Tanpa Perlindungan, Maksiat Tetap Jalan Meski di Bulan Ramadhan
Oleh : Fatimah Abdul (Aktivis Muslimah)
Bulan Ramadhan telah datang, umat islam bergembira ria menyambut tamu agung yang selalu dinantikan. Bulan penuh keberkahan dan ampunan, selalu memberikan kenangan yang sangat berkesan. Bulan dimana umat islam meyakini bahwa disaat melakukan amal kebaikan maka pahala akan dilipatgandakan. Sungguh bulan ramadhan adalah bulan perjuangan untuk berburu pahala dan meningkatkan ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah.
Tidak hanya bagi umat islam yang merasa bahagia dengan hadirnya ramadhan. Ternyata umat non-islam pun juga bersuka ria dengan datangnya bulan ini. Mereka bahkan ikut-ikutan berpuasa meskipun kewajiban puasa tidak dibebankan kepadanya. Mereka hanya ingin merasakan sensasi kegembiraan ngabuburit dan berbuka puasa di saat azan magrib berkumandang. Bahkan mereka rela antri membeli makanan di jalan, inilah yang mereka sebut dengan berburu takjil. Fenomena war takjil pun akhirnya terjadi setiap tahun pada bulan ramadhan.
Maksiat di Bulan Ramadhan
Ditengah gempitanya umat islam melaksanakan ibadah puasa, terkuak sebuah fakta bahwa kemaksiatan tetap terjadi meskipun dalam suasana beribadah di bulan suci. Ini terbukti dengan adanya pengaturan jam operasional tempat-tempat hiburan malam. Bahkan di daerah Banda Aceh tempat-tempat hiburan tidak lagi dilarang buka karena peraturan larangan menutup tempat hiburan pada bulan ramadhan dianggap terlalu kaku.
Sungguh sangat miris bukan? Disaat umat manusia tengah berlomba-lomba untuk menebar kebaikan dan beramal shalih di bulan yang suci, tempat-tempat berbuat maksiat justru diizinkan beroperasi. Kemaksiatan justru difasilitasi. Padahal semua itu merupakan pelanggaran atas hukum islam yang seharusnya mendapatkan sanksi berat.
Kapitalisme Sekuler Jalan Menuju Kehancuran
Pengaturan jam operasional tempat-tempat hiburan malam menunjukkan kebijakan penguasa yang tidak memiliki itikad baik dalam memberantas kemaksiatan. Jelas sudah bahwa penguasa hari ini menerapkan pengaturan atas rakyatnya berdasarkan sistem kapitalisme sekuler yang mana memisahkan aturan agama dari kehidupan. Paradigma yang dipakai penguasa adalah asas manfaat, peluang keuntungan yang bisa diraih dari kebijakan-kebijakan yang diambilnya meskipun melanggar peraturan agama. Bahkan kehadiran bulan suci Ramadhan pun tidak mampu menghalangi praktik-praktik kemaksiatan karena memang telah mendapatkan dukungan.
Selain itu, kejahatan dan kemaksiatan yang merajalela ini merupakan indikasi kegagalan sistem pendidikan sekuler. Kurikulum yang diberikan selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan kabinet dalam pemerintahan. Adanya pengabaian terhadap nilai-nilai moralitas yang tersimpan dalam ajaran agama islam sehingga menjadikan generasi muda kehilangan jati dirinya yang seharusnya memiliki karakter khas dan berkepribadian luhur.
Ada setidaknya 3 poin penting yang perlu diwaspadai terhadap sistem pendidikan sekuler. Apabila sekularisasi dalam bidang pendidikan ini tidak segera dirombak, maka akan menjadikan generasi penerus bangsa benar-benar terpuruk dalam kemaksiatan.
Pertama, menjauhkan para peserta didik dari nilai-nilai ajaran islam yang merupakan pondasi pembentukan karakter mulia. Ini dikarenakan sistem sekuler hanya fokus pada pelajaran umum.
Kedua, menghambat pertumbuhan karakter islam pada anak. Ketiga, tergesernya fokus dan prioritas lembaga pendidikan hanya kepada pencapaian akademik dan prestasi. Akibatnya bisa kita lihat sekarang ini, betapa rapuhnya mental anak-anak muda. Disaat masalah melanda, maka jalan pintas lah yang diambil sebagai solusi. Solusi yang sama sekali tidak menyentuh akar masalah yang tengah mereka hadapi. Ujung-ujungnya adalah bunuh diri, depresi, perampokan bahkan pada pembunuhan. Nauzubillah!
Islam Membasmi Segala Bentuk Kemaksiatan
Kemaksiatan yang menyebar merata di seluruh penjuru negeri sudah kita ketahui pangkal masalahnya ada dimana. Tinggal mencari bagaimana solusinya. Kapitalisme Sekuler memang sistem rusak dan merusak yang patut untuk dicampakkan karena sistem ini telah merusak tatanan kehidupan umat manusia. Jalan satu-satunya dan harapan terakhir umat saat ini adalah Islam. Dengan menerapkan aturan islam kaffah (syariat) melalui konstitusi negara khilafah dalam mengatur kehidupan umat manusia itu artinya kita telah menyelamatkan kehidupan itu sendiri. Islam telah jelas dan rinci mengatur setiap lini, baik dari sisi individu, sosial masyarakat bahkan bernegara. Dalam islam kemaksiatan merupakan bentuk pelanggaran terhadap hukum syarak. Hukum ini akan mengadili siapapun pelanggarnya tanpa memandang apapun, apakah ia memiliki status sosial ataukah tidak.
Seluruh peraturan yang ada, termasuk dalam hal hiburan dan pariwisata semua ketentuannya akan berlandaskan akidah islam, bukan asas manfaat seperti saat ini. Meskipun sesuatu itu sangat menguntungkan dan menghasilkan banyak uang bila itu melanggar syariat maka tetap akan dilarang. Segala bentuk usaha (tidak hanya hiburan dan pariwisata saja) jika itu mengarah/menjurus pada kemaksiatan maka akan dilarang. Melanggarnya maka akan berhadapan dengan negara khilafah yang akan memberikan sanksi tegas dan menjerakan.
Begitupun dengan aspek pendidikan, islam berperan dalam dalam mencetak individu yang beriman dan bertakwa. Mencetak individu yang senantiasa berpegang teguh pada syariat. Mereka akan selalu memperhatikan skala prioritas dalam menentukan setiap tindakan apakah hukum perbuatan itu wajib ataukan bukan, halal ataukah haram. Sehingga dalam memilih tempat hiburan akan memikirkan hal-hal tersebut terlebih dahulu sebelum memutuskannya. Demikian juga dengan pengelola tempat hiburan dan wisata, mereka akan mempertimbangkan apakah usaha/pekerjaan mereka itu melanggar syariat ataukah tidak.
Sistem pendidikan pun juga akan diatur dengan sedemikian rupa. Lembaga pendidikan wajib menerapkan kurikulum berbasis aqidah islam sejak dini sehingga akan tercetak generasi tangguh yang beriman dan bertakwa yang senantiasa akan menjalankan kehidupan yang islami. Dengan pengajaran islam yang murni maka akan terwujud suatu pola pikir dan pola sikap islami yang akan membawa pada generasi cemerlang yang akan mampu membangkitkan peradaban islam nan gemilang. Wallahua'lam bishawab.[]
Posting Komentar