-->

Polemik Gencatan Senjata & Pengambilalihan Wilayah Gaza


Oleh : Zahra K.R (Aliansi Penulis Rindu Islam)

Hati begitu miris dan tersayat tatkala penderitaan saudara di Gaza tak kunjung usai. Berbagai konflik dan pertentangan akibat perjanjian senjata belum selesai, dan kini ditambah lagi oleh kabar bahwa Amerika Serikat berencana mengusir warga Gaza karena tanahnya mau diambil alih. 

Sebelumnya, keputusan dan pernyataan Presiden Amerika, Donald Trump, menunai banyak pertentangan. Bagaimana tidak? Trump dan Netanyahu telah mengadakan pertemuan di Gedung Putih untuk membahas pengambilalihan wilayah Gaza. Dan Trump juga telah mengatakan bahwa rakyat Palestina sudah tidak memiliki hak lagi untuk kembali ke wilayah mereka yaitu Gaza, setelah wilayah tersebut sudah diambil alih oleh Amerika, sebab nantinya warga Gaza akan mendapatkan rumah yang jauh lebih layak dibandingkan rumahnya yang sekarang. Karena Trump akan membangunkan tempat tinggal yang bersifat permanen untuk warga Gaza. Hal itu ia katakan kepada Bret Baier dari _Fox New_. Pernyataannya tersebut tentu sangat bertentangan dengan apa yang diklarifikasikan oleh para pejabat di Gedung Putih sebelumnya, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, yang menyatakan bahwa pemindahan rakyat Gaza hanya bersifat sementara bukan permanen. (International.sindonews.com 11/02/2025) 

Sementara, beberapa hari kemarin, tepatnya pada hari Jum'at (07/03/2025), telah dikabarkan bahwa pasca gencatan senjata dengan Israel, warga Palestina terpaksa harus melaksanakan sholat Jum'at pertama pada bulan Ramadhan di masjid yang rusak akibat serangan dari Israel, di wilayah Zeitoun, Kota Gaza, Palestina. Penderitaan warga Gaza terus berlanjut tatkala presiden Amerika, Donald Trump, justru memberikan ancaman kepada penduduk Gaza, bahwa Trump akan membumihanguskan wilayah mereka jika sandera Israel tidak dibebaskan. Dengan begitu, masyarakat dibuat lelah dan tidak percaya lagi dengan upaya internasional untuk menyelesaikan perang. Padahal, dampak dari genosida di Gaza sudah semakin mengerikan, yang mengakibatkan warga Gaza harus melakukan pengungsian secara massal, kerusakan yang semakin meluas, serta kondisi kemanusiaan yang tak kunjung membaik justru semakin memprihatinkan. (News.republika.co.id 08/03/2025) 

Kabar tersebut meluas hingga muncul pro-kontra antara pemimpin negeri-negeri muslim atas rencana Trump tersebut. Hingga para pemimpin negara Arab mengadakan pertemuan darurat di Kairo, dimana dalam pertemuan tersebut membahas tentang perekontruksian wilayah Gaza, sekaligus mencegah adanya relokasi warga Gaza di atas pimpinan pemerintah Mesir. Tidak hanya dari negeri-negeri Atab, penolakan atas relokasi warga Gaza tersebut juga datang dari Indonesia. Telah dikabarkan bahwa pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri RI, dengan tegas menyatakan penolakannya dan menyerukan atas penghormatan hukum internasional kepada komunitas internasional. (Kompas.tv 10/03/2025) 

Melihat berbagai polemik yang terjadi, hal ini seharusnya menyadarkan para pemimpin negeri-negeri Muslim bahwa persoalan di Gaza butuh tindakan yang nyata. Bukan sekedar berharap pada lembaga-lembaga International yang jelas tidak mampu memberikan penyelesaian terhadap genosida yang terjadi di Gaza. Lembaga international hanya mampu mengecam tanpa memberikan tindakan nyata. Lebih parahnya, Mesir dan Yordania justru terkena tipu oleh Trump, yang sebelumnya ia mengatakan ingin melakukan perbaikan di wilayah Gaza. Namun, perkataannya tersebut hanyalah dusta belaka. Padahal, Mesir sudah membuat proposal untuk pembangunan kembali wilayah Gaza, namun proposal tersebut, ditolak mentah-mentah oleh Trump. Fakta ini, telah menjadi bukti bahwa seorang penguasa yang mengemban ideologi Kapitalisme tidak tulis dalam memberikan bantuan. Karena, tujuan mereka adalah untuk meraih materi sebanyak-banyaknya. Sehingga, segala cara pun mereka lakukan, walaupun mereka harus menghilangkan nyawa. 

