MEMBANGUN MENTALITAS GENERASI YANG HANCUR DENGAN ISLAM
Oleh : Sri Wijayanti
Jutaan remaja Indonesia kini menghadapi masalah kesehatan mental yang semakin serius. Berdasarkan Indonesia-National Adolescent Mental, Healt survey 2024, tercatat bahwa 34,9 persen atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Isu ini pun menjadi sorotan oleh wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) Isyana Bagoes oka, dalam pembukaan Simposium dan Konsolidasi Nasional Pemimpin Hindu di Tangerang selatan, pada jumat 14 februari 2025. “tentu saja isu ini menjadi keprihatinan kita bersama, mengingat Indonesia adalah Negara besar dan penduduk merupakan modal dasar dari pembangunan itu sendiri”. Ujarnya. (disway.id 16/02/2025).
Banyaknya remaja yang terkena kesehatan mental menunjukkan gagalnya Negara membina generasi. Generasi emas 2045 mustahil terwujud jika kondisi ini terus dibiarkan begitu saja. Bahkan menyelesaikan masalah mentalitas kesehatan generasi berharap dengan sistem Demokrasi Kapitalisme justru seperti mengurai benang kusut, bukannya menyelesaikannya sampai kepada akar masalahnya justru semakin hancur. Sebab, permasalahan mentalitas generasi adalah dampak dari penerapan sistem kapitalisme sekulerisme yang mewarnai kehidupan dalam berbagai aspek. Dalam aspek pendidikan misalnya yang berbasis sekuler membentuk remaja berperilaku liberal yang gagal memahami jati dirinya, walhasil dalam menghadapi masalah, mereka tidak mendapatkan penyelesaian yang benar dan menentramkan jiwa. Dampaknya remaja mudah mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri. Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi saat ini menunjukkan rapuhnya mental generasi. Menurut Pusat Informasi Kriminal Polri, sepanjang 2023 terdapat 1.226 peristiwa bunuh diri.(kompas.com 29/06/2024).
Berbeda dengan Islam, kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang serta berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai Islam. Didalam sistem pendidikan, Negara wajib membangun sistem pendidikan berasas aqidah Islam. Generasi yang lahir dari dunia pendidikan akan memiliki keimanan yang kuat bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan beribadah kepadaNya. Sehingga tujuan tertinggi dalam pencapaian kehidupan manusia adalah meraih ridlo Allah, bukan penghambaan kepada manusia. Hal ini akan memberikan dampak yang besar bagi generasi. Walhasil, tidak akan ada kasus bunuh diri karena percintaan atau permasalahan apapun yang dihadapi, sebab mereka memahami penghambaan sesungguhnya hanya kepada Allah swt. Negara akan menerapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya.
Dalam aspek pergaulan, Negara akan menciptakan iklim pergaulan yang aman dari segala bentuk kemaksiatan, tindakan asusila, kejahatan seksual dan nonseksual, perundungan, mencegah pornografi –pornoaksi, mewajibkan berpakaian sesuai syariat Islam, mencegah pergaulan yang menimbulkan khalwat ataupun ikhtilat, bahkan melarang keras aktivitas yang mendekati zina serta menindak keras pelaku kemaksiatan.
Begitu juga Negara wajib menyiapkan orangtua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia yang memiliki mental yang kuat. Sebab keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk anak memiliki mental kuat. Keluarga semestinya menjadi tempat pertama dan utama dalam mendidik generasi. Membangun fondasi akidah Islam dan juga syakhsiyah Islam. Begitu juga masyarakat seharusnya menjadikan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar sebagai aktivitas pencegahan terjadinya kemaksiatan yang terjadi ditengah tengah masyarakat.
Dalam aspek ekonomi, Negara Islam akan menjamin kebutuhan pokok rakyatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Caranya dengan menciptakan iklim kondusif mencari nafkah, baik dengan berbisnis atau bekerja dengan pekerjaan dan penghasilan yang layak. Jaminan ekonomi seperti ini akan menciptakan ketenangan ditengah-tengah masyarakat.
Khilafah telah terbukti mampu mencetak generasi berkualitas bermental tangguh dan intelek. Mulai dari era Khulafaur Rasyidin, seperti Ali bin abi Thalib, Usamah bin Zaid (remaja pemimpin perang Qadisiyah), hingga era kekhalifahan setelahnya seperti Imam Syafi’i (anak yatim yang menjadi ulama besar pada usia yang sangat muda), Imam abu Hanifah (pemuda yang menghabiskan waktunya dengan membaca), Shalahuddin al Ayyubi (pembebas al quds), Al khawarijmi (pemuda yang menemukan angka nol ), Muhammad al fatih (penakluk konstantinopel) dan masih banyak lagi pemuda islam yang membangun peradaban islam.
Wallahu a'lam bishowab.
Posting Komentar