang jelas-jelas tidak berpihak pada rakyat. Dalam aksi tersebut berbagai poster dibentangkan untuk menyuarakan aspirasi, diantara tulisannya “Efisienshit”, Efisiensi atau Nuruti Ambisi?”, “Negara Hemat, Rakyat Tamat”, dan masih banyak lagi.
Aliansi Mahasiswa dan masyarakat menuntut 13 permintaan yang disuarakan diantaranya adalah pembatalan pemangkasan anggara; menolak RUU Minerba; mendesak evaluasi total program makan bergizi gratis; hapuskan dwifungsi ABRI; reformasi Polri; cabut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025; realisasikan anggaran tunjangan kinerja dosen; cabut proyek strategis nasional (PSN) yang dianggap menjadi alat perampasan tanah rakyat; dan efisiensi kabinet Merah Putih. (Tempo.com, 19-02-2025).
Gelap karena sistem Kapitalis
Sebenarnya Indonesia adalah negara yang sumber daya alamnya melimpah dan jumlah penduduknya besar. Namun, banyak kebijakan penguasa yang tidak menyejahterakan masyarakat. Program-program yang dibuat sering kali tidak menyentuh kebutuhan esensial masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan sosial. Hal ini menyebabkan ketimpangan sosial dan kesenjangan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Itulah akibat negeri ini menerapkan sistem kapitalisme sekuler yang telah nyata membawa Indonesia dalam kegelapan. Berbagai kebijakan dibuat seringkali menzalimi rakyat dan justru berpihak kepada para penguasa dan pemilik modal. Penguasa dalam sistem kapitalisme sekuler memberikan jalan mulus kepada para oligarki untuk mencengkeram negeri ini.
Para oligarki mendapat legalitas mengusai sumber daya alam yang notabene milik rakyat karena adanya undang-undang yang disahkan melalui politik demokrasi. Siapapun yang memimpin selama sistem Demokrasi Kapitalisme yang masih eksis, maka aturan yang dihasilkan menguntungkan para pemilik modal dan penguasa. Selama sistem itu masih diterapkan, Indonesia akan semakin gelap hingga menuju kehancurannya.
Cahaya Islam Menerangi Kegelapan
Dalam mukodimah pidato pembukaan acara atau sambutan sering diucapkan kalimat “Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan cahaya Islam.” Islam merupakan agama dan sistem aturan kehidupan. Islam mampu mengubah kondisi Mekkah pada saat itu diliputi kejahiliyahan yang menyengsarakan rakyat dengan kehidupan yang menyejahterahkan. Pun Indonesia saat ini membutuhkan cahaya Islam untuk menyingkap kegelapannya.
Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan. Baik urusan individu, masyarakat maupun negara. Islam mengajarkan bahwa dunia seisinya adalah milik Allah Swt. Sebagai hamba Allah Swt, manusia harus tunduk dan patuh terhadap syari’at-Nya. Dengan penerapan syari’at Islam secara kaffah kegemilangan dan kesejahteraan rakyat akan terwujud nyata. Hal tersebut telah tercatat dalam sejarah peradaban dunia bahwa Islam telah memimpin dunia di bawah payung Khilafah Islamiah selama kurang lebih 1400 tahun lamanya dengam luas wilayah meliputi 2/3 dunia.
Pemimpin dalam sistem Islam adalah pelindung bagi rakyatnya. Berkewajiban untuk mengayomi, mengawal, dan bertanggungjawab atas urusan rakyatnya. Sebagaimana hadist Nabi Saw, “Imam adalah raa’in (penggembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari).
Untuk mewujudkan sistem Islam yang akan membawa cahaya bagi kegelapan negeri ini dibutuhkan kesadaran dan gerakan bersama. Gerakan pembinaan terhadap individu untuk mewujudkan syaksiyah Islam. Kemudian bergerak bersama masyarakat dalam aktivitas amar makruf nahi mungkar. Menyeru para penguasa dan tokoh-tokoh kunci umat agar menerapkan syariat Islam secara kaffah. Saat hal itu tercapai maka sistem sekulerisme-kapitalisme akan diganti dengan sistem Islam yang diterapkan dalam naungan negara.
Wallahu a’lam bishawab
Posting Komentar