Terlebih lagi, melihat ucapan Trump yang berubah-ubah sejak awal, semakn menjadi bukti bahwa dia bukan benar-benar ingin memperbaiki Gaza, melainkan ingin mengambil alih Gaza, lalu setelah itu dia berikan kepada Zionis Yahudi. Hal itu tentunya dilakukan demi meraih ambisi materinya. Di samping itu, para pemimpin negeri-negeri Arab dan negeri-negeri Muslim terdekat, seperti Mesir dan Yordania, telah tampak jelas melakukan pengkhianatan terhadap saudara Muslim mereka dan agama mereka. Dimana mereka dengan mudahnya berada di pihak Trump, ketika kaum Muslimin dibuat menderita olehnya. Akibatnya, Trump pun dibuat percaya diri dengan tiap ucapannya. Bahkan, dengan dalih kedudukannya sebagai presiden AS, Trump membuat ancaman untuk para mujahidin di tweetnya. 

Melihat berbagai polemik yang berdatangan, yang membuat Gaza semakin menderita, seharusnya mampu menyadarkan seluruh kaum Muslimin, khususnya para pemimpin mereka, untuk segera melakukan aksi yang nyata. Karena, selama ini tidak ada yang mampu menghentikan segala bentuk penjajahan yang terjadi, termasuk genosida di Palestina, kecuali dengan bersatunya seluruh umat dan membentuk satu barisan jihad untuk membebaskan Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya. Sementara, umat Islam di seluruh dunia tidak akan mampu bersatu, tanpa adanya satu komando yang mampu memberikan arahan pada mereka. Dan komando tersebut adalah seorang Khalifah yang memimpin di dalam sebuah institusi bernama Khilafah. 

Sedangkan, institusi tersebut tidak bisa terwujud tanpa adanya sebuah partai politik Islam yang shahih, dimana partai tersebut mengemban sebuah ideologi yang shahih yakni ideologi Islam. Partai ini disebut dengan partai politik ideologis. Dengan adanya partai politik yang menjadikan Islam sebagai landasannya, akan mampu mewujudkan penyelesaian hakiki bagi setiap persoalan yang dihadapi umat Islam saat ini, termasuk persoalan genosida yang terjadi di Palestina. 

Partai ini adalah sebuah partai yang mampu mencerdaskan umat dengan menjadikan kacamata ideologis sebagai tolok ukur dalam melihat setiap problem yang ada, sehingga setiap masalah yang dihadapi dengan mudah dipecahkan dengan melihat akar masalahnya. Selain itu, umat yang mengemban partai ini tidak mudah tertipu oleh narasi-narasi yang diciptakan Barat dan anteknya untuk menyudutkan Islam. 

Maka dari itu, perlu disadari bahwa setiap Muslim butuh bergabung dalam partai ini. Karena dengan begitu, ia tidak akan mudah ditipu oleh tipu daya yang justru membuatnya tersesat dari jalan yang benar. Terlebih lagi, propaganda-propaganda Barat saat ini terus digempurkan demi melemahkan kekuatan umat Islam, agar umat Islam tidak lagi peduli dengan saudara bahkan agama mereka sendiri. Akibatnya, umat Islam pun menjadi terpecah belah dan asing terhadap ajaran agama mereka sendiri. Bahkan, lebih mirisnya, mereka dijadikan benci atas apa yang telah diajarkan oleh agama mereka dan atas apa yang telah diperjuangkan oleh Rosul mereka. 

Wallahu a'lam bish-shawwab.