Ramadhan, Bulan yang Tepat untuk Muhasabah Diri
Oleh : Widya Utami, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia yang Allah berikan pada kaum Muslimin. Di sepuluh malam-malam ganjil terakhir Ramadhan, kaum Muslimin berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qadar. Beragam cara kaum Muslimin menghidupkan malam-malam tersebut seperti tadarus, shalat malam, dzikir dan sebagainya. Lailatul Qadar memiliki keistimewaan tersendiri, sebagaimana firman Allah SWT,
وَمَاۤ اَدْرٰٮكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍ
"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."
(QS al-Qadr 97: Ayat 2-3)
Tak sedikit juga kaum Muslimin mengisi malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan beri'tikaf di masjid. Dengan adanya itikaf, menjadikan mereka lebih dekat pada Sang Pencipta. Menjadikan momen untuk merenungi perjalanan hidup mereka, memanfaatkan momen tersebut sebagai waktu muhasabah diri, merenungi atas setiap apa yang telah dikerjakan.
Tak hanya cukup sampai di situ, merenungi akan nasib dan keadaan negeri ini yang sedang karut marut juga tidak kalah penting untuk disematkan dalam setiap renungan. Dengan banyaknya masalah yang terjadi di negeri ini, mulai dari bencana alam hingga berbagai macam peraturan pemerintah yang tidak masuk di akal dan bertolak belakang, harusnya menjadikan siapa pun lebih kritis dan tidak bersikap apatis.
Seluruh kebijakan pemerintah sejatinya tidak mampu mengatasi berbagai persoalan di negeri ini. Undang-undang yang mengatasnamakan kedaulatan berada di tangan rakyat, nyatanya tidak berpihak pada rakyat sedikit pun. Mulai dari rancangan hingga pengesahan peraturan perundang-undangan, dibuat sesuai dengan keinginan hawa nafsu para oligarki.
Tatanan kehidupan bernegara, masyarakat dan individu seketika hancur berantakan. Akar segala problematika negeri ini disebabkan oleh penerapan hukum-hukum sesuai hawa nafsu manusia. Tidak heran jika kerusakan alam senantiasa terjadi, kasus korupsi, kemiskinan, kekerasan, penipuan, pemerkosaan dan tindak kriminal lainnya yang tak kunjung usai menjadi konsumsi publik sehari-hari.
Inilah potret buram kehidupan dalam sistem kapitalis, yang menjadikan manusianya bertingkah laku bak setan yang sedang kesurupan. Sistem kapitalis yang berasaskan akidah sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan, hanya membawa petaka bagi seluruh alam.
Kehancuran yang terjadi di negeri ini, tak ubahnya disebabkan karena telah mencampakkan aturanNya dan justru melanggengkan aturan jahiliyah.
Allah SWT berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS al-Ma'idah 5: Ayat 50)
Menyadari atau sekadar merenungi sebab kerusakan dan kejahatan yang terjadi di negeri ini saja tidak cukup. Diperlukan tindakan nyata dalam memperbaiki keadaan negeri ini.
Allah SWT berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ
"....Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri..." (QS ar Ra'd: ayat 11).
Dengan hadirnya bulan suci Ramadhan, menjadi kesempatan bagi kaum Muslimin untuk merenungi dan muhasabah atas apa yang telah mereka lakukan, maupun apa yang telah terjadi di negeri tercinta. Dan tidaklah Allah memerintahkan orang-orang yang beriman berpuasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, melainkan tujuan akhirnya agar menjadi hamba yang bertakwa.
Takwa adalah menjalankan segala yang Allah perintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Seorang hamba belum dikatakan bertakwa, apabila belum menjalankan syari'at-Nya seutuhnya. Salah satu perintah Allah yang sering dilupakan dan dilalaikan adalah, perintah menegakkan amar makruf nahi mungkar -mengajak pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran-.
Mengabaikan perintah amar makruf nahi mungkar (dakwah), hanya akan menjadikan kaum Muslimin bersikap individualis dan apatis. Menegakkan kebenaran di muka bumi ini merupakan kewajiban bagi siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung," (QS ali 'Imran 3: Ayat 104).
Berbagai persoalan di negeri ini tak akan pernah bisa diselesaikan kecuali hanya dengan Islam. Islam memiliki segenap aturan terperinci dan sempurna. Dengan adanya penerapan Islam secara menyeluruh, mampu memberikan kesejahteraan hidup, keamanan serta melimpahnya keberkahan yang Allah turunkan. Hal ini dapat dibuktikan melalui kejayaan Islam yang telah berhasil memimpin sepertiga dunia selama 13 abad lamanya.
Tentu sistem Islam hanya akan bisa ditegakkan dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyyah. Khilafah adalah negara yang menerapkan seluruh aturan Islam secara menyeluruh. Maka, menjadikan malam-malam ganjil di bulan Ramadhan sebagai renungan, diiringi dengan aktivitas amar makruf nahi mungkar, merupakan sebuah momen yang tepat untuk bergerak menuju perubahan hakiki.
Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan," (QS al-A'raf 7: Ayat 96).[]
Posting Komentar