-->

#KaburAjaDulu dan Hilangnya Keyakinan Generasi Muda pada Masa Depan


Oleh : Meidy Mahdavikia

Belakangan ini, hashtag #KaburAjaDulu ramai dibicarakan di berbagai platform media sosial, seperti X, Instagram, TikTok, dan lain sebagainya khususnya di Indonesia. Berdasarkan laporan dari (cnnindonesia.com, 7/2/2025), ungkapan ini adalah gambaran dari perasaan para generasi muda yang begitu frustrasi terhadap situasi ekonomi, sosial, dan politik di dalam negeri. Gelombang migrasi ke luar negeri, baik dalam bentuk pencarian pendidikan yang lebih baik maupun pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi, semakin meningkat. Digitalisasi dan media sosial memainkan peran yang besar dalam mendorong peristiwa ini, dengan banyaknya eksposur tentang kehidupan di negara maju yang tampak lebih menjanjikan dibandingkan di negara sendiri.

Peningkatan peristiwa #KaburAjaDulu ini juga sejalan dengan meningkatnya kesempatan beasiswa dari negara-negara maju, yang memberikan peluang bagi anak muda Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Namun, ketimbang kembali untuk membangun bangsa, banyak dari mereka memilih menetap di negara tersebut karena sulitnya mencari pekerjaan yang layak di tanah air. Sementara itu, mereka yang tidak memiliki jalur akademik memilih untuk mencari pekerjaan di luar negeri, baik sebagai tenaga terampil maupun pekerja kasar, mengingat perbedaan standar upah yang sangat mencolok antara negara yang mereka tuju dengan negara ini.

Dilansir dari (beautynesia.com, 5/2/2025) dalam lingkup global, peristiwa ini dikenal sebagai brain drain, yang menggambarkan perpindahan atau imigrasi besar-besaran tenaga kerja dan talenta muda dari negara berkembang ke negara maju. Trend ini semakin memperlebar kesenjangan ekonomi global, menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. Di lain sisi, negara berkembang kehilangan sumber daya manusia terbaiknya, sementara negara maju semakin memperkaya diri dengan talenta terbaik dari luar negaranya.

Kapitalisme Membuat Generasi Muda Semakin Frustasi

Peristiwa #KaburAjaDulu sejatinya bukanlah sekadar trend, melainkan ini adalah pencerminan dari kegagalan kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkan dalam sistem sekuler-kapitalis. Dalam sistem ini, kesejahteraan rakyat sering kali bukan menjadi prioritas utama negara. Sumber daya yang melimpah di Indonesia justru lebih banyak dikuasai oleh segelintir elite dan korporasi asing, yang mengakibatkan minimnya kesempatan bagi rakyat untuk memperoleh kehidupan yang layak.

Di bidang pendidikan, rendahnya kualitas dan kurangnya dukungan terhadap penelitian serta inovasi membuat para cendekiawan merasa tidak memiliki ruang untuk berkembang. Akibatnya, mereka lebih memilih hijrah ke negara yang memberikan apresiasi lebih tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan. Di bidang ketenagakerjaan, tingginya angka pengangguran, rendahnya upah minimum, dan ketidakpastian ekonomi semakin memicu gelombang migrasi tenaga kerja ke luar negeri.

Sistem kapitalisme juga menjadi akar dari ketimpangan ekonomi global, di mana negara maju terus mengeksploitasi sumber daya negara berkembang. Akibatnya, kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar, baik dalam skala nasional maupun internasional. Negara berkembang, termasuk Indonesia, terjebak dalam lingkaran ketergantungan yang sulit diputus, dengan utang luar negeri yang terus meningkat dan ekonomi negara yang dikendalikan oleh pihak asing.

Masa Depan Cerah dan Gemilang Bersama Khilafah

Islam menawarkan solusi utama terhadap permasalahan ini melalui sistem Khilafah, yang dimana mewajibkan negara untuk bertanggung jawab penuh dalam memastikan kesejahteraan rakyat. Dalam Islam, negara memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap individu, baik dalam hal pangan, sandang, maupun papan. Selain itu, negara juga diwajibkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki baligh sehingga mereka dapat menafkahi diri dan keluarganya secara layak.

Di bidang ekonomi, Islam menekankan pengelolaan sumber daya alam sebagai amanah yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir elite atau pihak asing. Negara wajib memastikan distribusi kekayaan yang adil serta mencegah praktik eksploitasi oleh kapitalis. Sumber daya seperti tambang, hutan, dan air harus dikelola penuh oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi untuk kepentingan masyarakat secara menyeluruh.

Di bidang pendidikan, Islam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dengan memberikan akses pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali. Negara juga harus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para intelektual untuk berkarya dan mengembangkan teknologi tanpa harus bergantung pada negara asing. Dengan strategi pendidikan Islam, generasi muda akan dibentuk menjadi insan yang tidak hanya memiliki keahlian, tetapi juga memiliki kesadaran untuk membangun peradaban yang lebih baik.

Dengan tegaknya sistem Khilafah, kesejahteraan dan keadilan tidak hanya akan dirasakan oleh umat Islam, tetapi juga dirasakan oleh seluruh umat manusia. Khilafah akan mengakhiri ketimpangan ekonomi yang dihasilkan oleh kapitalisme, serta mengembalikan kemandirian negara berkembang yang selama ini dieksploitasi oleh negara maju. Oleh karena itu, solusi hakiki dari peristiwa #KaburAjaDulu bukanlah sekadar reformasi kebijakan, melainkan perubahan sistem yang mendasar, yaitu kembali kepada aturan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.